Bitcoin News
Harga Bitcoin Anjlok, Investor Panik Jual: Akankah BTC Segera Pulih?
Bitcoin (BTC) mengalami volatilitas tinggi dalam 24 jam terakhir, memicu aksi jual panik dari pemegang jangka pendek (STH) seperti dikabarkan oleh Ambcrypto pada Senin (24/2).
Penurunan harga Bitcoin ini dipicu oleh kabar peretasan Bybit, yang membuat banyak investor buru-buru menjual aset mereka untuk menghindari kerugian lebih besar. Lantas, bagaimana dampaknya terhadap masa depan BTC?
Bitcoin Turun Akibat Panic Selling
Kejatuhan harga BTC dalam waktu singkat membuat STH mengalami kerugian besar. Analisis dari 90-Day Active Supply menunjukkan adanya penurunan signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Hal ini mengindikasikan bahwa banyak pemegang BTC jangka pendek telah keluar dari pasar.
Sementara itu, indikator teknikal menunjukkan tren bearish. Grafik BTC pada time frame 4 jam di Binance mencatat beberapa indikator bearish.
EMA (Exponential Moving Average) menunjukkan crossover bearish, dengan EMA 9 melintas di bawah EMA 26, menandakan tren turun dalam jangka pendek.
Selain itu, Relative Strength Index (RSI) berada di level 46,05, menunjukkan bahwa BTC masih dalam fase konsolidasi. Jika RSI naik di atas 50, sentimen bullish bisa kembali dan mendukung pemulihan harga.
Meskipun tekanan jual termasuk tinggi, tapi tetap ada potensi titik balik. Data dari CryptoQuant mencatat bahwa Short-Term Holder Profit & Loss (P&L) to Exchanges Sum menunjukkan puncak kerugian mencapai -43,9K BTC.
Mayoritas aksi jual terjadi di kisaran harga $90K (Rp 1,4 juta) hingga $95K (1,5 juta), menunjukkan kepanikan besar di kalangan investor jangka pendek.
Tren ini mengingatkan pada pola yang terjadi di awal 2022, di mana aksi jual besar-besaran akhirnya membuka peluang untuk pemulihan harga dalam waktu singkat.
Likuiditas BTC Berkurang, Sinyal Pemulihan?
Secara terpisah, analisis dari 90-Day Active Supply menunjukkan bahwa pasokan aktif BTC terus berkurang. Pada awal 2025, jumlah pasokan aktif hanya sekitar 4 juta BTC, turun dari 6 juta BTC pada akhir 2024.
Dalam sejarah Bitcoin, penurunan pasokan aktif sering kali mengarah pada stabilisasi harga. Hal serupa terjadi pada 2018, di mana penurunan pasokan aktif mendahului pemulihan harga setelah aksi jual besar-besaran.
Di sisi lain, data dari IntoTheBlock menunjukkan bahwa netflow BTC di bursa mengalami penurunan tajam dalam 24 jam terakhir, dengan total net outflow sebesar -546,11 BTC.
Nilai tersebut berbanding terbalik dengan rata-rata inflow +1,29K BTC dalam 30 hari terakhir. Penurunan netflow ini menunjukkan bahwa pemegang BTC mulai menarik aset mereka ke dompet pribadi, yang biasanya menandakan berkurangnya tekanan jual.
Sebelumnya, fenomena ini pernah terjadi pada pertengahan 2021, atau ketika harga BTC kembali naik.
Saat itu, aksi jual panik dari investor jangka pendek mungkin menandai titik terendah lokal BTC, membuka peluang pemulihan harga dalam waktu dekat.
Meskipun volatilitas jangka pendek masih tinggi, indikator fundamental menunjukkan potensi pemulihan seiring berkurangnya tekanan jual di bursa.
Namun, investor tetap perlu berhati-hati dalam mengambil keputusan, mengingat pasar kripto masih sangat dinamis dan dipengaruhi oleh berbagai faktor eksternal.
_______________
Investasi dan trading kripto aman hanya di Tokocrypto. Ikuti Google News Tokonews untuk update berita crypto dan download aplikasi trading bitcoin & crypto sekarang!
DISCLAIMER: Investasi aset kripto mengandung risiko tinggi dan segala keputusan investasi yang diambil oleh Anda berdasarkan rekomendasi, riset dan informasi seluruhnya merupakan tanggung jawab Anda. Tidak ada lembaga atau otoritas negara yang bertanggung jawab atas risiko investasi tersebut.
Konten ini hanya bersifat informasi bukan ajakan menjual atau membeli.