Market

Market Watch: Bitcoin Sempat Anjlok, Kini Berusaha Bangkit Lagi

Published

on

Akhir pekan lalu sejumlah investor kripto terutama Bitcoin (BTC) harus menelan pil pahit dengan harga yang sempat anjlok kembali ke kisaran harga US$ 22.800 atau turun 3% dalam 7 hari terakhir. Perlahan tapi pasti BTC kini kembali berusaha bangkit untuk mencapai titik resistensinya di level US$ 24.000.

Tim Riset Tokocrypto menjelaskan pergerakan market kripto, terutama Bitcoin yang kembali anjlok pada saat akhir pekan lalu disebabkan oleh beberapa faktor. Pemicu utamanya adalah Biro Analisis Ekonomi (BEA) merilis laporan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) Januari pada Jumat (24/2) yang menunjukkan inflasi naik 5,4%. Dua bulan sebelumnya PCE turun berturut-turut di angka 5,6% menjadi 5,3%.

“Data PCE tersebut membuat investor panik. Kekhawatiran bahwa The Fed bakal kembali menaikan suku bunga 50 bps pada pertemuan bulan Maret mendatang terus meninggi. Laporan PCE adalah alat favorit The Fed untuk mengukur inflasi,” jelas analisis Tim Riset Tokocrypto.

Saham Anjlok, DXY Kuat

Ilustrasi pergerakan indeks saham AS. Sumber: Shutterstock.

Baca juga: Alasan Kripto ‘Koin China’ Filecoin hingga VeChain Hasilkan Untung Besar

Tidak hanya kripto, indeks saham AS pun ikut runtuh. Saham di Amerika Serikat turun tajam pada hari Jumat (24/2), mengakhiri minggu terburuk mereka di tahun 2023, setelah pengukur inflasi pilihan The Fed menunjukkan kenaikan harga yang lebih kuat dari perkiraan bulan lalu. Korelasi antara pasar saham dan kripto masih berkaitan erat sehingga memiliki efek serius jika terjadi penurunan atau kenaikkan performa.

“Naiknya Indeks Dolar AS (DXY) yang mengindikasikan dollar AS mendapatkan momentum terbaiknya kali ini, yang membuat harga BTC kembali keok. DXY baru saja berhasil menembus level resistensinya di posisi 105,” ungkap Tim Riset Tokocrypto.

Selain sentimen makroekonomi yang masih menjadi katalis pergerakan harga pada pasar kripto, kabar terkait regulasi pun juga turut mempengaruhi. Sentimen negatif datang dari International Monetary Fund (IMF) yang menyatakan bahwa kripto tidak boleh diterima sebagai alat pembayaran yang sah secara hukum (legal tender). Ini juga menimbulkan pengaruh negatif untuk pasar kripto pada akhir pekan lalu.

Analisis Teknikal

Ilustrasi Bitcoin.

Baca juga: Tingkat Stres Investor Kripto Indonesia dan Pentingnya Edukasi Investasi

Sentimen pasar konsisten turun dalam sepakan. Ini terlihat dari Bitcoin Fear and Greed Index yang pada awal pekan lalu, Senin (20/2) dibuka pada level 58 dan kini di awal pekan dimulai pada level 50 dengan kategori Neutral.

Dari sisi analisis teknikal, Bitcoin kembali mengalami penurunan setelah gagal breakout 200-week exponential moving average (EMA). Posisi harga US$ 23.000 adalah level kunci yang harus dipertahankan untuk bulls. Jika tertembus ke bawah, maka kemungkinan besar akan turun lebih dalam ke US$ 21.483 sebagai support baru.

Kini harga Bitcoin telah menembus support di titik US$ 23.400, jika bisa bertahan akan memantul kembali menguji untuk mencapai level US$ 24.000 dalam beberapa hari ke depan. Investor juga harus waspada dengan data makroekonomi yang akan dirilis pada pekan ini, seperti data Initial Jobless Claims pada Kamis (2/3) yang hasilnya bisa memproyeksi situasi inflasi AS dan berpengaruh pada tingkat kenaikan suku bunga.

Popular

Exit mobile version