Market

Potensi Transaksi Lintas Negara Sentuh Triliunan Dolar, Blockchain Jadi Infrastruktur Masa Depan

Published

on

Jakarta, 19 November 2025 – Permintaan transaksi lintas negara (cross-border payment) terus meningkat seiring pertumbuhan perdagangan internasional, pariwisata, remitansi, dan ekspansi ekonomi digital global. Di tengah dorongan kuat untuk menghadirkan pembayaran yang lebih cepat, murah, dan transparan, teknologi blockchain mulai muncul sebagai fondasi baru bagi sistem transaksi internasional di era digital.

Cross-border payment mencakup seluruh arus transaksi dari satu negara ke negara lain, baik untuk kebutuhan perusahaan, konsumen, hingga remitansi pekerja migran. Menurut data Statista, nilai total transaksi global diperkirakan mencapai US$194,6 triliun pada 2024 dan berpotensi melonjak hingga US$320 triliun pada 2032. Dengan skala ekonomi sebesar itu, peningkatan efisiensi sekecil apa pun akan memberikan dampak besar bagi pelaku usaha maupun konsumen.

Namun, sistem pembayaran lintas negara tradisional masih terbebani berbagai persoalan seperti biaya tinggi, proses yang lambat, keterbatasan transparansi status transaksi, kompleksitas regulasi lintas yurisdiksi, hingga volatilitas nilai tukar. Laporan Financial Stability Board (FSB) bahkan menilai target G20 untuk menurunkan biaya pembayaran ritel lintas negara menjadi 1 persen pada 2027 kemungkinan besar tidak tercapai jika infrastruktur saat ini tidak diperbarui.

Blockchain Muncul sebagai Rel Baru Transaksi Global

Teknologi blockchain menawarkan karakteristik transaksi real-time, transparansi tinggi, keamanan kuat, serta ketersediaan layanan 24 jam. Sejumlah inisiatif global menunjukkan bagaimana teknologi ini mulai menjadi rel baru bagi transaksi lintas negara.

Ripple, misalnya, memanfaatkan aset digital XRP untuk menghadirkan transaksi lintas negara yang jauh lebih cepat dibanding jaringan koresponden bank. Di Asia, proyek multi-CBDC mBridge memungkinkan pembayaran dan penyelesaian valas secara peer-to-peer hanya dalam hitungan detik. Pilot berskala besar telah dilakukan dengan transaksi bernilai riil, melibatkan 22 peserta sektor swasta dalam skenario perdagangan, remitansi, hingga pembiayaan rantai pasok.

Logo Swift. Sumber: REUTERS/Dado Ruvic.

Di tingkat internasional, SWIFT dan Visa turut mengembangkan solusi berbasis blockchain, tokenisasi, dan stablecoin. SWIFT tengah menguji kemampuan jaringannya memproses aset tokenisasi bekerja sama dengan konsorsium bank dan Consensys. Sementara Visa sedang menguji pemanfaatan stablecoin untuk mempercepat cross-border settlement sekaligus mengurangi kebutuhan pelaku usaha menyimpan saldo di banyak mata uang.

Meski menjanjikan, adopsi blockchain juga menghadapi tantangan strategis: kepastian regulasi aset digital, kebutuhan interoperabilitas antar platform, risiko siber, hingga kesiapan infrastruktur lembaga keuangan. Bank for International Settlements (BIS) menekankan bahwa tata kelola lintas yurisdiksi harus diperjelas sebelum ekosistem pembayaran berbasis multi-CBDC dapat diterapkan secara luas.

Instrumen Strategis untuk Stabilitas dan Kesejahteraan Era Digital

Dalam lanskap pembayaran modern, inovasi digital, termasuk instrumen cross-border, tidak hanya berfungsi meningkatkan efisiensi transaksi. Ia juga merupakan instrumen strategis untuk memperkuat stabilitas keuangan, memastikan relevansi sistem pembayaran, serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas di era digital.

Pemanfaatan teknologi seperti blockchain, stablecoin, dan CBDC harus diiringi dengan sinergi, kehati-hatian, serta tata kelola kuat agar mampu menciptakan manfaat luas yang berkelanjutan, tidak hanya bagi sistem keuangan tetapi juga kesejahteraan masyarakat.

Ilustrasi Central Bank Digital Currency (CBDC).

Lonjakan volume pembayaran lintas negara membuka peluang bisnis yang sangat besar bagi sektor perbankan, teknologi finansial, dan penyedia infrastruktur digital. Segmen B2B diperkirakan mendominasi lebih dari US$31,6 triliun transaksi pada 2024. Sementara total pendapatan industri cross-border payment diprediksi mencapai US$320 miliar pada 2030.

Blockchain, stablecoin, dan CBDC kini tidak lagi sekadar eksperimen teknologi. Dalam banyak model bisnis dan kebijakan moneter modern, ketiganya mulai diposisikan sebagai kandidat utama untuk membangun pondasi transaksi internasional yang mampu mengakomodasi skala triliunan dolar per tahun.

Jika tantangan interoperabilitas dan regulasi dapat diatasi, dunia akan memasuki fase baru di mana pembayaran lintas negara berlangsung secepat mengirim pesan, dengan biaya rendah, risiko minimal, dan akses yang lebih luas. Pada akhirnya, inovasi ini tidak hanya mereformasi infrastruktur pembayaran global, tetapi juga memperkuat stabilitas ekonomi serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat di era digital.


Investasi dan trading kripto aman hanya di Tokocrypto. Ikuti Google News Tokonews untuk update berita crypto dan download aplikasi trading bitcoin & crypto sekarang!

DISCLAIMER: Investasi aset kripto mengandung risiko tinggi dan segala keputusan investasi yang diambil oleh Anda berdasarkan rekomendasi, riset dan informasi seluruhnya merupakan tanggung jawab Anda. Tidak ada lembaga atau otoritas negara yang bertanggung jawab atas risiko investasi tersebut. Konten ini hanya bersifat informasi bukan ajakan menjual atau membeli

Tokocrypto Berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa keuangan.

Trending

Exit mobile version