Connect with us

Blockchain

Mantra Aji Blockchain

Published

on

Belum lama ini Komisaris Utama PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Rahmat Waluyanto mengatakan kepada media, kehadiran blockchain akan membuat industri (pasar modal) semakin aman. “Itu sudah pasti. Jadi, jangan diragukan lagi,” katanya. Masalahnya, blockchain yang mana dulu? Blockchain itu masih hijau, bahkan blockchain berkategori publik masih punya masalah besar soal keamanan. Itu nyata dan itu juga tak diragukan lagi.

Pada 22 Februari 2019 lalu Badan Legislatif Nasional Thailand mengetokkan palunya, menandai disahkannya perubahan undang-undang Security and Exchanges (SEC) Thailand. Salah satu perubahan paling mendasar adalah dimungkinkannya perdagangan bursa efek di negara itu menggunakan teknologi blockchain.

Akan diberlakukan tahun ini, setelah komisi itu merincikan aturan mainnya, kelak setiap saham milik emiten akan direpresentasikan dengan token/koin digital berbasis blockchain. Wujud token itu sama halnya dengan aset kripto Bitcoin (BTC), Ether (ETH), Ripple (XRP) dan lain-lain, yang sejak lama diperdagangkan di bursa kripto secara global.

Kepada Bangkok Post, Deputi Sekretaris SEC  Thailand, Tipsuda Thavaramara, menyebutnya sebagai teknik tokenisasi saham. Dengan kata lain, blockchain adalah teknik baru dalam hal proof of ownership. Blockchain diyakini bisa menyederhanakan proses transaksi, yang semula melibatkan banyak hal dan membutuhkan waktu hingga dua hari untuk penyelesaian transaksinya (T+2) menjadi lebih cepat dan bahkan realtime.

Menurut saya, inilah langkah penting sekaligus bersejarah. Thailand adalah negara pertama di Asia yang mengambil langkah cepat soal itu. Dan tentu saja bukan dilatarbelakangi alasan ikut tren semata, tetapi Thailand paham secara tepat tentang potensi besar di balik teknologi blockchain untuk mengubah cara saham diperdagangkan.

Serupa dengan Thailand, pada 14 Januari 2019 lalu, Malaysia sah mengakui Bitcoin cs sebagai sekuritas di bawah pengawasan Komisi Sekuritas Malaysia. Berlaku pada 15 Januari 2019, Menteri Keuangan Malaysia Lim Guan Eng langsung memerintahkan penghentian segala kegiatan Initial Coin Offering (ICO). Dan Penyedia jasa pertukaran kripto tanpa izin, akan dikenakan hukuman penjara selama 10 tahun atau denda sebesar 10 juta ringgit. Dan baru beberapa hari yang lalu komisi itu menerbitkan public consultation tentang usulan regulatory framework yang kelak diterapkan pada tahun ini.

Indonesia dukung blockchain
Mengintip relasi Indonesia dan blockchain, secara pribadi harus saya acungi jempol, khususnya demi melindungi para pengguna dan investor, termasuk mendorong inovasi. Kendati tidak melalui mekanisme public consultation seluas yang dilakukan Malaysia, peraturan ini mencerminkan politicial will yang on the track.

Yang pertama adalah Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 99 Tahun 2018 (2 Oktober 2018), yang mengakui Bitcoin cs sebagai komoditi yang layak diperdagangkan di bursa berjangka Indonesia. Peraturan itu disusul oleh Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) Nomor 5 Tahun 2019 (8 Februari 2019) yang menetapkan aturan main yang lebih rinci. Kedua-dua peraturan itu menyebutnya dengan istilah aset kripto, tanpa menjabarkan di awal apa itu aset kripto dan relasinya dengan Bitcoin cs. Peraturan itu pun hanya sepanjang 9 halaman.

Peraturan terkait lainnya datang dari OJK melalui Peraturan Nomor 37/POJK.04/2018 Tentang Layanan Urun Dana Melalui Penawaran Saham Berbasis Teknologi Informasi (Equity Crowdfunding). Dalam peraturan itu, OJK mengizinkan menggunakan blockchain, selain big data analytic, aggregator dan robo advisor. Ini sama halnya dengan tokenisasi tadi, tetapi peraturan OJK itu hanya diperbolehkan bagi perusahaan rintisan alias startup. Emiten alias perusahaan terbuka yang sudah melantai di bursa efek, tidak diperbolehkan mengumpulkan modal menggunakan blockchain.

Dalam konteks POJK ini belum terlampau jelas, apakah ini disebut sebagai Initial Coin Offering (ICO) atau Security Token Offering (STO). Sebab, dalam peraturan Bappebti  itu tidak mengatur soal ICO apalagi STO. Menarik garis lurus sesuai POJK ini, tepat digunakan istilah baru kepada publik sebagai Equity Token Offering (EOT) dalam konteks pasar modal non bursa efek.

Alasan logis
Khusus dalam konteks Thailand dan Malaysia, ada banyak alasan di balik peraturan itu, seperti biaya perdagangan yang lebih murah dan proses perdagangan jadi lebih cepat. Dan satu hal yang pasti, jangkauan pasar lebih luas dalam skala global. Selain itu, perdagangan menjadi lebih transparan, karena setiap partisipan dapat melihat arus perdagangan saham tersebut di dalam sistem blockchain.

Seperti yang saya sebutkan di awal artikel, tetap ini bergantung pada blockchain jenis apa yang akan digunakan. Jikalau menggunakan blockchain publik jauh dapat lebih desentralistik daripada blockchain privat. Namun di atas itu semua, blockchain hari ini belum selayak ubermensch. Masih banyak sejumlah celah keamanan yang buruk

Sistem blockchain bisa diretas
Jikalau Anda pernah tahu sebelumnya, bahwa teknologi blockchain tidak dapat diretas. Ya, Anda benar, tetapi mencari tahu lebih dalam lagi, ada sejumlah kasus di mana aset kripto bisa dicuri. Dalam terminologi blockchain, khususnya yang menganut Proof of Work (PoW) kasus seperti ini disebut sebagai 51 percent attack, di mana computer node di sistem blockchain menguasai kekuatan hash sistem hingga 51 persen. Tetapi ini membutuhkan sumber daya komputer yang sangat besar dan memerlukan biaya yang tak kecil pula.

51 percent attack terjadi pada 5 Januari 2019 di blockchain Ethereum Classic (ETC) yang berdampak pada dicurinya 88.500 unit kripto ETC senilai US$400 ribu. Serangan seperti ini memungkinkan miner (partisipan dalam sistem yang memvalidasi transaksi dengan kekuatan komputasinya), bisa mengalahkan suara mayoritas penambang lainnya. Serangan semacam ini membuat masalah double spending, yang sepatutnya bisa dipecahkan blockchain, menjadi tidak valid. Double spending memungkinkan pengguna bisa menggunakan kripto yang sama berkali-kali.

Peristiwa kedua terjadi di blockchain EOS pada 26 Februari 2019 lalu. Satu akun blockchain EOS diretas dan raiblah 2,09 juta unit EOS (sekitar US$7,7 juta). Penyebab utamanya adalah kelalaian seorang Block Producer yang tidak memperbarui daftar hitam (blacklist) akun-akun terlarang di EOS. Block Producer ini serupa perannya seperti miner pada Ethereum Classic.

Kedua kasus itu menggambarkan kelemahan blockchain yang tersedia secara publik dengan dua pendekatan yang berbeda. Tetapi, ini bukan berarti semua blockchain adalah buruk. Ini adalah dinamika pertumbuhan blockchain ke arah yang lebih baik, karena para pengembang dan pengguna blockchain paham benar potensi positifnya.

Selain blockchain publik, ada pula yang disebut blockchain privat yang oleh sebagian penyedianya disebut lebih aman daripada blockchain publik. Contohnya adalah Hyperledger buatan IBM atau Corda buatan R3, sebuah organisasi konsorsium yang terdiri atas ratusan perusahaan bank, keuangan dan pemerintah beberapa negara.

Sejumlah pihak tidak menyebut blockchain privat sebagai blockchain yang sesungguhnya, mengingat ada satu entitas yang mengendalikan sistem, yakni perusahaan penyedianya. Untuk blockchain privat, ada yang lebih suka menyebutnya sebagai decentralized ledger technology (DLT) sebagai pembeda.

Masa depan
Lazimnya, sebuah inovasi sebelum diadopsi secara massal, maka ia perlu melalui tahap kebingungan dan ketidakpastian massal. Dalam konteks ini, tindak kejahatan dan kelemahan sistem akan semakin terkuak. Meminjam kalimat sahabat saya, Merlina Li (CEO Senarai, perusahaan blockchain advisory di di Jakarta), blockchain memang dapat diretas. Tetapi peretasnya juga mudah dilacak, sehingga isu sosial mengenai peretasan dapat langsung ditangani dan pemerintah dapat membuat contigency plan yang lebih baik.

Merlina juga menyebutkan, diperlukan resolusi yang mendasar untuk menerima cara berpikir baru mengenai cara kerja blockchain yang akan membuat perubahan dasar cara bertransaksi yang aman dan siapa yang mencoba memanipulasi akan bisa dilacak.

Menegaskan itu, berkat kesadaran akan potensi besarnya, blockchain akan terus dikembangkan, karena sejumlah perusahaan besar, seperti IBM, Ernst&Young, PwC, Alibaba, Deloitte, Facebook, Amazon, Google dan lain-lain sangat kepincut dengan blockchain.

Soal kelajuan itu, kita dapat mengacu pada hasil survei KPMG terbaru. KPMG mensurvei lebih dari 740 pemimpin global di industri teknologi dari 12 negara. Survei itu menemukan, 41 persen pemimpin teknologi ingin menerapkan blockchain ke dalam bisnis mereka dalam tiga tahun ke depan. Dari responden survei lainnya, 31 persen menyatakan netral, sehingga mungkin memakai blockchain atau tidak. Sedangkan 28 persen, mereka tidak akan menerapkan teknologi baru itu dalam tiga tahun ke depan.

Survei KPMG tersebut menyimpulkan teknologi blockchain semakin dipandang oleh pemimpin teknologi global. Blockchain hampir pasti akan diadopsi dan dipakai, tetapi yang jadi pertanyaan adalah bagaimana caranya dan kapan hal itu akan terjadi. Dan di atas itu semua, blockchain bukan berarti dapat diterapkan di semua jenis proses bisnis, tetapi sektor tertentu yang kompleks dan membutuhkan solusi efisiensi.

Blockchain

Ridwan Kamil Siapkan Beasiswa Pendidikan Teknologi Blockchain

Published

on

Ridwan Kamil Tawarkan Beasiswa Pendidikan Teknologi Blockchain 2,2 Miliar bagi Mahasiswa. Sumber: GRN Energy.

Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengumumkan penawaran beasiswa pendidikan teknologi blockchain sebesar 2,2 miliar untuk anak muda di Indonesia. Kabar bahagia ini dia dapat setelah melakukan kunjungan kerja ke Amerika Serikat pada tanggal 1-7 Mei 2023.

Ridwan Kamil mengungkapkan keberhasilannya dalam mendapatkan beasiswa tersebut saat menghadiri acara bakti sosial operasi katarak di RSUD Kiwari, Kota Bandung pada tanggal 9 Mei 2023. Dia menjelaskan bahwa kunjungannya ke luar negeri, khususnya ke Amerika Serikat, melibatkan 30 agenda yang sangat padat, dan salah satunya adalah memperoleh beasiswa pendidikan.

Selama di Amerika Serikat, salah satu agenda penting adalah mempresentasikan inovasi Jawa Barat sebagai provinsi terbaik dalam penamaan geografis dalam acara Third Session of the United Nations Group of Experts on Geographical Names (UNGEGN) di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York. Dalam forum tersebut, Ridwan Kamil memaparkan inovasi Jawa Barat dalam memanfaatkan sumber daya alam dalam mitigasi bencana gempa di Kabupaten Cianjur, dengan judul presentasi “Penggunaan Toponimi dalam Merespons Bencana Gempa di Kabupaten Cianjur.”

Beasiswa Pendidikan Blockchain

Ilustrasi blockchain. Sumber: Pixabay.
Ilustrasi blockchain. Sumber: Pixabay.

Baca juga: Bitcoin Bangkit: Investasi di 4 Altcoin Ini Jadi Pilihan Menarik

Selain itu, Gubernur Ridwan Kamil juga menjadi pembicara utama dalam forum dunia yang diadakan di Johns Hopkins University dan Columbia University. Dia mengungkapkan bahwa selama kunjungan tersebut, selain mengikuti konferensi internasional dan melakukan negosiasi bisnis, ia juga berhasil memperoleh beasiswa pendidikan teknologi blockchain sebesar Rp 2,2 miliar.

Ridwan Kamil menganggap keberhasilan memperoleh beasiswa pendidikan teknologi blockchain sebagai hadiah yang luar biasa bagi generasi Z untuk dapat terus belajar dan mengantisipasi dampak disrupsi digital seperti kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) dan perdagangan aset kripto. Gubernur berharap agar generasi muda tidak menjadi korban atau objek dalam era perubahan tersebut.

“Teknologi Blockchain yang transparan dan trackable ini bisa merevolusi banyak hal, selain transaksi keuangan digital juga termasuk transparansi pelayanan publik seperti permasalahan sertifikat tanahnya kadang suka dobel-dobel. Dan banyak lagi potensi manfaatnya. Semoga bangsa kita melalui anak-anak Gen Z yang melek digital tidak selalu menjadi objek penderita tapi menjadi pemeran utama dalam setiap perkembangan disrupsi digital yang datang kepada kita. Aamiin,” tulis Ridwan di akun Twitter-nya.

Beasiswa pendidikan blockchain yang ditawarkan Ridwan Kamil ini akan disalurkan melalui Bitcoin Blockchain Academy di Jawa Barat yang diinisiasi salah satunya oleh GRN Energy dan MOON. Gubernur Ridwan Kamil juga akan menjadi pembicara utama selama acara Bitcoin Conference 2023 di Miami, AS pada 19 Mei 2023.

Bitcoin Conference 2023

Bitcoin Conference 2023, salah satu acara kripto terbesar di dunia, yang akan diadakan di Miami, Amerika Serikat pada 18-20 Mei mendatang. Sumber: Bitcon Conference 2023.
Bitcoin Conference 2023, salah satu acara kripto terbesar di dunia, yang akan diadakan di Miami, Amerika Serikat pada 18-20 Mei mendatang. Sumber: Bitcon Conference 2023.

Baca juga: Ethereum Kesulitan Capai U$ 1.900: Tiga Faktor yang Perlu Diperhatikan

Ridwan Kamil, akan berpartisipasi sebagai pembicara utama dalam Bitcoin Conference 2023, salah satu acara kripto terbesar di dunia, yang akan diadakan di Miami, Amerika Serikat pada 18-20 Mei mendatang.

Dalam postingan resminya, panitia Bitcoin Conference 2023 mengatakan kehadiran Ridwan Kamil dalam konfenresi akbar tersebut akan membahas mengenai masa depan adopsi dan penambangan Bitcoin (BTC) di Jawa Barat, yang berpenduduk sekitar 50 juta jiwa.

Gubernur Jawa Barat itu diagendakan akan berbicara di sesi Fireside Chat dengan tema “Indonesia Bitcoin Campaign” selama 15 menit pada 20 Mei mendatang. Ia akan berada di atas panggung Nakamoto Stage bersama Samson Mow yang merupakan CEO JAN3, sebuah perusahaan teknologi Bitcoin yang berfokus pada percepatan hyperbitcoinization.

itcoin Conference 2023 merupakan konferensi tahunan Bitcoin terbesar di dunia yang diselenggarakan oleh Bitcoin Magazine. Acara ini menjadi wadah untuk pengumuman terobosan terbesar dalam sejarah Bitcoin. Untuk menghadiri konferensi akrab ini selamatiga hari diperlukan tiket sebesar US$ 849-US$ 9.999 atau sekitar Rp 12 juta-Rp 148 juta.

Continue Reading

Blockchain

Atasi Krisis Perumahan Afrika: Solusi dari Platform DeFi di Cardano

Published

on

Ilustrasi Cardano Empowa. Sumber: Cardano Cube.

Empowa, platform keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang didukung oleh Cardano (ADA), yang berusaha meredakan krisis keterjangkauan perumahan di Afrika.

Dalam menghadapi tingkat pinjaman perumahan yang sangat tinggi yang menghambat pasar perumahan Afrika, Coinbase, bursa kripto terkemuka, telah menekankan bagaimana teknologi blockchain berpotensi untuk merevolusi situasi tersebut.

Coinbase telah memuji upaya inovatif dari Empowa, sebuah platform keuangan terdesentralisasi (DeFi) yang berjalan di atas jaringan Cardano (ADA), yang berambisi untuk menyelesaikan krisis keterjangkauan perumahan di Afrika.

Empowa berkomitmen pada misi ambisius: memfasilitasi 1 juta keluarga Afrika menjadi pemilik rumah pintar berkelanjutan hingga tahun 2030. Mereka bertekad untuk mengubah pasar real estat yang saat ini dipenuhi dengan tingkat pinjaman perumahan yang tinggi. Sebagai contoh, di Zimbabwe, tingkat pinjaman perumahan hampir mencapai 45%, menurut data dari Empowa. Biaya finansial yang tinggi ini telah memperparah siklus perumahan yang tidak terjangkau di seluruh benua.

Bantu Negara Berkembang

Ilustrasi Cardano Empowa. Sumber: Cardano Cube.
Ilustrasi Cardano Empowa. Sumber: Cardano Cube.

Baca juga: Ripple (XRP) Diprediksi Bersiap untuk Kenaikan Harga, Ini Alasannya

Dalam whitepaper mereka, tim Empowa menekankan betapa seriusnya masalah ini, mencatat bahwa investasi rendah, suku bunga tinggi, dan durasi pinjaman pendek (jika pinjaman tersedia) telah mengakibatkan biaya modal yang tinggi. Laporan Tahunan Pusat Perumahan Terjangkau (CAHF) 2020 mencatat bahwa tingkat pinjaman perumahan di Zambia adalah 32%, sementara sekitar 25% di Guinea, Nigeria, dan Zimbabwe.

Pada 12 Mei 2023, Coinbase berbagi di Twitter tentang situasi pinjaman perumahan yang sangat tinggi di Mozambik, di mana tingkatnya telah mencapai 22%. Meski memiliki penghasilan yang memadai, banyak penduduk pesisir tidak bisa mendapatkan pinjaman perumahan karena pendapatan mereka bersifat informal, bukan gaji tetap. Akibatnya, banyak yang terpaksa tinggal di tempat tinggal sementara yang seringkali rentan terhadap angin topan.

Tingkatkan Penghasilan

Ilustrasi Cardano Empowa. Sumber: Cardano Cube.
Ilustrasi Cardano Empowa. Sumber: Cardano Cube.

Baca juga: Pasar Kripto Melonjak Tipis, Tanda Mulai Bangkit?

Empowa, bekerja sama dengan Casa Real, menggunakan NFT dan teknologi blockchain untuk mereformasi sistem pinjaman perumahan yang ketinggalan zaman ini, membuat perumahan lebih terjangkau bagi penduduk Mozambik. Melalui model pendanaan terdesentralisasi dan teknologi NFT, individu dapat membeli rumah tanpa perlu mengajukan pinjaman perumahan tradisional. Harga rumah tahan siklon di lokasi ini dimulai dari US$ 10.000, menjadikannya terjangkau bagi keluarga berpenghasilan rendah dan menengah.

Coinbase memilih untuk menyoroti masalah ini mungkin karena beberapa alasan. Pertama, untuk meningkatkan kesadaran tentang tantangan yang dihadapi oleh penduduk Afrika dalam mendapatkan perumahan terjangkau. Kedua, sebagai bursa kripto terkemuka, Coinbase menunjukkan potensi teknologi blockchain dan kripto dalam menyelesaikan masalah dunia nyata.

Ketiga, langkah ini mungkin menunjukkan minat Coinbase dalam menjelajahi peluang ekspansi pasar di wilayah seperti Mozambik. Terakhir, komitmen Coinbase terhadap tanggung jawab sosial perusahaan terbukti saat menggunakan pengaruhnya untuk menjelaskan masalah sosial dan mempromosikan solusi inovatif.

Continue Reading

Blockchain

Microsoft Gabung ke Konsorsium Bangun Jaringan Blockchain Baru

Published

on

Ilustrasi Microsoft. SUmber: Getty Images.

Microsoft dan Goldman Sachs dilaporkan bergabung dengan beberapa perusahaan teknologi dan finansial untuk membentuk inisiatif sebuah konsorsium untuk membangun jaringan blockchain baru. Tujuan dari kolaborasi ini adalah untuk mempromosikan adopsi teknologi blockchain di berbagai sektor industri dan menyoroti potensi teknologi ini untuk mengubah cara bisnis beroperasi.

Perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam konsorsium ini termasuk Microsoft, Goldman Sachs, IBM, JPMorgan, dan beberapa perusahaan lain. Mereka akan berbagi pengetahuan, sumber daya, dan pengalaman mereka untuk mendukung pengembangan dan implementasi solusi berbasis blockchain. Selain itu, konsorsium ini bertujuan untuk menciptakan standar yang akan membantu memastikan keamanan, keandalan, dan interoperabilitas teknologi blockchain.

Salah satu fokus utama dari konsorsium yang akan membangun jaringan blockchain, Canton Network ini adalah untuk membantu perusahaan dalam menghadapi tantangan yang muncul dalam adopsi teknologi blockchain. Beberapa tantangan ini termasuk kekurangan tenaga ahli, kebutuhan akan kebijakan dan standar yang jelas, serta masalah keamanan dan privasi yang terkait dengan teknologi ini.

Canton Network

Ilustrasi blockchain. Sumber: Pixabay.
Ilustrasi blockchain. Sumber: Pixabay.

Baca juga: Inflasi CPI AS Turun di Bulan April, Bitcoin Sempat Naik di Atas US$ 28K

Canton Network akan menjadi jaringan blockchain interoperable dengan privasi yang ditujukan untuk mereka yang bekerja dengan aset institusional. Ini akan memungkinkan sinkronisasi pasar keuangan yang “sebelumnya terkurung”.

Jaringan tersebut akan mulai menguji kemampuannya pada bulan Juli, yang meliputi kontrol privasi ekstensif dan kemampuan untuk mencapai skala dan kinerja yang dibutuhkan oleh lembaga keuangan besar. Peserta dalam jaringan saat ini termasuk BNP Paribas, Cboe Global Markets, Aset Digital, Paxos, Microsoft, Goldman Sachs, Deloitte, dan lainnya.

Cathy Clay, wakil presiden eksekutif Cboe Global Markets – salah satu mitra dalam proyek tersebut – mengatakan bahwa, ketika dimanfaatkan, teknologi blockchain berpotensi “membuka” peluang baru di pasar.

“Tokenisasi aset dunia nyata dapat menawarkan peluang yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menciptakan infrastruktur pasar baru dan mendorong efisiensi dalam perdagangan produk di seluruh dunia,” jelas Clay dikutip Cointelegraph.

Adopsi Blockchain

Ilustrasi teknologi blockchain. Sumber: Leewayhertz.
Ilustrasi teknologi blockchain. Sumber: Leewayhertz.

Baca juga: Kenal Open Campus (EDU), Token Blockchain Pendidikan Basis Web3

Dengan berkumpulnya perusahaan-perusahaan raksasa seperti Microsoft dan Goldman Sachs dalam inisiatif ini, teknologi blockchain diharapkan mendapatkan dorongan besar dalam hal adopsi dan inovasi. Kolaborasi antara perusahaan teknologi dan finansial ini diharapkan akan menciptakan solusi yang lebih efisien dan transparan di berbagai industri, mulai dari perbankan hingga rantai pasokan dan sektor publik.

Inisiatif ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan besar semakin melihat potensi teknologi blockchain dan ingin berinvestasi dalam pengembangannya. Konsorsium blockchain diharapkan membantu mempercepat adopsi teknologi ini di seluruh dunia dan membawa manfaat bagi berbagai sektor ekonomi.

Selama bertahun-tahun, bank dan bisnis besar lainnya telah mengerjakan dan menilai aplikasi blockchain dengan harapan mereka akan menyederhanakan dan mempercepat beberapa prosedur mereka yang paling rumit.

Sementara itu, pasar blockchain global diperkirakan akan meningkat dari US$ 7,18 miliar pada tahun 2022 menjadi US$ 163,83 miliar pada tahun 2029, dengan tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 56,3% selama periode perkiraan, menurut data dari Fortune Business Insights.

Continue Reading

Popular