Connect with us

Crypto

Menghardik Libra: Iri atau Kritis Sungguhan?

Published

on

Adopsi teknologi blockchain semakin menjadi-jadi sejak teknologi itu diterapkan kali pertama pada sistem uang elektronik peer-to-peer Bitcoin pada tahun 2008. Perkembangan terbaru dan mendapatkan perhatian luar biasa adalah Blockchain Libra dan mata uang kripto Libra yang dibuat oleh Libra Association, di mana Facebook merupakan salah satu anggota pendirinya. Sebagian pendukung Bitcoin menilai Libra adalah pemicu langsung kenaikan harga Bitcoin hingga Rp198 juta pada 27 Juni 2019 lalu. Benarkah demikian?

OLEH: Vinsensius Sitepu
Pemimpin Redaksi Blockchainmedia.id, Anggota Aliansi Jurnalis Independen (AJI)

Saya yang mengikuti dinamika teknologi blockchain dan mata uang kripto (cryptocurrency)—di Indonesia disebut aset kripto dan digolongkan sebagai komoditas di bursa berjangka— sejak tahun 2014, termasuk kenaikan tinggi hingga US$20.000 pada Desember 2017, tidak melihat keterkaitan langsung antara hadirnya Libra dengan kenaikan harga Bitcoin.

Bitcoin adalah Bitcoin, dengan harganya yang sangat volatil. Bitcoin tetaplah Bitcoin dengan julukan “emas digital”. Bitcoin selamanya Bitcoin dengan suplai sangat terbatas dan relatif desentralistik. Dan Bitcoin sejati pada dirinya sendiri dengan ketiadaan entitas terpusat yang mengendalikannya.

Maka, tanpa ada Libra, harga Bitcoin pun akan tetap berada di wilayah tren naik, sebab sejak Desember 2018, harga Bitcoin sudah sangat murah, sekitar US$3.100 (Rp43 juta), penambang semakin berminat di saat yang sama, termasuk volume transaksi yang meningkat.

Dengan penegasan yang sejati, tanpa Libra pun harga Bitcoin akan terus naik atau turun mengikuti sentimen pasar dan fundamental Bitcoin (hash rate dan jumlah transaksi di Blockchain Bitcoin). Belum lagi jikalau mempertimbangkan kenaikan penjualan produk Bitcoin Berjangka oleh CME (Chicago Merchantiles Exchanges) sejak Mei 2019. Dan perdagangan produk sejenis diikuti oleh TD Ameritrade melalui anak perusahaannya, ErisX. Tak lama lagi Bakkt juga melakukan hal serupa.

Sangat tak bijak menilai gara-gara Libra harga Bitcoin naik. Saya menilai itu hanya sebuah kebetulan. Toh, pihak lain akan melakukan “cocokologi” ketika Libra datang, lalu harga Bitcoin turun. Di saat itu, apakah pihak, yang tak memahami dinamika industri blockchain, akan menyalahkan Libra dan Facebook sehingga harga Bitcoin turun? Saya yakin iya, untuk memicu kehebohan.

BERITA TERKAIT  Penelitian: Akumulasi Bitcoin Meningkat Tajam

Memicu Adopsi
Kendati Libra dan Bitcoin sama-sama menggunakan teknologi blockchain, kedua kripto itu sangat jauh berbeda, sebab teknologi blockchain berkembang eksponensial sejak diperkenalkan kali pertama pada tahun 2008/2009 oleh Satoshi Nakamoto pada Bitcoin. Biarlah Bitcoin dengan karakter “emas digitalnya” itu terus berlanjut. Dan biarkan saja Facebook yang merepresentasikan uang fiat menggunakan blockchain melalui Libra itu.

Di titik ini yang paling jelas adalah Libra justru memicu ketertarikan individu dan perusahaan untuk menjajal teknologi blockchain. Libra justru akan menjadi role model bagi pihak lain, sepanjang mereka menilai Libra “baik” adanya. Atau dalam ranah ilmu komunikasi, Libra bisa disebut sebagai “katalisator kesadaran” atau pemeran dalam sistem “getok tular” tentang blockchain.

Pihak lain menilai Libra bukanlah “mata uang kripto sejati”, karena sarat dengan unsur sentralistik oleh Facebook dan 27 perusahaan besar lainnya, termasuk Visa, Mastercard dan eBay. Mereka yang menilai itu—yang berhaluan konservatif—memaknai uang kripto sejati adalah relatif desentralistik seperti Bitcoin. Masalahnya, mereka tak memahami—atau pura-pura tak memahami—bahwa adopsi teknologi blockchain oleh perusahaan besar sekelas Facebook sangatlah penting. Bahkan, sejatinya itu adalah peluang besar untuk membawa nama besar blockchain ke ranah yang lebih luas daripada sebelumnya. Dan ini tidak pula berdampak langsung.

Menurut saya, daripada hanya bisa menghardik Facebook dan Libra, bukankah lebih cerdas membuat dan mengembangkan blockchain yang lebih baik agar bisa bersaing dengan Blockchain Libra? Ini perlu disampaikan untuk menghindarkan persepsi antara “iri” dan “kritis”. Kalau proyek blockchain Anda dirasa lebih baik, ya lanjutkan saja! Kalau proyek blockchain Libra dirasa buruk, lakukan sesuatu dengan blockchain-mu sendiri agar bisa melebihi mutu Libra.

Lagipula, jauh sebelum Libra datang, pegiat blockchain selalu bertanya soal blockchain yang terhalang adopsi yang luas dan dengan kegunaan (use case) yang lebih bermanfaat. Bukankah Facebook menjawab itu dengan potensi paparan blockchain kepada lebih dari 2 miliar pengguna Facebook?

BERITA TERKAIT  Rusia Disebut Pakai Bitcoin dalam Pemilu AS Lalu

Pendapatan Baru
Memang Facebook sulit menghapus citra buruk selepas kasus Cambridge Analytics lalu. Banyak pihak menduga, mata uang kripto Libra justru semakin memuluskan Facebook untuk mematai-mati aktivitas keuangan penggunanya dan mendorong naik pendapatannya per tahun.

Soal ini memang sudah digambarkan beberapa bulan sebelum Libra diumumkan. Ross Adam Sandler, Analis Internet dari Barclays, yakin Libra (sebelumnya dijuluki “FacebookCoin”) akan sukses menggarap jenis stablecoin (kripto yang harganya dipatok dengan nilai mata uang fiat) ini untuk meningkatkan pendapatan Facebook hingga puluhan miliar dolar AS, termasuk bermanfaat meningkatkan citra perusahaan di tengah corengan tak enak akibat skandal Cambridge Analytica.

Sandler memprakirakan, dengan Libra, Facebook mampu mencetak pendapatan setidaknya US$19 miliar pada tahun 2021, bahkan, bukan tidak mungkin ada tambahan sekitar US$3 miliar ketika ia diterapkan (Libra Association merencanakan peluncuran resmi Libra pada tahun 2020).

Dua Kali Gagal
Facebook sebenarnya sempat gagal dua kali masuk ke ranah pembayaran daring (online). Facebook punya Facebook Credits pada tahun 2011 dan padam dua tahun setelahnya. Ada pula Facebook Gifts pada 2012 dan bernasib serupa dua tahun berikutnya.

Facebook kini masih mempertahankan Facebook Messenger Payments yang diluncurkan pada tahun 2015 di Amerika Serikat dan mengembangkan layanannya di Eropa dua tahun kemudian. Tetapi layanan yang terakhir tidak seideal yang diharapkan, jikalau mengacu pada skema pengiriman uang yang mudah, cepat dan murah. Facebook Messenger Payments juga tidak tersedia di banyak negara.

BERITA TERKAIT  Adopsi Massal Bitcoin: Bagai Mimpi di Siang Bolong

Dalam prinsip paling mendasar, Facebook melalui Libra Association benar-benar melihat potensi besar teknologi blockchain agar proses bisnis menjadi lebih efisien: transfer uang lintas negara menjadi lebih cepat, murah, dan aman, jika dibandingkan sistem tradisional, yakni bank, Paypal dan lain sebagainya.

Yakinlah pula, keputusan Facebook merangkul blockchain adalah tamparan luas biasa terhadap bank yang sangat lambat menerapkannya, kendati sudah diancang-ancang oleh bank besar seperti JPMorgan dengan “JPCoin-nya”.

Lagipula Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde sudah jauh-jauh hari menyarankan bank sentral di semua negara dan bank-bank komersil untuk mengadopsi teknologi blockchain sebagai upaya mengejar ketertinggalan bank, yang bagi saya hanya mengandalkan penjualan obligasi negara dan perusahaan. Jelas Lagarde juga, mengadopsi blockchain adalah langkah yang dinilai baik untuk “menangkal” pencucian uang dan pendanaaan aksi terorisme.

Di titik ini, yang patut direnungkan adalah masalah ini—yang belum dapat diatasi oleh pemerintah dan bank komersil: akses kredit serba terbatas yang terjadi di sejumlah negara berkembang. Setidaknya saat ini lebih dari 70 persen UKM (Usaha Kecil Menengah) di seluruh dunia tidak memiliki akses terhadap kredit, ditambah lagi setiap tahunnya para pekerja luar negeri harus mengeluarkan uang lebih dari US$25 miliar atau setara dengan Rp350 triliun, hanya untuk membayar biaya kirim uang atau remitansi ke negara asalnya.

Nah, mengingat pengguna Facebook di Indonesia sangatlah besar, maka Indonesia adalah sasaran terempuk oleh Libra. Itulah pula sebabnya situs web Libra Association juga berbahasa pengantar Indonesia. Kelak, jikalau Bank Indonesia dan Kementerian Keuangan merestui Libra, maka akan ada rupiah versi digital berbasis teknologi blockchain, di mana transfernya tidak melalui jasa perbankan biasa. Disrupsi itu nyata, saudara-saudara! []

Altcoin News

Prediksi ChatGPT: 5 Faktor Memicu Pasar Bull Bitcoin Berikutnya

Published

on

Harga Bitcoin Bergerak Agresif

Platform AI, ChatGPT dapat mengungkap faktor apa saja yang dapat memicu pasar bull Bitcoin (BTC) selajutnya di masa depan. Bitcoin telah mengalami banyak pasang surut dalam sejarahnya yang relatif singkat, tetapi hanya sedikit yang dinyatakan sebagai pasar bullish penuh.

Pasar bull BTC yang terbaru terjadi pada akhir tahun 2021 ketika aset kripto berkapitalisasi terbesar itu harganya meroket ke ATH-nya sebesar US$ 69.000. Namun, yang terjadi kini selanjutnya adalah penurunan harga besar-besaran yang mengakibatkan dumping BTC hingga di bawah US$ 20.000 di tengah berbagai keruntuhan di industri kripto, serta inflasi global yang cepat dan perang di Eropa.

Kini Bitcoin telah pulih banyak sejak berada di bawah US$ 16.000, komunitas sering berspekulasi apakah pasar bullish baru telah dimulai atau sudah dekat. Dalam topik yang dikutip CryptoPotato, akan mengeksplorasi pendapat AI chatbot, ChatGPT tentang lima faktor pemicu bull run Bitcoin selanjutnya.

1. Adopsi

Meskipun ChatGPT memiliki beberapa kesalahan tentang BTC, seperti prediksi harga tertinggi sepanjang masa, chatbot memberikan beberapa temuan menarik tentang apa yang dapat mendorong pasar bull berikutnya. Pertama dan terpenting, ini menyoroti adopsi global, yang terdiri dari dua bagian – pasar dan kelembagaan – dan kami menggabungkannya menjadi satu.

Sejauh adopsi pasar berjalan, ChatGPT yakin harga kripto akan melanjutkan lintasan ke atas begitu lebih banyak bisnis mulai menerimanya sebagai metode pembayaran. Ini akan membantu “menciptakan sentimen positif dan mendorong permintaan.”

Nabung kripto sekarang, potensi panen cuan saat halving Bitcoin. Sumber: Shutterstock.
Nabung kripto sekarang, potensi panen cuan saat halving Bitcoin. Sumber: Shutterstock.

Baca juga: Investor Kripto Indonesia Terus Tumbuh Capai 17,25 Juta pada April 2023

“Faktor-faktor seperti integrasi opsi pembayaran Bitcoin oleh perusahaan besar atau peluncuran kendaraan investasi Bitcoin yang diatur dapat berkontribusi pada bull market.”

Adopsi institusional juga dapat membantu mendorong harga BTC naik. Ingatlah bahwa banyak perusahaan, seperti MicroStrategy, MassMutual, Tesla, BlackRock, dan lainnya, membeli sebagian aset atau terlibat dengannya dengan cara yang berbeda selama pasar bullish terakhir. Pengulangan skenario ini bisa memulai bull run lainnya.

2. Perkembangan Teknologi

AI chatbot juga memunculkan perkembangan teknologi tertentu yang mungkin menjadi salah satu alasan di balik peningkatan lainnya. Misalnya, jaringan Bitcoin mulai melihat peningkatan adopsi dan keterlibatan setelah pemutakhiran Tarpoot, yang memungkinkan pembuatan NFT di atasnya.

Sejauh ini, hal yang menguntungkan para penambang adalah meningkatnya jumlah transaksi dan biaya yang lebih tinggi. Namun, ada faktor dan kemungkinan lain, menurut ChatGPT.

“Kemajuan signifikan dalam teknologi dasar Bitcoin atau peningkatan dalam skalabilitas, keamanan, atau fitur privasi dapat menghasilkan kegembiraan dan menarik lebih banyak pengguna dan investor.”

3. Kejelasan Regulasi

Meskipun beberapa negara telah melakukan upaya awal untuk mengatur industri kripto dalam beberapa tahun terakhir, sebagian besar masih tidak diawasi. Faktanya, beberapa negara terbesar, seperti China dan AS, telah secara resmi melarang kelas aset atau gagal memberikan peraturan terperinci yang dapat membantunya berkembang sekaligus melindungi investor pada saat yang bersamaan.

Jika itu akhirnya berubah, ChatGPT yakin harga BTC akan mulai mengarah naik sekali lagi.

“Peraturan yang jelas dan menguntungkan dapat memberikan lingkungan yang lebih stabil untuk aset kripto, meningkatkan kepercayaan investor. Perkembangan peraturan yang positif, seperti pengakuan Bitcoin sebagai bentuk pembayaran yang sah atau pembentukan kerangka kerja pendukung untuk bisnis kripto, dapat mendorong pertumbuhan pasar.”

koin bitcoin
Ilustrasi aset kripto Bitcoin. Sumber: Shutterstock.

Baca juga: Pasar Kripto Koreksi: Amankan Investasi dengan Stablecoin

Lanskap di AS sangat berbahaya dalam beberapa bulan terakhir karena SEC, tanpa memberikan pedoman yang jelas tentang aset kripto mana yang merupakan sekuritas, telah mengejar Coinbase, Binance, Kraken, dan lainnya.

4. Faktor Ekonomi dan Geopolitik

Seperti disebutkan di atas, perang yang pecah di Eropa menimbulkan rasa sakit bagi investor di berbagai sektor, termasuk kripto. Selain itu, meningkatnya inflasi dan upaya putus asa bank sentral untuk melawannya mengakibatkan arus keluar dari aset berisiko, seperti BTC.

Tetapi pada skala yang lebih makro, ChatGPT percaya situasi ekonomi yang mengerikan, devaluasi mata uang, atau gejolak politik dapat membuat orang beralih ke Bitcoin. Ketertarikan pada aset kripto utama kemungkinan akan meningkat karena orang akan mencari “aset yang terdesentralisasi dan tidak dikendalikan pemerintah seperti Bitcoin.”

Melihat perkembangan serupa di negara-negara seperti Argentina dan Turki, di mana penduduk setempat telah berjuang dengan tingkat inflasi dua dan bahkan tiga digit untuk sementara waktu. Dengan demikian, ChatGPT menggemakan:

“Di saat ketidakpastian ekonomi, beberapa investor mungkin melihat Bitcoin sebagai lindung nilai terhadap sistem keuangan tradisional, yang berpotensi menaikkan harganya.”

5. Halving Bitcoin

Last but not least, AI chatbot mengungkit halving Bitcoin. Dimasukkan ke dalam jaringan Bitcoin sejak dimulainya pada tahun 2009, mereka terjadi di setiap 210.000 blok (kira-kira empat tahun) dan bertujuan untuk mengurangi hadiah blok, sehingga mengurangi kecepatan pembuatan BTC baru.

Tiga halving sebelumnya diikuti oleh kenaikan besar-besaran, dan ChatGPT menegaskan bahwa halving berikutnya – diharapkan terjadi pada bulan April tahun depan – kemungkinan akan mengarah pada pergerakan harga yang sama.

“Secara historis, peristiwa halving bertepatan dengan pasar bull karena berkurangnya pasokan dan potensi peningkatan permintaan memiliki efek positif pada harga Bitcoin.”

DISCLAIMER: Artikel ini bersifat informasi dan bukan merupakan tawaran atau ajakan untuk menjual dan membeli aset kripto apapun. Perdagangan aset kripto merupakan aktivitas beresiko tinggi. Harga aset kripto bersifat fluktuatif, di mana harga dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu dan Tokocrypto tidak bertanggung jawab atas perubahan fluktuasi dari nilai tukar aset kripto.

Continue Reading

Business

Asia Menguasai Pasar Bitcoin dan Kripto, Meninggalkan AS di Belakang!

Published

on

Hong Kong bakal izinkan penuh perdagangan aset kripto. Foto: REUTERS/Tyrone Siu.

Kawasan Asia kini menjadi pasar terbesar Bitcoin (BTC) dan aset kripto secara keseluruhan mengalahkan Amerika Serikat (AS). Pasokan Bitcoin yang dipegang oleh entitas di Asia meningkat sebesar 9,9% pada tahun 2023, karena kawasan tersebut mulai memperkenalkan peraturan ramah kripto dan AS memperketat sikap pengaturannya.

Tekanan peraturan AS terus mengengkang industri aset kripto, tren baru mulai terbentuk, sehingga mengubah dinamika permintaan global Bitcoin. Lingkungan politik AS tengah berusaha untuk memperketat regulasi perdagangan dan sektor pertambangan kripto.

Pergeseran ini terbukti membuat perubahan pasokan Bitcoin secara global. Berdasarkan data Glassnode pada tanggal 5 Juni, mengungkapkan perbedaan antara persediaan Bitcoin di AS dan Asia yang dimiliki atau diperdagangkan telah melebar.

Tercatat bahwa entitas Amerika sekarang memiliki Bitcoin 11% lebih sedikit dibandingkan pada Juni 2022. Selain itu, pasokan yang dipegang oleh entitas Asia telah meningkat hampir 10% pada periode yang sama atau year-over-year (YoY).

Asia Jadi Raja Kripto

Perubahan pasokan regional Bitcoin (BTC) dari Amerika Serikat ke kawasan Asia pada periode year-over-year (YoY). Sumber: Glassnode
Perubahan pasokan regional Bitcoin (BTC) dari Amerika Serikat ke kawasan Asia pada periode year-over-year (YoY). Sumber: Glassnode.

Baca juga: Mengapa Pasar Kripto dan Bitcoin Naik Hari Ini (7/6)?

Ketertarikan Asia terhadap Bitcoin memicu pertanyaan tentang kemungkinan faktor pendorong di balik perubahan ini.

Seperti yang dilaporkan CryptoSlate, meningkatnya regulasi terkait kripto di AS membuat para trader beralih dari Bitcoin dan Ethereum, ke stablecoin yang dirasa lebih aman. Langkah defensif oleh para trader ini menunjukkan dampak nyata yang dapat ditimbulkan oleh regulasi, atau ancamannya, terhadap perilaku dan keputusan pelaku pasar kripto.

Risiko potensi hukuman dan tindakan keras terkait kepatuhan dapat mendorong permainan yang lebih aman, terkadang dengan biaya investasi hasil tinggi. Sementara pengetatan regulasi membayangi pasar kripto AS, namun di Asia telah mengalami gelombang perubahan peraturan yang lebih positif.

Peningkatan kehadiran kripto pada akhirnya dapat membantu meningkatkan inklusi keuangan di beberapa negara berkembang terpenting di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Setidaknya ada 70% orang Vietnam tidak memiliki rekening bank, demikian pula sekitar 66% orang Indonesia dan 44% orang Filipina.

Mengingat potensi manfaat inklusi keuangan dari aset kripto, diharapkan regulator di negara berkembang Asia Tenggara akan secara bertahap mengambil langkah untuk melegalkan penggunaannya. Area abu-abu tempat kripto beroperasi di negara-negara ini sampai sekarang pada akhirnya akan menjadi semakin hitam dan putih.

Ramah Kripto

Saldo Bitcoin (BTC) di tiga bursa kripto teratas global. Sumber: Glassnode.
Saldo Bitcoin (BTC) di tiga bursa kripto teratas global. Sumber: Glassnode.

Baca juga: Investor Kripto Indonesia Terus Tumbuh Capai 17,25 Juta pada April 2023

Bukti kawasan Asia lebih ramah terhadap kripto terlihat ketika Komisi Sekuritas dan Futures (SFC) Hong Kong telah membuka jalan bagi investor retail untuk melakukan perdagangan aset digital. Hong Kong telah menciptakan lingkungan yang lebih ramah kripto, menandakan lisensi lebih dari delapan perusahaan kripto pada akhir tahun dan mengurangi persyaratan peraturan untuk bursa kripto.

Menanggapi perubahan yang mengakomodasi ini, beberapa entitas kripto, seperti CoinEx , secara strategis memanfaatkan aturan yang ramah di Hong Kong. Sementara itu, Bitget telah berkomitmen untuk menginvestasikan US$ 100 juta untuk mendukung ekosistem Web3 Asia.

Selain itu, meningkatnya spekulasi tentang potensi kepemilikan perbendaharaan Bitcoin di negara Asia Tengah mencerminkan pergeseran sentimen regional terhadap Bitcoin. Sementara, regulator AS telah menindak keras platform perdagangan kripto yang memaksa banyak orang untuk menutup, menangguhkan akun mereka, atau pindah ke luar negeri.

Continue Reading

Bitcoin News

Prediksi Crypto Juni 2023: Hal yang Buruk untuk Bitcoin Belum Berakhir?

Published

on

ilustrasi Bitcoin

Prediksi crypto bulan Juni 2023 sangat dinanti, terlebih Bitcoin (BTC) telah mencatat pemulihan penting yang menembus angka US$ 27.000 lagi pada akhir pekan lalu. Ini mengarah ke peningkatan spekulasi bahwa aset memposisikan dirinya untuk keuntungan yang signifikan dalam beberapa minggu mendatang.

Namun, terlepas dari pemulihan Bitcoin yang kuat secara keseluruhan pada tahun 2023, ahli strategi komoditas senior Bloomberg, Mike McGlone, telah menyatakan bahwa yang terburuk untuk BTC mungkin belum berakhir.

Dalam June Cryptos Outlook-nya yang diposting di LinkedIn pada tanggal 2 Juni, ahli strategi kripto itu berpendapat bahwa berbagai faktor menyarankan jalan bergelombang untuk aset digital. Dia menyarankan bahwa Bitcoin dan aset kripto lainnya menemukan diri mereka pada titik kritis, ketika menghadapi kemungkinan resesi Amerika Serikat pertama dalam sejarah, potensi bearish pasar saham , dan peningkatan pengawasan dari bank sentral.

Spekulatif

Senior Commodity Strategist at Bloomberg, Mike McGlone. Foto: Bloomberg.
Senior Commodity Strategist at Bloomberg, Mike McGlone. Foto: Bloomberg.

Baca juga: Daftar Aset Potensial di Bulan Juni 2023, Saatnya Nabung Kripto!

Cryptos menghadapi resesi AS pertama mereka, potensi pasar (saham) bearish, bank sentral yang (lebih) waspada, dan persaingan suku bunga yang tinggi, dan mereka telah bangkit pada tahun 2023, menunjukkan konsensus yang berpikir bahwa yang terburuk telah berakhir. Kami tidak setuju,” kata McGlone.

McGlone menegaskan bahwa injeksi likuiditas besar-besaran yang dialami dalam beberapa tahun terakhir, yang berpuncak pada All time high (ATH) Bitcoin pada tahun 2021, mencontohkan ekses spekulatif yang menjadi ciri pasar kripto . Dalam pandangannya, ekses ini merupakan indikasi risiko yang berkelanjutan.

Dia lebih jauh menyoroti sinyal deflasi seperti anjloknya harga komoditas, penurunan harga produsen, dan berkurangnya simpanan bank, yang dia yakini sebagai pertanda dampak potensial dari tindakan pengetatan Federal Reserve atau The Fed.

Bitcoin mendapatkan kembali ambang batas US$ 27.000, didorong oleh data ketenagakerjaan dari Amerika Serikat. Secara khusus, tingkat pengangguran AS di bulan Mei melampaui ekspektasi, mencapai 3,7% dibandingkan dengan proyeksi 3,5%.

Bitcoin Naik Lagi ke US$ 27.000

Grafik harian BTC/USDT. Sumber: TradingView.
Grafik harian BTC/USDT. Sumber: TradingView.

Baca juga: Holder Jangka Pendek Bitcoin Kembali Jual Untung, Sinyal Apa?

Meskipun tingkat partisipasi angkatan kerja tetap tidak berubah, ini menandai tingkat pengangguran tertinggi sejak Oktober 2022. Perekonomian AS yang tangguh menunjukkan kekuatannya dengan menambah 339.000 pekerjaan di bulan Mei.

Memang, seperti yang dilaporkan oleh Finbold, Bitcoin ingin menguji ulang saluran utama yang kemungkinan akan membuka ruang untuk US$ 28.000. Pelaku pasar melihat posisi US$ 28.000 sebagai level dukungan penting untuk mendapatkan kembali US$ 30.000.

Bitcoin diperdagangkan pada US$ 26.840 pada waktu pers, dengan penurunan mingguan sekitar 3,9%. Reklamasi posisi US$ 27.000 telah memicu rasa optimisme dan spekulasi mengenai lintasan masa depan BTC.

Selain mendapatkan dukungan dari pasar tenaga kerja yang kuat, penting untuk mengakui bahwa kekhawatiran yang berkepanjangan tentang inflasi terus mengancam lintasan aset. Itulah prediksi crypto bulan Juni 2023 yang menarik untuk disimak ke depannya.

DISCLAIMER: Artikel ini bersifat informasi dan bukan merupakan tawaran atau ajakan untuk menjual dan membeli aset kripto apapun. Perdagangan aset kripto merupakan aktivitas beresiko tinggi. Harga aset kripto bersifat fluktuatif, di mana harga dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu dan Tokocrypto tidak bertanggung jawab atas perubahan fluktuasi dari nilai tukar aset kripto.

Continue Reading

Popular