Connect with us

Altcoin News

Market Awal Pekan: Bitcoin Terpuruk di Bawah Tekanan Inflasi Tinggi

Published

on

Bitcoin zona merah

Market aset kripto pada awal pekan ketiga Juni 2022, terlihat mengalami pelemahan harian terparah. Tampak “cuaca buruk” menyelimuti market pasca data inflasi tahunan Amerika Serikat pada Mei lalu, ternyata menyentuh 8,6% dan menjadi rekor tertingginya dalam empat dekade terakhir.

Melansir situs CoinMarketCap pada Senin (13/6) pukul 09.00 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar ada big cap kompak terjebak di zona merah dalam 24 jam terakhir. Nilai Bitcoin (BTC) saja turun 8,67% ke $ 25.825 per keping dalam sehari terakhir.

Sementara nasib altcoin lain seperti Ethereum (ETH) tidak jauh berbeda turun 10% ke $ 1.356 di waktu yang sama. Cardano (ADA), Solana (SOL) dan Dogecoin (DOGE) mengalami penurunan yang paling signifikan, masing-masing 13,78%, 13,43% dan 12,13%.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, mengatakan investor terlihat panik dan cenderung menghindari market kripto setelah AS mencetak inflasi tahunan 8,6% di Mei 2022. Angka tersebut jauh lebih tinggi dari estimasi analis 8,3% dan merupakan laju inflasi terkencang sejak 1981.

“Kepanikan investor bukan tanpa alasan. Tadinya, mereka meyakini bahwa siklus inflasi tinggi di AS sudah selesai pada Maret lalu. Sehingga, mereka tak menduga bahwa inflasi Mei malah meroket. Hal ini membuat tekan The Fed akan mengerek suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin untuk bulan ini dan bulan depan,” kata Afid.

market aset kripto
Ilustrasi market aset kripto.

Baca juga: Nasib Aset Kripto LUNA 2.0 dan LUNC di Indonesia, Bisakah Diperdagangkan?

Korelasi Market Kripto dan Inflasi

Lebih lanjut Afid menjelaskan sebenarnya, inflasi bisa tak berkorelasi langsung dengan kinerja market aset kripto. Ia memberi contoh kasus di masa lalu, tingginya inflasi bisa berdampak baik bagi permintaan dan laju harga Bitcoin mengingat statusnya sebagai aset penyimpan kekayaan (store of value), seperti layaknya emas.

“Saat ini teori tersebut tampaknya tidak berlaku lagi. Kondisinya sudah berbeda. Market kripto sudah banyak dimasuki oleh investor institusi yang melihat dinamika makroekonomi sebagai indikasi untuk keputusan di pasar,” jelasnya.

Investor institusi yang sudah banyak masuk ke dalam market kripto, bisa mengurangi porsi aset berisiko di dalam portofolio mereka atau derisking. Dengan banyaknya jumlah dana kelolaan mereka di market cukup besar, aksi jual investor institusi bisa sangat mempengaruhi performa pergerakan aset kripto.

Ilustrasi market kripto
Ilustrasi market kripto.

Selain karena antisipasi data ekonomi, investor juga enggan all-out di market disebabkan harga beberapa aset kripto belum benar-benar menyentuh titik bottom-nya. Investor masih berpikir atau ragu-ragu untuk menjalankan strategi buy the dip.

Baca juga: Analisis Nilai Bitcoin yang Kembali Masuk ke Harga $ 30.000

Level Support Bitcoin Terus Turun

Nilai Bitcoin terus turun dari level resistensi $ 33.000 minggu lalu, yang mengindikasikan hilangnya momentum kenaikan. Itu menurunkan kemungkinan BTC bakal bisa reli dalam waktu dekat.

Perdagangan BTC secara kasar terlihar datar selama seminggu terakhir dan telah terbatas pada rentang perdagangan yang berombak. Level support awal terlihat di $ 25.000, yang mendekati harga terendah sejak 12 Mei lalu.

Afid menjelaskan momentum pada grafik harian telah melemah selama beberapa minggu terakhir, menunjukkan tren turun BTC dari November tahun lalu dapat berlanjut dalam jangka pendek. Tren turun didefinisikan oleh harga tertinggi yang lebih rendah dan harga terendah yang lebih rendah.

Grafik mingguan Bitcoin menunjukkan support/resistance, dengan RSI di bagian bawah. (Damanick Dantes/CoinDesk, TradingView).
Grafik mingguan Bitcoin menunjukkan support/resistance, dengan RSI di bagian bawah. (Damanick Dantes/CoinDesk, TradingView).

Level support BTC dalam grafik 200-week moving average, saat ini berada di $ 22.294. Namun, penurunan harga yang tajam pada akhirnya bisa stabil di $ 17.673, yang merupakan retracement 78% dari tren naik BTC sebelumnya dari Maret 2020 hingga November 2021,” tuturnya.

Menurut Relative Strength Index (RSI) pada grafik mingguan terlihat oversold, yang berarti tekanan jual bisa mereda selama beberapa minggu ke depan. Namun, pembacaan oversold tidak menunjukkan harga pasti yang rendah, terutama dalam konteks tren turun.

Baca juga: Tiga Alasan Harga Ethereum Berisiko Turun 25% di Juni 2022

Popular