Blockchain
Aset Kripto Tak Akan Mati, Kata Profesor Tiongkok
Profesor Tsai Wei-Tek, guru besar di Universitas Beihang mengatakan pengetatan peraturan transaksi terkait aset kripto dan penambangan Bitcoin di Tiongkok tidak akan membuat pasar kripto mati.
“Peraturan itu memang sepenuhnya menghentikan transaksi kripto yang terkait dengan perbankan. Tetapi itu bukan berarti pasar aset kripto seluruhnya akan mati,” kata Tsai kepada CGTN, media massa milik Pemerintah Tiongkok, Selasa (1/6/2021).
Ada alasan soal itu, menurut Tsai, yakni dengan membandingkan krisis keuangan tahun 2008 di Amerika Serikat dan menjalar ke banyak negara.
Baca Juga: Bank Sentral Korsel Lirik Teknologi Won Digital
Ketika itu sejumlah bank dan lembaga keuangan kolaps. Tetapi juga tidak sedikit yang bertahan dan sukar mati.
Tsai mencontohkan JPMorgan sebagai bank terbesar di AS masih bertahan, karena kapitalisasi pasarnya yang besar.
“Lihatlah nilai pasar Bitcoin saat ini, jauh melebihi nilai pasar JPMorgan sendiri,” ujar Tsai menyepadankan bertahannya aset kripto Bitcoin berdasarkan nilai pasarnya.
Tsai, yang juga pakar blockchain itu bahkan menegaskan, bahwa aset kripto sebagai mata uang internasional jelas-jelas berdampak pada sistem ekonomi dunia.
“Masalahnya, dunia belum siap untuk itu. Akan banyak tekanan terhadap sejumlah negara,” ujarnya.
Baca Juga: Bitcoin Masih Ngambang, Cardano (ADA) Sentuh Profit Area
Aset Kripto dan Peraturan
Sejak tahun 2013, Pemerintah Tiongkok dan Bank Sentral Tiongkok semakin memperketat peraturan terkait aset kripto, termasuk Bitcoin.
Peraturan terbaru beberapa pekan lalu cukup berdampak pada pada aset kripto. Sejumlah harga kripto berfluktuasi sangat tinggi.
Pasalnya pemerintah melarang semua bank untuk melayani transaksi terkait kripto. Ini menjadi penghalang warga Tiongkok bisa menukar kripto mereka menjadi yuan dan masuk ke rekening bank mereka.
Bahkan penambang Bitcoin di negeri itu semakin terbatas dalam menggunakan sumber daya listrik.
Tiongkok beralasan tambang Bitcoin menyedot energi listrik yang sangat besar, di mana sumber dayanya tidak terbarukan, seperti batu bara.
Akibatnya, pekan lalu saja, harga Bitcoin terombang-ambing berusaha mencapai kisaran di atas US$40 ribu.
Dalam 24 jam terakhir pasar kripto memang menguat tipis, mengisi sedikit pasar merah selama sepekan terakhir.
Hanya saja, pada time-frame harian, harga Bitcoin misalnya masih berada di bawah Moving Average 200, di kisaran US$36.100 per BTC.
Itu penanda bahwa koreksi cukup besar masih mungkin terjadi pada pekan-pekan mendatang.
Itu juga bermakna di time-frame harian, penguatan cukup baik masih akan terus terjadi hingga beberapa pekan mendatang, terpadu dengan koreksi di antaranya.