Business

Asia Menguasai Pasar Bitcoin dan Kripto, Meninggalkan AS di Belakang!

Published

on

Kawasan Asia kini menjadi pasar terbesar Bitcoin (BTC) dan aset kripto secara keseluruhan mengalahkan Amerika Serikat (AS). Pasokan Bitcoin yang dipegang oleh entitas di Asia meningkat sebesar 9,9% pada tahun 2023, karena kawasan tersebut mulai memperkenalkan peraturan ramah kripto dan AS memperketat sikap pengaturannya.

Tekanan peraturan AS terus mengengkang industri aset kripto, tren baru mulai terbentuk, sehingga mengubah dinamika permintaan global Bitcoin. Lingkungan politik AS tengah berusaha untuk memperketat regulasi perdagangan dan sektor pertambangan kripto.

Pergeseran ini terbukti membuat perubahan pasokan Bitcoin secara global. Berdasarkan data Glassnode pada tanggal 5 Juni, mengungkapkan perbedaan antara persediaan Bitcoin di AS dan Asia yang dimiliki atau diperdagangkan telah melebar.

Tercatat bahwa entitas Amerika sekarang memiliki Bitcoin 11% lebih sedikit dibandingkan pada Juni 2022. Selain itu, pasokan yang dipegang oleh entitas Asia telah meningkat hampir 10% pada periode yang sama atau year-over-year (YoY).

Asia Jadi Raja Kripto

Perubahan pasokan regional Bitcoin (BTC) dari Amerika Serikat ke kawasan Asia pada periode year-over-year (YoY). Sumber: Glassnode.

Baca juga: Mengapa Pasar Kripto dan Bitcoin Naik Hari Ini (7/6)?

Ketertarikan Asia terhadap Bitcoin memicu pertanyaan tentang kemungkinan faktor pendorong di balik perubahan ini.

Seperti yang dilaporkan CryptoSlate, meningkatnya regulasi terkait kripto di AS membuat para trader beralih dari Bitcoin dan Ethereum, ke stablecoin yang dirasa lebih aman. Langkah defensif oleh para trader ini menunjukkan dampak nyata yang dapat ditimbulkan oleh regulasi, atau ancamannya, terhadap perilaku dan keputusan pelaku pasar kripto.

Risiko potensi hukuman dan tindakan keras terkait kepatuhan dapat mendorong permainan yang lebih aman, terkadang dengan biaya investasi hasil tinggi. Sementara pengetatan regulasi membayangi pasar kripto AS, namun di Asia telah mengalami gelombang perubahan peraturan yang lebih positif.

Peningkatan kehadiran kripto pada akhirnya dapat membantu meningkatkan inklusi keuangan di beberapa negara berkembang terpenting di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Setidaknya ada 70% orang Vietnam tidak memiliki rekening bank, demikian pula sekitar 66% orang Indonesia dan 44% orang Filipina.

Mengingat potensi manfaat inklusi keuangan dari aset kripto, diharapkan regulator di negara berkembang Asia Tenggara akan secara bertahap mengambil langkah untuk melegalkan penggunaannya. Area abu-abu tempat kripto beroperasi di negara-negara ini sampai sekarang pada akhirnya akan menjadi semakin hitam dan putih.

Ramah Kripto

Saldo Bitcoin (BTC) di tiga bursa kripto teratas global. Sumber: Glassnode.

Baca juga: Investor Kripto Indonesia Terus Tumbuh Capai 17,25 Juta pada April 2023

Bukti kawasan Asia lebih ramah terhadap kripto terlihat ketika Komisi Sekuritas dan Futures (SFC) Hong Kong telah membuka jalan bagi investor retail untuk melakukan perdagangan aset digital. Hong Kong telah menciptakan lingkungan yang lebih ramah kripto, menandakan lisensi lebih dari delapan perusahaan kripto pada akhir tahun dan mengurangi persyaratan peraturan untuk bursa kripto.

Menanggapi perubahan yang mengakomodasi ini, beberapa entitas kripto, seperti CoinEx , secara strategis memanfaatkan aturan yang ramah di Hong Kong. Sementara itu, Bitget telah berkomitmen untuk menginvestasikan US$ 100 juta untuk mendukung ekosistem Web3 Asia.

Selain itu, meningkatnya spekulasi tentang potensi kepemilikan perbendaharaan Bitcoin di negara Asia Tengah mencerminkan pergeseran sentimen regional terhadap Bitcoin. Sementara, regulator AS telah menindak keras platform perdagangan kripto yang memaksa banyak orang untuk menutup, menangguhkan akun mereka, atau pindah ke luar negeri.

Popular

Exit mobile version