Academy
Belajar Crypto dengan Analisis Fundamental: Nilai Proyek & Utility Token
Banyak orang masuk ke dunia crypto hanya karena melihat harga naik drastis atau mendengar cerita sukses orang lain. Masalahnya, tanpa analisis yang tepat, banyak juga yang berakhir rugi karena salah pilih aset. Di sinilah analisis fundamental (FA) jadi penting.
Berbeda dengan analisis teknikal (TA) yang fokus pada grafik harga dan pola pergerakan, analisis fundamental melihat nilai intrinsik sebuah proyek: seberapa solid teknologi, tim pengembang, dan apakah tokennya benar-benar punya kegunaan nyata.
Dalam artikel ini, kita akan membahas pengertian analisis fundamental, alasan mengapa ia penting, komponen utama yang harus diperhatikan, hingga tips strategi lanjutan untuk memilih aset crypto yang lebih aman dan berpotensi jangka panjang.
Daftar Isi
Apa itu Analisis Fundamental dalam Crypto?
Analisis fundamental adalah pendekatan untuk menilai suatu proyek crypto berdasarkan aspek paling fundamental (mendasar), seperti whitepaper, tim pengembang, tokenomics, komunitas, hingga keuangan, dan faktor-faktor yang ada di dalam jaringan proyek crypto tersebut.
Tujuannya tidak lain untuk mengetahui nilai intrinsik dari proyek tersebut. Apakah aset crypto undervalued atau overvalued, sehingga kamu bisa mempertimbangkan potensi proyek crypto tersebut ke depannya.
Kenapa Analisis Fundamental Penting?
Menurut data dari Dune, hingga September 2025, terdapat lebih dari 47 juta token crypto yang masih terus bertambah setiap harinya.
Banyak proyek crypto tersebut lahir dengan membawa narasi besar dan janji inovasi revolusioner. Mulai dari teknologi blockchain generasi baru, solusi keuangan terdesentralisasi (DeFi), hingga ekosistem metaverse yang digadang-gadang menjadi masa depan interaksi digital.
Namun, realitas di lapangan seringkali berbeda. Tidak sedikit dari proyek-proyek tersebut yang kehilangan arah pengembangan, gagal membangun basis pengguna, atau bahkan terhenti total karena masalah pendanaan, lemahnya manajemen, hingga skema penipuan (rug pull).
Memahami aspek fundamental menjadi aspek penting yang membantu investor memahami nilai sebenarnya dari sebuah aset dan potensi ke depannya—karena terdapat jutaan token crypto yang tersedia, kamu butuh filter untuk menyaring proyek potensial atau yang hanya hype.
Analisa Fundamental ini yang bisa menjadi salah satu filter tersebut, agar keputusan investasi kamu jadi lebih rasional, dan fokus pada aset yang memiliki peluang bertahan di tengah volatilitas pasar.
Terdapat tiga aspek utama yang dapat digunakan dalam analisis fundamental, yaitu faktor proyek, faktor keuangan, dan faktor on-chain. Penjelasan lengkapnya bisa kamu temukan pada artikel Apa Itu Altcoin Terbaik dan Bagaimana Cara Menilainya.
Selanjutnya, kita akan membahas metode untuk menghitung nilai sebuah proyek dan utility token crypto yang dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan investasi.
Cara untuk Mengetahui Nilai Proyek & Utility Token Crypto
Untuk mengetahui nilai dari suatu proyek crypto maka kamu harus tahu nilai riil sebuah aset yang dihitung berdasarkan karakteristik fundamentalnya. Dalam saham, ini bisa berasal dari pendapatan, arus kas, atau potensi pertumbuhan. Namun, di crypto, penilaiannya lebih kompleks karena aset digital tidak memiliki pendapatan tetap atau aset fisik sebagai penopang.
Faktor utama yang membentuk nilai intrinsik crypto meliputi:
- Utility (Kegunaan) – Masalah apa yang diselesaikan proyek? Apakah memiliki use case nyata?
- Scarcity (Kelangkaan) – Apakah suplai token terbatas atau inflasi tinggi?
- Network Value (Nilai Jaringan) – Seberapa besar dan aktif ekosistemnya?
- Security (Keamanan) – Seberapa kuat blockchain terhadap serangan?
Contoh:
- Bitcoin mendapatkan nilai dari suplai tetap 21 juta koin, desentralisasi, dan keamanan proof-of-work.
- Ethereum memperoleh nilai dari perannya sebagai tulang punggung DApps dan smart contract.
Untuk menghitung nilai proyek crypto, ada 3 metode umum yang bisa digunakan, seperti:
Metcalfe’s Law
Metcalfe’s Law adalah sebuah konsep yang menjelaskan bahwa nilai sebuah jaringan (network) akan meningkat seiring dengan jumlah penggunanya. Lebih tepatnya, nilai tersebut akan tumbuh sebanding dengan kuadrat dari jumlah pengguna aktif.
Sederhananya:
- Jika hanya ada 2 orang dalam sebuah jaringan, mereka hanya bisa saling terhubung 1 kali.
- Kalau ada 5 orang, koneksinya bisa jauh lebih banyak karena tiap orang bisa berhubungan dengan beberapa orang lain sekaligus.
- Semakin banyak orang yang bergabung, semakin banyak juga interaksi yang mungkin terjadi—dan ini membuat jaringan jadi jauh lebih berharga.
Artinya, pertumbuhan nilai tidak sekadar naik linear (sedikit demi sedikit), melainkan bisa meningkat secara eksponensial.
Bagaimana cara menerapkannya?
Metode ini sangat relevan untuk menilai potensi aset proyek crypto yang memiliki ekosistem kuat dan banyak pengguna aktif—dengan cara kalkulasi sebagai berikut:
Nilai Jaringan∝n2
- n = jumlah pengguna aktif
- Nilai jaringan = bertambah secara kuadrat dari n.
Mari kita coba masukkan rumusnya ke dalam salah satu proyek crypto populer yakni—Solana.
Data Q3 2025 dari Token Terminal menunjukan jika Solana memiliki 2,9 juta daily active addresses.
Maka:
Nilai Jaringan = (2,900,000)2 = 8.410.000.000.000
Jadi berdasarkan Metcalfe’s Law, Solana memiliki nilai proyek sekitar 8,41 triliun unit (ukuran relatif yang bisa digunakan untuk dibandingkan dengan jaringan lain, bukan dalam USD).
Artinya, jika jumlah pengguna aktif Solana terus meningkat, nilai jaringannya akan naik jauh lebih cepat dari pertumbuhan pengguna itu sendiri. Misalnya, kenaikan 10% pengguna bisa membuat nilai jaringan bertumbuh lebih dari 20%.
Meskipun berguna sebagai gambaran besar, Metcalfe’s Law bukan alat analisis yang sempurna. Ada beberapa keterbatasan yang perlu diperhatikan:
- Oversimplifikasi
Rumus ini hanya menghitung jumlah pengguna, tanpa melihat kualitas interaksinya. Jaringan dengan 1.000 akun pasif jelas jauh kurang bernilai dibandingkan 100 akun yang aktif bertransaksi setiap hari. - Akurasi Data
Menentukan angka “active users” tidak selalu mudah. Di blockchain, satu orang bisa memiliki banyak alamat dompet. Selain itu, bot dan spam account dapat memperbesar angka pengguna aktif secara semu, sehingga hasil analisis bisa bias. - Keterbatasan Perbandingan
Tidak semua blockchain bisa dinilai hanya dari banyaknya pengguna. Ada jaringan dengan user base lebih kecil, tapi unggul di aspek lain seperti kecepatan transaksi, biaya lebih murah, atau skalabilitas lebih tinggi. Faktor-faktor ini sama pentingnya, namun tidak tercermin dalam perhitungan Metcalfe’s Law.
Baca juga: 5 Cara Analisa Harga Altcoin Tanpa Harus Melihat Chart
Cost of Production
Metode ini menghitung nilai proyek crypto berdasarkan biaya yang diperlukan untuk memproduksinya. Pada blockchain berbasis Proof of Work (PoW) yang bisa ditambang (mining) misalnya seperti Bitcoin, dengan biaya produksi mencakup:
- Listrik untuk menjalankan perangkat keras penambangan.
- Hardware (misalnya ASIC miner) yang digunakan untuk menambang.
Biaya operasional lain seperti pendinginan, sewa tempat, hingga perawatan peralatan.
Dalam beberapa kasus, ketika harga pasar sebuah aset crypto turun di bawah biaya produksinya, para penambang berisiko mengalami kerugian dan sebagian memilih untuk menghentikan operasinya.
Berkurangnya jumlah penambang dapat menurunkan laju suplai koin baru yang masuk ke pasar. Jika pada saat yang sama permintaan tetap stabil atau meningkat, kondisi ini dapat menciptakan kelangkaan yang berpotensi mendorong harga kembali naik, mendekati atau bahkan melampaui biaya produksinya.
Maka dari itu biaya produksi sering dijadikan indikator batas bawah nilai wajar (intrinsic floor value) sebuah aset crypto berbasis Proof of Work.
Contohnya saat pasar bearish 2022, harga Bitcoin sempat jatuh ke $16.000, sementara biaya produksi rata-rata mencapai $20.998.
Selisih negatif sekitar -$4.998 artinya banyak penambang merugi setiap kali mereka menghasilkan 1 BTC dan penambang kecil atau yang tidak efisien terpaksa berhenti beroperasi karena tidak lagi menguntungkan.
Akibatnya, hashrate jaringan menurun, sehingga protokol Bitcoin melakukan difficulty adjustment yang secara otomatis menyesuaikan kesulitan menambang agar probabilitas penambang menemukan blok meningkat, sehingga potensi profitabilitas mereka juga naik dan membuat harga produksi sesuai dengan harga pasar.
Baca juga: Altcoin Melonjak: Tiga Kategori Kripto yang Menarik Minat Pasar Global
Discounted Utility Model
Metode ini menilai nilai intrinsik crypto dengan cara memproyeksikan manfaat di masa depan—seperti volume transaksi atau tingkat adopsi, lalu menghitung kembali nilainya ke saat ini menggunakan discount rate. Konsepnya mirip dengan discounted cash flow (DCF) di analisis keuangan tradisional.
Bagaimana cara menerapkannya?
Analis biasanya memperkirakan:
- Use case yang mungkin berkembang di masa depan.
- Tingkat adopsi (berapa banyak orang yang akan menggunakan).
- Aktivitas transaksi (berapa banyak transaksi yang akan terjadi).
Setelah itu, proyeksi manfaat ekonomi tadi “didiskon” agar sesuai dengan nilai saat ini, karena uang atau manfaat masa depan nilainya selalu lebih rendah dibanding hari ini.
Mari kita coba ke satu proyek crypto populer yakni—TRON (TRX).
Tron mendapatkan nilai intrinsiknya dari perannya sebagai pembayaran digital, DeFi, dan transfer stablecoin.
Menurut data Token Terminal, total transaksi harian Tron mencapai 9 juta dengan rata-rata biaya transaksi $0.8186.
Dengan asumsi biaya rata-rata per transaksi adalah $0,8186, maka total biaya transaksi harian adalah:
9.000.000×0,8186=$7.367.400 per hari
Ini setara dengan biaya transaksi tahunan sebesar:
7.367.400×365=$2,689 miliar per tahun
Untuk menghitung nilai intrinsik Tron selama 10 tahun ke depan, kamu bisa menerapkan discount rate sebesar 10%. Dengan menggunakan rumus discounted value, total nilai terdiskon dari biaya transaksi Tron selama 10 tahun kedepan diperkirakan mencapai sekitar $16,52 miliar.
Jadi hasil estimasi discounted utility model nilai intrinsik Tron berdasarkan data tadi ada di $16,52 miliar.
Contoh tersebut hanya ilustrasi untuk menunjukkan cara kerja discounted utility model dalam memperkirakan nilai intrinsik Tron, sementara dalam kenyataannya biaya transaksi tidak tetap dan bisa berubah karena faktor jaringan, jenis transaksi, maupun insentif pengguna.
Penutup
Analisis fundamental crypto adalah metode untuk menilai nilai intrinsik sebuah proyek berdasarkan faktor mendasar seperti teknologi, tim pengembang, tokenomics, komunitas, dan data on-chain. Dengan lebih dari 47 juta token crypto yang beredar, FA menjadi filter penting untuk membedakan proyek potensial dari sekadar hype.
Tiga pendekatan populer untuk menghitung nilai proyek dan utility token adalah Metcalfe’s Law (mengukur nilai jaringan dari jumlah pengguna aktif), Cost of Production (biaya produksi sebagai batas bawah harga wajar), dan Discounted Utility Model (memproyeksikan manfaat ekonomi masa depan lalu mendiskontokannya ke nilai saat ini).
Memahami metode ini membantu investor mengidentifikasi aset undervalued atau overvalued, mengurangi risiko, dan fokus pada crypto dengan prospek jangka panjang.
Investasi dan trading kripto aman hanya di Tokocrypto. Ikuti Google News Tokonews untuk update berita crypto dan download aplikasi trading bitcoin & crypto sekarang!
DISCLAIMER: Investasi aset kripto mengandung risiko tinggi dan segala keputusan investasi yang diambil oleh Anda berdasarkan rekomendasi, riset dan informasi seluruhnya merupakan tanggung jawab Anda.
Tidak ada lembaga atau otoritas negara yang bertanggung jawab atas risiko investasi tersebut.
Konten ini hanya bersifat informasi, bukan ajakan menjual atau membeli.
Referensi:
Cointelegraph. Intrinsic value of crypto: What is it and how to calculate it. 2024
CFX. Mengenal Analisis Fundamental dalam Aset Kripto. 2025