Setelah rontok selama lebih dari sepekan terakhir, Bitcoin akhirnya bangkit kembali. Raja Aset Kripto itu naik dari US$8.482 pada 2 Maret dini hari menjadi US$8.931 per 3 Maret dini hari tadi.
Selama 24 jam terakhir, Bitcoin menguat hingga 3,55 persen terhadap dolar AS dan 4,20 persen terhadap poundsterling. Terhadap dolar AS, Bitcoin naik besar pada 2 Maret siang sekitar 1,09 persen dan 3 Maret pagi sekitar 1,07 persen. Namun dalam sepekan, Bitcoin belum mampu mendobrak resistensi US$9.643 pada 25 Februari 2020 lalu.
Penguatan tipis ini setidaknya menunjukkan keunggulan Bitcoin dibandingkan aset investasi lainnya, seperti emas, saham dan bond yang secara global masih melemah akibat wabah virus Corona yang kian mengkhawatirkan. Kabar terbaru, virus Corona dipastikan positif menjangkiti dua warga Indonesia di Depok.
BERITA TERKAIT Sebut Ripple Lebih Baik daripada Bitcoin, Dosen Stanford Diadukan Mahasiswa
Emas sendiri di pasar spot dalam 24 terakhir terpantau mulai menguat daripada sebelumnya sekitar 0,40 berdasarkan dari GoldPrice. Dalam rentang waktu 30 terakhir, emas hanya mampu memberikan imbal hasil hingga 3,69 persen.
Sentimen pasar saham global, berdasarkan data dari Fear & Greed Index, masih menunjukkan extreme fear di skala 12.
Analisis pasar Muhammad Kurnia Bijaksana, pada 1 Maret 2020 menegaskan, bahwa pada umumnya, breakout dari sebuah pola akan diikuti dengan retest sebelum naik atau turun lagi.
“Kita harapkan bahwa Bitcoin dapat naik lagi setelah menguji pola falling wedge itu,” katanya.
Faktor Penurunan Suku Bunga
Adam Vettese, Analis Pasar eToro Inggris mengakui aksi jual Bitcoin secara massal dalam dua minggu terakhir.
“Namun, ada tanda-tanda pemulihan setelah akhir pekan untuk tiga aset kripto terbesar,” katanya melalui surat elektronik pagi ini.
Bitcoin menguat di US$8.600. Sementara Ether (ETH) juga naik sekitar 2 persen di US$219 dan Ripple (XRP) naik 2,5 persen di US$0,229, katanya.
BERITA TERKAIT Sosok Hal Finney, Kriptografer dan Penerima Bitcoin Pertama dari Satoshi
Menurut Adam, perkembangan itu mengikuti periode perdagangan yang dramatis, di mana semuanya berada di wilayah bull dan bear pada Februari 2020.
“Dari sudut pandang teknikal, setiap penurunan lebih lanjut dalam harga, berpotensi adanya penguatan lebih lanjut. Namun, prospeknya juga tak pasti, sebab wabah virus Corona kian menekan sentimen positif di pasar saham,” katanya.
Di atas itu semua, menurut Adam, khusus Bitcoin, moment Bitcoin Halving akan berdampak positif terhadap harga Raja Aset Kripto itu. Itu pun terkombinasi dengan potensi penurunan suku bunga bank oleh Bank Sentral Amerika Serikat. Itu yang dapat menjadikan Bitcoin jadi lebih menarik,” tegasnya. [red]