Market
Konflik Kraken-SEC dan Rumor Staking Dilarang di US Bikin Kripto Turun
Market kripto terpantau turun pada Jumat (10/2) pagi saat industri diterpa kabar bursa kripto, Kraken yang setuju untuk menutup fitur staking dan membayar denda ke US Securities and Exchange Commission (SEC). Hal ini membuat banyak investor khawatir tentang rencana investasi mereka.
Menjelang akhir pekan, investor kripto dikejutkan dengan posisi market yang jatuh lebih dalam. Bahkan Bitcoin (BTC) kembali ke keluar dari zona US$ 22.000 atau sekitar Rp 332 juta. Apa penyebab harga kripto turun kali ini?
Tim Riset Tokocrypto menjelaskan bahwa sentimen bearish masih cukup kuat menghantui market pada pekan ini. Ada beberapa penyebabnya, utama adalah soal industri kripto di AS sedang menghadapi tekanan peraturan yang meningkat sejak awal tahun. Ini bahkan memicu diskusi di media sosial tentang apakah pemerintah AS diam-diam mencoba menekan seluruh industri kripto.
“Terbaru yang membuat market kripto begitu terpukul karena ada rumor bahwa The Fed dan Comptroller of the Currency (OCC) akan melakukan pelarangan pelayanan bank ke crypto exchange. Hal ini juga berkaitan dengan New York Department of Financial Services (NYDFS) yang melakukan investigasi atas penerbitan stablecoin Paxos,” jelas tim.
Sentimen Negatif Kuat
Baca juga: Nilai Lido DAO (LDO) Naik Efek Tweet CEO Coinbase Brian Armstrong
Tidak hanya itu, kabar yang menyebutkan US Securities and Exchange Commission (SEC) meminta bursa kripto global, Kraken untuk segera menghentikan fitur staking dan membayar denda US$ 30 juta juga mendorong market kripto lesu. Berita Kraken mengikuti rumor dari CEO Coinbase, Brian Armstrong, yang mengatakan SEC berniat untuk menyingkirkan staking kripto di AS untuk investor ritel.
Serangkaian kabar buruk tersebut cukup untuk kembali melemahkan harga kripto. Saat ini kemungkinan besar investor masih takut dan khawatir imbas dari perkembangan regulasi kripto di AS yang belum menunjukan hal positif. Selain itu mereka juga resah dengan data pekerjaan AS terakhir yang kuat dan kelanjutan kebijakan moneter AS dari The Fed yang masih hawkish dan akan menghambat pertumbuhan ekonomi.
“Sama seperti kripto, saham berjangka AS diperdagangkan cenderung turun pada Jumat (10/2) pagi. Indeks dolar AS (DXY) terpantau kembali level 103 (+0.05) yang memicu penurunan berkorelasi terbalik di seluruh aset berisiko, termasuk kripto dan saham.”
Analisis Teknikal
Baca juga: Surabaya hingga Bekasi Masuk Daftar Kota Paling Siap untuk Bisnis Kripto
Dari sisi analisis teknikal, Bitcoin turun di bawah US$ 22.000 atau anjlok hampir 5% selama 24 jam terakhir. Ini menandai level terendah sejak 25 Januari lalu. Tekanan jual terlihat mendominasi meskipun volume perdagangan ditutup rendah, di bawah 20-day moving average (MA). Dari relative strength index (RSI) juga perlahan bergerak naik menuju area overbought.
“Level support BTC terkuat saat ini berada di US$ 21.300, apabila berhasil breakout support, maka akan terjadi penurunan lebih lanjut di bawah US$ 21.000. Pergerakan harga Bitcoin untuk kembali bulish harus bisa menembus level resistance di US$ 22.304.”
Namun, diproyeksikan selama akhir pekan nanti, Bitcoin belum mampu untuk meneruskan laju naik atau tidak berhasil bounce. Tekanan jual masih besar dan belum menjadi momen baik untuk mengakumulasi BTC. Prediksi dalam waktu dekat BTC akan kembali ke level US$ 21.000 atau Rp 317 juta.
Pastikan kamu hanya melakukan trading kripto di platform terpercaya, seperti Tokocrypto. Dengan berbagai fitur yang mumpuni serta ekosistem yang luas, trading kripto jadi lebih mudah. Kamu juga bisa menyimak berbagai informasi terbaru mengenai kripto dengan mengunjungi website Tokocrypto, Instagram, Twitter, serta komunitas Tokocrypto!
DISCLAIMER: Bukan saran atau ajakan membeli! Investasi atau perdagangan aset kripto masih berisiko tinggi. Artikel ini hanya berisi informasi yang relevan mengenai aset kripto tertentu.