Public sale kripto Gram “besutan Telegram” akhirnya meluncur sejak kemarin petang di bursa kripto Liquid.com. Padahal sang CEO sekaligus pendiri Telegram, Pavel Durov tidak pernah memberikan pernyataan apa-apa soal public sale itu. Satu-satunya informasi resmi soal kripto Gram adalah dari pihak Liquid sendiri dan gencar berpromosi.
Public sale Gram diselenggarakan oleh GRAM ASIA di Korea Selatan yang mengklaim sebagai holder terbesar di wilayah Asia. Mereka bekerjasama dengan Liquid yang bermarkas di Jepang untuk melakukan public sale, walaupun main netBlockchain TON baru akan diluncurkan pada Oktober mendatang.
“Akun pengguna yang Anda ajak harus terverifikasi dan membeli token GRAM minimal setara US$100. Setiap pengguna yang terverifikasi, maka Anda berhak mendapatan token GRAM senilai US$10. Maksimal imbalan yang bisa Anda peroleh adalah US$50,” sebut Liquid di situs webnya. Liquid menambahkan, pembelian minimal senilai US$100, bisa menggunakan dolar AS (fiat) atau stablecoin USDC.
Menurut Kayamori, CEO Liquid, pada Juni lalu, Gram akan diperdagangkan di Liquid dengan rentang waktu antara pengujicobaan (testnet) dengan peluncuran versi final (mainnet) blockchain Telegram, TON. Token GRAM itu sendiri berasal dari Gram Asia, komunitas di Korea Selatan yang disebut memiliki sejumlah besar token GRAM.
“Kami juga akan bekerjasama dengan sejumlah bursa kripto lainnya agar GRAM dapat diperdagangkan secara luas pada Oktober 2019,” kata Kayamori kepada Techcrunch belum lama ini.
Berdasarkan penelusuran lebih dalam, Blockchainmedia menemukan sejumlah fakta yang menarik, karena kripto Gram ini melibatkan sejumlah pihak.
Pertama, Liquid diketahui didirikan di Jepang dan mendapatkan lisensi resmi dari Badan Layanan Keuangan Jepang. Liquid berdiri di bawah bendera perusahaan Quoine yang didirikan pada tahun 2014. Pada tahun 2015 Quoine membesut platform perdagangan kripto, Quoinex dan mengganti namanya dengan Qryptos pada tahun 2017. Setahun kemudian pada tahun 2018 berubah menjadi Liquid.
Kedua, Michael Arrington pendiri media siber Techcrunch dan ArringtonXRPCapitalbeberapa hari yang lalu pernah menyebutkan akan menggunakan Gram sebagai bagian dari model bisnis di Nexo perusahaan simpan pinjam kripto yang disokong olehnya.
Ketiga, ArringtonXRPCapital diketahui sebagai salah satu perusahaan penyokong dana di perusahaan Telegram termasuk Ripple dan Blockstack yang hari ini mendapatkan restu dari SEC. Itu tertera jelas di situs web ArringtonXRPCapital.
Keempat, CEO Nexo kepada CNBC pernah menyebutkan berminat bergabung di Facebook-Libra Association.
Kendati Telegram adalah aplikasi terpopular di dunia, proyek blokchain TON (Telegram Open Network) dengan kripto Gram-nya, terkesan agak “gelap-gelapan”. Pasalnya tidak ada “situs web resmi” yang memastikan proyek itu memang dijalankan oleh sang CEO, Pavel Durov. Durov sendiri enggan memberikan informasi langsung dan bernas kepada publik. Sejumlah sumber mengungkapkan, Durov hanya mengatakan proyek TON didanai oleh sejumlah perusahaan dan konglomerasi.
Pada tahun 2018, misalnya proyek itu disebut-sebut telah meraup dana investasi hingga US$1,7 miliar. Sejak proyek itu disebutkan berjalan pada tahun 2017, hanya dua orang yang mengaku sebagai investor di proyek TON itu, yakni Sergei Solonin, pendiri Qiwi dan David Yakobashvili, pendiriWimm-Bill-Dann.
Sebelumnya media siber Bell menyebutkan, terdapat sebuah kanal Telegram (@Tgram) yang memuat sejumlah informasi perkembangan terkini proyek TON itu.
Berdasarkan penelusuran Blockchainmedia.id, kanal itu memuat beberapa hal, di antaranya yang dikirimkan pada 24 Desember 2018 lalu. Bahwa, “bot Telegram yang menerima pembayaran menggunakan kartu kredit, kelak bisa dilakukan menggunakan kripto. Pengguna dapat menggunakan kripto GRAM yang bisa dikonversi dengan kripto lainnya di bursa efek. GRAM berperan sebagai penghubung antara uang fiat dan kripto, sebagaimana yang terjadi pada Bitcoin saat ini. Disebutkan pula, GRAM dapat digunakan di Telegram sebagai “donasi” lintas grup dan kanal.”
Kemudian pada 11 Juni lalu, menyoal public sale Gram di Liquid, komunitas Blockchain TON-Telegram itu menyebutkan kemungkinan besar adanya “kolaborasi” antara pihak Liquid dan Gram Asia yang mengklaim memiliki sejumlah besar token GRAM.
“Liquid tidak memiliki izin langsung dan resmi dari pihak Telegram soal pengumuman perdagangan GRAM itu. Domain situs web Gramasia.com pun baru didaftarkan pada 28 Mei 2019. Kami menilai ini adalah tindakan “kolaborasi” antara mereka. Lagipula, tidak diketahui pihak mana yang memiliki GRAM dalam jumlah besar di Asia,” jelas mereka.
Mengingat ada banyak nama-nama besar yang saling terkait dengan Blockchain TON dan kripto Gram ini, termasuk sejumlah institusi yang mengklaim melakukan langkah sah dan meyakinkan, bisa jadi memang inilah “gendang” yang sedang dijalankan oleh Pavel Durov dan kawan-kawan. Kita tunggu saja, apakah kripto Gram nanti benar-benar berada di genggaman kita di Telegram. [red]