Crypto

Riset: Indonesia Jadi Negara Pengadopsi Aset Kripto Tertinggi di Dunia

Published

on

Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan kepemilikan aset kripto tertinggi di dunia. Masyarakat melihat kripto sebagai perlindungan aset terhadap inflasi di masa depan.

Sebuah riset terbaru yang dilakukan oleh Gemini, platform perdagangan aset kripto global, menemukan bahwa 41 persen orang Indonesia, berusia antara 18-75 tahun dengan pendapatan lebih dari $ 14.000 (setara Rp 200 juta) per tahun, memiliki aset kripto.

Laporan yang bertajuk “2022 Global State of Crypto Report” ini menempatkan Indonesia dengan Brasil di peringkat teratas dari 20 negara yang disurvei oleh Gemini. Survei ini melibatkan sekitar 30.000 responden di 20 negara antara November 2021 dan Februari 2022 untuk memberikan gambaran tentang ekosistem kripto yang berkembang pesat.

Masyarakat Indonesia Mulai Percaya Aset Kripto

Dalam penelitian tersebut juga menemukan bahwa 61 persen responden Indonesia setuju dengan anggapan bahwa kripto adalah masa depan investasi dan layanan keuangan. Bandingkan dengan 23 persen di negara maju, seperti Amerika Serikat, Prancis dan Jerman.

“Banyak investor di negara ini mungkin melihat kripto sebagai lindung nilai inflasi,” kata Plt. Direktur Pelaksana dan Direktur Perdagangan Gemini Asia Pasifik, Feroze Medora dikutip Jakarta Globe.

Indonesia menjadi negara dengan pertumbuhan kepemilikan aset kripto tertinggi di dunia. Foto: Gemini “2022 Global State of Crypto Report”.

“Sudah lama dipercaya gagasan bahwa Bitcoin beroperasi sebagai semacam “emas digital.” Jika nilai Bitcoin atau kripto lain yang dipilih meningkat seiring waktu, ini akan melindungi penurunan daya beli mata uang yang diakibatkan oleh hilangnya nilainya.”

Baca juga: Asosiasi ICCA dan PKHAKI Hadir Dukung Perkembangan Aset Kripto di Indonesia

Perempuan Mulai Dominasi Investasi Kripto di Indonesia

Satu hal yang menarik dari temuan riset yang dilakukan Gemini adalah terdapat 51 persen pemilik aset kripto di Indonesia adalah perempuan. Kemudian, hanya dua negara lain dalam penelitian ini, Israel dan Nigeria, yang memiliki setidaknya jumlah pria dan perempuan yang sama dalam kepemilikan kripto.

“Laporan ini telah menantang keyakinan bahwa aset kripto adalah “klub anak laki-laki,” kata Medora.

“Pertumbuhan aplikasi platform perdagangan aset kripto telah membuat kripto lebih mudah diakses oleh semua orang, terlepas dari jenis kelaminnya. Selain itu, maraknya materi pendidikan kripto yang bisa diakses online, mungkin telah membantu mempersempit dan bahkan mengubah keseimbangan gender dalam hal investasi kripto,” ujarnya.

Perempuan Indonesia mulai melek investasi aset kripto. Foto: Gemini “2022 Global State of Crypto Report”.

Baca juga: Siap! Transaksi Crypto di Indonesia Akan Dikenakan Pajak 0,1%

Studi Gemini tidak sepenuhnya mewakili total populasi penduduk Indonesia dan negara yang menjadi lokasi penelitiannya. Dengan mempersempit objek penelitian dan menetapkan pendapatan tahunan sebesar Rp 200 juta, riset ini hanya mewakili mereka yang berpenghasilan tinggi di Indonesia.

Namun, laporan tersebut memberikan pemahaman yang lebih baik tentang tingkat adopsi saat ini di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik yang lebih lua.

“Masyarakat Indonesia sudah dikenal melek teknologi, sehingga mereka beradaptasi dengan kelas aset digital yang relatif baru ini,” pungkas Medora.

Jumlah investor aset kripto di Indonesia meningkat dua kali lipat. Hingga Februari 2022 saja sudah ada lebih dari 12 juta investor, menurut data dari Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappepti). Sebagai perbandingan, jumlah investor pasar saham Indonesia hanya di sekitar 8 juta.

Baca juga: Daftar Anak Muda yang Kaya Berkat Investasi Aset Kripto

Popular

Exit mobile version