Blockchain
10 Merek Ternama yang Terbitkan NFT Sendiri

Meningkatnya popularitas NFT (non-fungible token) membuat banyak orang, baik kreator maupun kolektor seni, mulai merambah ke dunia kripto tersebut. Tak terkecuali merek-merek ternama dunia. Tren NFT yang sudah ramai sejak 2021 ini membawa banyak brand ternama meluncurkan NFT miliknya sendiri. Meski dipatok harga yang cukup tinggi, koleksi NFT merek ternama dunia ini berhasil menarik minat banyak kolektor. Apa saja brand tersebut?
Daftar Isi
Gucci
Salah satu merek fashion ternama di dunia ini sudah terlibat dalam dua perilisan NFT pada 2021 lalu. Pada Maret 2021, Gucci bereksperimen dengan meluncurkan sneakers dalam bentuk Augmented Reality (AR) yang dijual dengan harga US$11,99. Namun, sneakers AR tersebut bukanlah koleksi resmi Gucci.
Dua bulan kemudian, tepatnya pada Mei 2021, Gucci merilis NFT resmi pertamanya berupa film pendek untuk memperingati hari jadi Gucci yang ke-100.
Film pendek berdurasi empat menit ini tidak hanya memperingati hari jadi mereka, tetapi juga berisi teaser kolaborasi dengan Balenciaga. Film pendek ini berhasil terjual pada harga US$250.000 atau setara dengan Rp3,5 miliar (kurs Rp14.330).
Louis Vuitton
Untuk merayakan ulang tahun ke-200 pendirinya, Louis Vuitton merilis sebuah game NFT bernama “Louis the Game”. Permainan ini menggambarkan Vivienne, ikon Louis Vuitton, yang menjelajahi dunia animasi dan mengumpulkan lilin untuk ke sebuah pesta ulang tahun.
Selama bermain, pemain berkesempatan untuk mendapatkan 30 NFT berupa item yang bisa digunakan dalam game. Sepuluh di antaranya adalah NFT karya seniman ternama, Beeple. Namun, game NFT ini tidak diperjualbelikan, melainkan hanya sebagai digital collectible.
Baca juga : 10 Manfaat Praktis NFT untuk Bisnis
Jimmy Choo
Merek fashion yang terkenal dengan koleksi sepatunya ini meluncurkan NFT berupa sepatu digital pada Oktober 2021 lalu.
NFT tersebut merupakan hasil kolaborasi dengan seniman Eric Haze. Selain sepatu digital, Jimmy Choo juga menyediakan 8.888 mystery box yang bisa didapatkan di marketplace NFT. Isinya berupa 445 kartu digital sangat langka, 3.109 kartu langka, dan 5.333 kartu digital biasa.
Jika berhasil mendapatkan kartu sangat langka dan langka, pembeli akan melihat sneak peek dari koleksi NFT mendatang dari Jimmy Choo.
Burberry
Merek ternama lainnya yang juga merilis NFT adalah Burberry. Sama seperti Louis Vuitton, Burberry merilis sebuah permainan berbasis NFT yang bekerja sama dengan Mythical Games.
Permainan dengan nama “Blankos Block Party” ini menceritakan tentang sebuah brankas virtual dan menghadirkan Blanko, vinyl toys bernama Sharky B. yang juga merupakan karakter game yang hidup di dalam Blockchain.
RTFKT
RTFKT merilis sebuah sneakers NFT dan digital merchandise yang merupakan hasil kolaborasi dengan visual artist FEWOCiOUS. RTFKT merilis tiga jenis sneakers di mana partisipan bisa melakukan bid pada pelelangannya.
Melalui pelelangan ini, 600 sneakers sudah terjual dan RTFKT menerima pendapatan hingga US$3,1 juta atau setara dengan Rp44,42 miliar (kurs Rp14.330).
Overpriced
NFT yang dikeluarkan oleh Overpriced ini memiliki konsep sedikit berbeda dari brand lainnya. Overpriced merilis produk hoodie dalam bentuk NFT di mana pada bagian belakangnya terdapat kode yang bisa di-scan oleh pemiliknya. Jika di-scan, pemilik akan memiliki NFT secara resmi.
Hoodie ini bisa didapatkan dengan harga US$26.000 atau setara Rp327 juta. Selain itu, Overpriced juga akan memberikan penggantian produk secara lengkap dengan kode baru jika NFT hoodie rusak atau hilang.
Ferrari
Merek mobil sport ternama dunia ini dikabarkan akan merilis NFT miliknya sendiri. Mulai Maret 2022, Ferrari membuka kesempatan untuk para penggemar membeli koleksi digitalnya.
Token NFT ini merupakan hasil kerja sama dengan Velas Network AG, sebuah perusahaan asal Swiss yang juga menjadi sponsor utama seri e-sport Ferrari; The Prancing Horse; dan tim e-sport yang akan bertanding pada kejuaraan Formula One (F1).
Adidas
Bergabung dengan Metaverse membuat Adidas semakin mengembangkan sayapnya di dunia virtual. Adidas meluncurkan sebuah NFT di Metaverse yang merupakan hasil kerja sama dengan Bored Ape Yacht Club, PUNKS Comic, dan GMoney. Setiap NFT dibanderol dengan harga US$812 atau sekitar Rp11,1 juta.
Baca juga : Google Kembangkan Kartu Bitcoin (BTC)
Dolce & Gabbana
Dolce & Gabbana juga menjadi salah satu brand fashion dunia yang meluncurkan koleksi digitalnya. Bermitra dengan pasar digital UNXD, Dolce & Gabbana meluncurkan koleksi NFT yang bisa dikenakan dan menyebutnya dengan “Collezione Genesi”.
GAP
GAP akhirnya mengikuti jejak Adidas, Gucci, dan brand fashion lainnya untuk masuk ke dunia NFT. NFT pertama yang diluncurkan GAP berupa video yang menampilkan berbagai jaket klasiknya.
Berkolaborasi dengan Brandon Sines, NFT GAP berhasil diterbitkan dan bisa diakses melalui situs nft.gap.com. Ada enam NFT yang bisa dibeli dengan mata uang kripto Tezos (XTZ) atau uang fiat lewat layanan kartu kredit.
Itu dia beberapa merek ternama yang meluncurkan NFT miliknya sendiri. Hal ini menunjukkan popularitas NFT yang semakin meningkat dan akan semakin banyak lagi yang mengikuti. Nah, apakah Anda tertarik untuk membeli koleksi NFT tersebut atau berniat membuat merek produk Anda menjadi NFT?
Altcoin News
Belajar dari Kripto UST dan LUNA, Stablecoin Masih Aman Jadi Instrumen Investasi?

Aset kripto TerraUSD (UST) dan Terra (LUNA) sedang jadi sorotan sepekan ini. Alasannya harga kedua aset kripto tersebut tak stabil dan bahkan LUNA turun sampai 99% hanya dalam hitungan hari, padahal ia sempat jadi primadona investor dan capai harga tertinggi sepanjang masa.
Berdasarkan situs CoinMarketCap, pada Jumat (13/5) pukul 14.00 WIB, LUNA diperdagangkan pada $ 0,00005687 dengan market cap sebesar $ 557 juta anjok 63%. Sebelumnya, LUNA telah capai harga tertinggi sepanjang masa pada Selasa (5/4) sebesar $ 119,18 per koin atau setara Rp 1,73 juta, pada saat itu kapitalisasi pasarnya mencapai $ 40 miliar.
Penurunan harga LUNA ini sangat terpengaruh oleh faktor peg atau berkurangnya nilai dari stablecoin asli jaringan Terra, UST. Stablecoin UST turun ke level $ 0,22 pada perdagangan Jumat (13/5) yang merupakan terendah sepanjang masa. Melihat hal ini apakah stablecoin masih aset kripto teraman untuk investasi saat ini?

Sebelum menjawab hal tersebut, kita bahas apa yang sebenarnya terjadi dengan UST? Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menjelaskan mekanisme stablecoin algoritmik memiliki kelemahan sebagai penopang sebagian besar nilai UST. Hal inilah yang menjadikan harga LUNA sangat terpengaruh oleh penurunan UST yang sangat dramatis.
Lebih lanjut, Afid menjelaskan CEO Terralabs, Do Kwon pun mengakui bahwa model stablecoin tersebut hadir dengan beberapa pengorbanan. Faktanya, memang koin sangat terdesentralisasi. Namun, dibandingkan dengan koin seperti Tether, ia menghadapi beberapa masalah stabilitas harga, terutama jika sistemnya berada di bawah tekanan.
“Jika terlalu banyak orang yang mencoba menebus UST sekaligus, “death spiral” hipotetis dapat terjadi dengan token LUNA yang dipasangkan dengannya. Nilai LUNA akan mulai runtuh karena lebih banyak token dicetak untuk memenuhi permintaan pengguna,” jelas Afid.
Baca juga: Serangkaian Aksi dan Reaksi Dibalik Anjloknya UST dan Terra (LUNA)
Hipotesis Nilai LUNA Turun
Afid menerangkan kemungkinan besar penurunan ini terkait juga dengan adanya attack dari ‘oknum’ yang memanfaatkan kelemahan dari mekanisme yang Terra punya. Kelemahan dari Terra LUNA adalah soal “death spiral”.
LUNA memiliki hubungan mutual dengan UST. Setiap ada UST diterbitkan, ada supply LUNA yang di-burn, begitu pula sebaliknya. Seharusnya secara algoritma, ketika harga UST jatuh, ada UST yang di-burn dan LUNA yang diterbitkan. Nilai Terra LUNA bisa turun, jika TerraUSD dianggap tidak stabil.

“Blockchain Terra sempat berhenti untuk menghindari penyerangan governance pada jaringannya dan untuk membentuk rencana baru. Governance attack adalah kondisi di mana token yang digunakan untuk hak suara dikendalikan sebagian besar oleh satu pihak saja sehingga bisa merusak atau mengubah jaringan,” kata Afid.
Untuk saat ini LUNA terlihat semakin tidak ada harapan dengan harga yang turun drastis dan kondisi keuangan perusahaan yang masih jatuh. Jadi jika Terra mau kembalikan lagi ke peg-nya itu UST $ 1, mau tidak mau mesti burn UST yang supply-nya berlimpah, dan efeknya supply LUNA semakin banyak, otomatis harga LUNA akan terus anjlok sampe UST bisa stabil ke $ 1 lagi.
Baca juga: Avarta dan Tokocrypto Jalin Kemitraan Strategis Kembangkan Ekosistem Blockchain di Indonesia
Apa Bedanya BIDR sama UST?
Drama UST dan LUNA membuat investor khawatir dan ragu atas kondisi pasar stablecoin yang sebelumnya, dianggap aman sebagai instrumen investasi, namun kini terlalu volatil.
Tidak semua stablecoin menggunakan mekanisme algoritmik seperti UST. Binance IDR (BIDR) contohnya. BIDR merupakan stablecoin berbasis Rupiah yang dapat diperdagangkan dengan aset kripto lainnya. BIDR menggunakan Binance Chain (BEP-2) yang dipatok ke dalam Rupiah (IDR). BIDR akan tersedia untuk pembelian langsung dan penukaran dengan harga 1 BIDR setara dengan 1 Rupiah.

Untuk menjaga kestabilannya, BIDR didukung 1:1 oleh Rupiah di rekening bank terpisah di Indonesia. BIDR akan diaudit setiap bulan oleh perusahaan audit. Laporan audit akan dipublikasikan di Tokocrypto untuk referensi bagi pengguna BIDR.
Harga atau nilai BIDR di bursa mungkin sedikit menyimpang dari Rp 1, karena kekuatan penawaran dan permintaan pasar untuk aset tersebut. Namun, penyimpangan harga tersebut akan kecil, karena arbitrase pasar akan bekerja untuk membawa harga BIDR kembali ke 1 Rupiah Indonesia.
Baca juga: UPDATE: Blockchain Terra Kembali Produksi, Meski Harga LUNA Hancur
Apakah BIDR Bisa Bernasib sama dengan UST?
Peristiwa yang terjadi dengan UST sulit menimpa BIDR. UST membutuhkan mekanisme algoritmik untuk menjaga nilainya agar tetap sama dengan Dolar AS. Setiap token UST yang diterbitkan, ada supply token LUNA yang diburn atau dihancurkan.
“Sistem tersebut memiliki kelemahan dari segi governance attack, sehingga membuka peluang satu pihak bisa menguasai banyak koin dan punya kewenangan untuk merusak atau mengubah jaringan. Seperti yang terjadi saat ini,” jelas Afid.

Sementara, BIDR tidak mengunakan skema mekanisme algoritmik. BIDR mempunyai mekanismi setiap koin mewakili satu Rupiah yang disimpan di bank. Ini memungkinkan pencetakan dan burning BIDR berdasarkan jumlah Rupiah yang disimpan.
Tokocrypto sebagai pengelola BIDR bekerja sama dengan perusahaan audit untuk menyesuaikan suppy token sesuai dengan jumlah uang Rupiah yang disimpan di bank untuk mencapai skala 1:1. Laporan audit transparan dan bisa diakses di tokocrypto.com/report.
Baca juga: Tragedi Terra (LUNA), UST dan Bitcoin: Raksasa BlackRock, Citadel dan Gemini Dalangnya?
DISCLAIMER: Investasi aset kripto memiliki volatil tinggi, Tokocrypto mengimbau setiap pengguna melakukan research terlebih dahulu sebelum melakukan transaksi dengan mengutamakan sikap kehati-hatian. Segala bentuk perdagangan aset kripto ditanggung pengguna dengan segala risikonya karena merupakan keputusan pribadi.
Bitcoin News
Tragedi Terra (LUNA), UST dan Bitcoin: Raksasa BlackRock, Citadel dan Gemini Dalangnya?

Tragedi runtuhnya harga Terra (LUNA) dan TerraUSD (UST) membetot publik dunia, raksasa keuangan BlackRock, Citadel dan Gemini malah dituding jadi dalangnya. Begitu naifkah Do Kwon, jikalau rumor ini terbukti benar?
Harga Terra (LUNA) jatuh sejadi-jadi sebesar 99,66 persen dalam 24 jam terakhir, kini sekitar US$0,01487, berdasarkan data dari Coinmarketcap, Jumat (13/5/2022) dini hari. Sedangkan stablecoin UST justru “labil”, turun lebih dari 42 persen di waktu yang sama, sekitar $ 0,3 saja. Ini situasi pelik nan rumit yang dimulai sejak 8 Mei 2022 lalu, bahkan blockchain Terra dipadamkan untuk sementara mulai kemarin. Sebelumnya, bursa kripto Binance dan Crypto.com sudah menangguhkan perdagangan aset yang terkait kedua kripto itu.
Sementara Do Kwon si Pendiri Terra jadi bulan-bulanan warganet pecinta kripto, karena dianggap gagal mengendalikan situasi, beredarlah kabar yang tak kalah derasnya, bahwa raksasa keuangan BlackRock, Citadel dan bursa kripto Gemini adalah dalang dan otak di balik kekacauan ini.
Pun lagi, terkuak pula masa lalu Do Kwon yang disebut oleh mantan karyawan Terraform Labs sebagai otak di balik proyek stablecoin yang gagal, yakni Basis Coin.
Lantas, mengapa rumor BlackRock, Citadel dan Gemini dituding sebagai penyebab utama dan bukan pihak Terralabs? Ini fakta-faktanya.
Baca Juga: Avarta dan Tokocrypto Jalin Kemitraan Strategis Kembangkan Ekosistem Blockchain di Indonesia
Tragedi Terra (LUNA) Diduga Akibat Manipulasi Pasar Sistematis 3 Perusahaan Ini
Setidaknya ini semua berpangkal dari cuitan (lalu dihapus) Pendiri Cardano Charles Hoskinskon pada Rabu (11/5/2022) lalu. Ia mengunggah gambar berisikan teks tentang bagaimana cara ketiga perusahaan itu merusak harga Terra (LUNA) dan UST, termasuk Bitcoin secara sistematis. Gambar itu ia terlihat hasil screenshot dari aplikasi Telegram atas nama “Anna”.
Berikut ringkasan isinya: BlackRock dan Citadel meminjam 100 ribu BTC dari Gemini. Kedua perusahaan menukar (swap) 25 ribu BTC itu menjadi UST. Lalu menghubungi Do Kwon dan mengatakan ingin menjual banyak Bitcoin (BTC) menjadi UST.
Dengan alasan tak ingin mengguncang pasar Bitcoin dengan akan adanya transaksi jumbo itu, BlackRock dan Citadel meminta agar Do Kwon meminta potongan harga untuk UST itu. Kwon pun setuju dengan umpan itu dan mentransfer UST yang diminta, sehingga menekan tingkat likuiditas stablecoin itu.
Di titik itulah BlackRock dan Citadel menjual semua Bitcoin mereka, termasuk UST. Itulah yang menyebabkan slippage yang besar dan memicu efek domino yang memaksa tekanan jual kuat untuk kedua aset itu.
Pun lagi, baik BlackRock dan Citadel bahwa di aplikasi DeFi Anchor tersimpan banyak kripto Terra (LUNA) yang pada akhirnya mendorong pengguna menarik kripto mereka yang jumlahnya lebih besar daripada yang bisa diberikan oleh Anchor dalam imbalan.
Karena aksi jual kripto LUNA semakin deras, tidaklah heran UST kehilangan pasak utamanya dan menjadikan nilainya tak lagi 1 banding 1 lagi terhadap dolar AS.
BlackRock dan Citadel pun bisa membeli Bitcoin dengan harga diskon untuk membayar kembali pinjamannya kepada Gemini dan mengantongi selisihnya sebagai keuntungan. Ini jelas manipulasi pasar.
Baca juga: Portofolio Perusahaan Warren Buffett Ini Justru Berinvestasi di Perusahaan Kripto
Gemini dan BlackRock dan Sangkal Tuduhan Itu
Gemini yang didirikan oleh Winklevoss bersaudara itu pun langsung angkat bicara di Twitter dan menyangkal keras tuduhan itu.
Gemini menyangkal melakukan kesalahan dan secara tegas menyatakan, bahwa mereka tidak pernah memberikan pinjaman semacam itu kepada pihak mana pun yang disebutkan dalam screenshot yang beredar.
“Kami membaca rumor yang merebak baru-baru ini, yang menggambarkan Gemini membuat pinjaman 100 ribu BTC ke perusahaan besar, membuat penjualan masif terhadap kripto LUNA. Gemini tidak pernah memberikan pinjaman seperti itu,” sebutnya.
BlackRock menyangkal lebih keras lagi. “Rumor bahwa BlackRock memiliki peran dalam runtuhnya UST adalah keliru. Kami tidak pernah menjual dan membeli UST,” kata Logan Koffler, juru bicara BlackRock kepada Forbes.
Kedua Perusahaan Semakin dalam di Bisnis Kripto
Baik BlackRock dan Citadel tak asing di bisnis kripto ini. BlackRock misalnya memainakn sentimen pasar sejak tahun 2020 dengan memuji-muji keunggulan Bitcoin sebagai aset masa depan. Langkah terbaru BlackRock adalah berinvestasi di Circle sebesar $ 400 juta. Perusahaan penerbit stablecoin USDC ini dikelola oleh bersama dengan bursa kripto ternama asal AS, yakni Coinbase.
Sedangkan Citadel, pada Januari 2022, menerima investasi $ 1,15 miliar dari perusahaan ventura besar, yakni Sequoia Capital dan Paradigm, yang ingin menggunakan teknologi perusahaan untuk membawa kredibilitas ke pasar kripto.
Di atas itu semua, pertanyaan besarnya adalah, jika itu benar terjadi, apakah begitu naifnya seorang Do Kwon memakan umpan perusahaan yang sebagian rekam jejaknya juga hitam, seperti yang dipaparkan di sini?
Altcoin News
UPDATE: Blockchain Terra Kembali Produksi, Meski Harga LUNA Hancur

Validator blockchain Terra telah menghentikan sementara aktivitas jaringan pada hari Kamis malam, 12 Mei 2022 (sekitar pukul 23.20 WIB). Langkah ini diambil untuk mencegah serangan tata kelola setelah devaluasi parah token LUNA.
Hal tersebut diumumkan melalui akun Twitter resmi jaringan Terra @terra_money. Akun tersebut membuat cuitan yang menyatakan bahwa jaringan blockchain dihentikan pada ketinggian blok 7.603.700.
Baca juga: Serangkaian Aksi dan Reaksi Dibalik Anjloknya UST dan Terra (LUNA)
Langkah ini mengikuti serangkaian peristiwa yang memicu penurunan harga LUNA dan stabelcoin UST yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Harga LUNA terpelanting sangat jauh dari harga tertingginya di bulan lalu. Pada saat laporan ini ditulis harga LUNA diperdagangkan di level $ 0,013 atau setara dengan Rp 190. Bahkan, di hari yang sama LUNA menginjak harga terendahnya di harga $ 0,01 (Rp 146).
Dalam kurun waktu sekitar satu bulan LUNA ambruk sekitar 98% dari harga tertingginya di level $ 119.
Berdasarkan data CoinGecko, harga UST saat penulisan berada di level $ 0,33, turun 49% selama 24 jam terakhir.
Baca juga: Apa Itu Terra (LUNA) Crypto? Ini Penjelasan Lengkapnya!
Update: Blockchain Terra telah melanjutkan produksi blok dengan penggabungan kode baru. Meski begitu harga LUNA tetap tertekan. Berdasarkan situs CoinMarketCap, pada Jumat (13/5) pukul 08.45 WIB, LUNA diperdagangkan pada $ 0,004592 dengan market cap sebesar $ 557 juta anjok 63%.
Terlepas dari adanya berbagai upaya dari pihak Terra untuk mengendalikan masalah yang tengah mereka alami, nampaknya upaya tersebut masih belum membuahkan hasil juga.
Sementara itu, pertukaran crypto terbesar Binance mengumumkan akan menghapus kontrak berjangka Terra (LUNA) dengan margin Tether (USDT) menyusul penurunan harga lebih dari 99%.
Dalam posting blog hari Kamis, Binance mengatakan akan mengambil “tindakan pencegahan” di sekitar kontrak abadi LUNA/USDT, berniat untuk menghapus pasangan jika harga berada di bawah 0,005 USDT.
Artikel telah diperbarui dengan informasi tentang pembaruan blockchain Terra, yang memungkinkan produksi blok dilanjutkan.
DISCLAIMER: Bukan ajakan membeli! Investasi atau perdagangan aset crypto masih beresiko tinggi. Artikel ini hanya berisi informasi yang relevan mengenai aset kripto tertentu.
-
Altcoin News1 year ago
Maksimalkan Cuan dengan Beli Koin Duluan
-
Highlight 11 year ago
Cara Membaca Candlestick dengan Simpel dan Akurat
-
Market News2 years ago
Mengenal 5 Ragam Pola Candlestick Lengkap Menguntungkan
-
Crypto2 weeks ago
Tanya Jawab Lengkap Aturan Pajak Aset Kripto yang Wajib Dipahami
-
Altcoin News1 year ago
Mengenal Vancat, Token Utama di Dunia NFT
-
Crypto1 year ago
Tiga Informasi Fundamental Dunia Crypto yang Bakal Membalikan Keadaan Pasar
-
Tips & Tricks3 years ago
Step by step dan Tips dalam proses KYC
-
Crypto1 year ago
Inilah Tata Cara Membeli Bitcoin di Tokocrypto!