Market
Analisa: Market Kripto Kembali Tertekan Jelang Rilis Data Inflasi AS
Performa market kripto di awal pekan ini kembali tertekan di bawah bayangan data inflasi AS terbaru. Pergerakan pasar sedang berbalik arah setelah reli panjang lima hari berturut-turut.
Sejumlah aset kripto, terutama yang berkapitalisasi besar atau big cap berada zona merah pada perdagangan Senin (12/12) pukul 10.00 WIB. Misalnya saja, dari pantauan CoinMarketCap, nilai Bitcoin berada di harga US$ 16.921, turun 1,46% selama 24 jam terakhir dan turun 1,71% sepekan belakang.
Kemudian, altcoin seperti Ethereum (ETH) ikut ambles 2,08% ke US$ 1.245 sehari terakhir dan turun juga 3,71% seminggu belakang. Apa penyebab penurunan market ini?
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, mengatakan market kripto dan saham tengah mengalami koreksi. Dalam beberapa hari terakhir sejak akhir pekan lalu, banyak investor dan trader yang mulai ambil untung atau taking profit sementara.
“Indikasi besar pada pelemahan awal pekan ini adalah investor dan trader tampak telah melakukan aksi taking profit atau keuntungan dari reli sebelumnya. Mereka melakukan aksi tersebut karena melihat minggu ini adalah pekan yang sibuk dari situasi makroekonomi,” jelas Afid.
Data Inflasi AS
Baca juga: Bloomberg Intelligence Klaim Masa Depan Bitcoin Cerah Tahun 2023
Investor kripto tampaknya sedang mengantisipasi perilisan laporan data inflasi AS atau Consumer Price Index (CPI) bulan November yang diproyeksikan mulai mendingin. Selain data CPI, rapat FOMC soal kebijakan The Fed juga menarik perhatian investor pekan ini.
“Setidaknya ada dua peristiwa penting pada pekan ini. Pertama, rilis Indeks Harga Konsumen (CPI) November pada hari Rabu (14/12) dan keputusan kenaikan suku bunga terbaru bank sentral AS sehari kemudian. Kedua peristiwa penting ini yang membuat investor dan trader tampak mencoba untuk mengambil keuntungan terlebih dahulu sebelum terjadi volatilitas yang tinggi,” ungkap Afid.
Lebih lanjut Afid menjelaskan, jika CPI datang di luar ekspektasi atau bahkan tidak turun sama sekali, itu akan menjadi kabar yang buruk bagi investor kripto. Data yang lebih buruk dari perkiraan dapat meningkatkan kekhawatiran akan lebih banyak sikap hawkish The Fed, sehingga mampu membuat menekan market kripto.
“Dengan menunggu perilisan data CPI dan suku bunga yang membaik, kemungkinan volatilitas Bitcoin diharapkan bisa kembali menembus US$ 17.000 dan naik menuju US$ 19.000. Namun, jika hasilnya memburuk ada kemungkinan akan menghadapi penurunan kembali menuju US$ 15.000,” analisisnya.
Analisis Gerak Bitcoin
Baca juga: AI Prediksi Harga Bitcoin di Akhir Tahun 2022, Berapa?
Kapitalisasi pasar kripto kembali ditutup merah, turun sebesar 1,06% dalam 24 jam terakhir. Penutupan berada pada level US$ 846,168 miliar. Penurunan market cap tersebut berdampak negatif. Fear and greed index juga masih berada pada level 27 dengan kategori Fear.
“Indeks saham US juga tertekan sejalan dengan market kripto. S&P 500 turun 3,37%, tetapi harga Bitcoin tidak ikut turun terlalu jauh. Ini menunjukkan bahwa investor belum terlalu panik dan membuang posisi mereka dengan setiap penurunan ekuitas,” ucap Afid.
Dari sisi analisis teknikalnya, Meskipun ditutup merah, pergerakan harga Bitcoin masih berada pada laju sideways-nya. jika tekanan terus berlanjut, bearish dapat menguat jika harga Bitcoin menembus di bawah US$ 16.678. Jika berhasil breakdown bisa turun lebih dalam menjadi US$ 15.995.
Bitcoin bisa saja bounce apabila bergerak di atas 20-day exponential moving average (EMA) cukup kuat untuk menahan laju koreksi BTC. Level resistance terdekat jika terjadi breakout berada di level US$ 17.622.