Altcoin News

Berkenalan dengan Non-Fungible Token

Published

on

Bitcoin saat ini masih menjadi perbincangan hangat hampir di semua kalangan terutama trader dan investor, terlebih ketika Elon Musk, yang bisa dikatakan memilki pengaruh besar di dunia Crypto Currency memberikan cuitan yang mampu membuat bitcoin mengalami kenaikan hingga 4,39% saat membahas tentang Tesla yang menerima pembayaran dengan bitcoin.

Jika dilihat dari Marketcap, Bitcoin mengalami kenaikan sebesar 4,32%, disusul Ethereum yang mengalami kenaikan 2,36%  dan Binance coin kemudian disusul oleh Cardano, Polkadot, XRP, Tether dan Litecoin. 

Yang mendasari terciptanya NFT adalah blockchain dan smart contract, jadi bisa dikatakan bahwa NFT merupakan panduan dari blockchain dan smart contract, dimana dasar dari NFT tersebut dibangun diatas teknologi smart contract yang untuk saat ini banyak diadopsi dari Ethereum.

NFT bisa kita katakan token atau asset digital yang tidak bisa dipertukarkan dengan definisi utamanya adalah langka, unik dan tidak bisa dipertukarkan. 

Untuk memahami lebih dalam apa itu Non-Fungible Token (NFT), kita bisa simak dua hal penting berikut ini:

  • Nilai.

NFT bisa dikatakan sebagai nilai yang objektif ataupun subjektif.  Nilai objektif disini maksudnya adalah barang yang memiliki nilai yang objektif atau berharga untuk kita seperti air, udara, hal yang tidak bisa terlepas dari diri kita. Sedangkan nilai subjektif yaitu barang yang memiliki nilai yang didapat dari persepsi seseorang tentang aset atau barang tersebut.

  • Fungible dan Non Fungible

 Istilah fungible sudah ada sebelum era digitalisasi, aset fungible memiliki harga, bisa terlihat oleh kasat mata dan bisa disentuh misalnya seperti rumah, karya seni (lukisan monalisa) yang ada bentuknya, ada harganya dan juga memiliki nilai. Secara garis besar aset fungible adalah aset yang bisa dilihat oleh kasat mata, bisa disentuh dan memiliki nilai. Namun berbeda dengan non fungible token (NFT) yang merupakan aset yang tidak bisa dilihat, tidak bisa disentuh tetapi memiliki nilai contohnya hak cipta pembuat lagu dimana si pembuat lagu mendapatkan royalti dari karyanya tersebut. 

Melalui teknologi smart contract dan blockchain, pembuat lagu tidak lagi menggunakan manajemen sebagai perantara untuk mendapatkan royalti tapi mendapatkan langsung royaltinya melalui teknologi blockchain. 

Baca Juga: Mengenal Binance Smart Chain

Dengan berkembangnya teknologi ada 6 hal yang mengkoordinasi blockchain dengan NFT:

  • Standarisasi, yang bisa diterapkan untuk bisa membuat NFT. 
  • Intro probability, mempermudah untuk menjual karya contoh bisa menjual NFT di OpenSea atau marketplace lainnya yang memperjualbelikan NFT. 
  • Trade ability, bisa menggunakan NFT sebagai instrumen trading.
  • Liquidity, dimana karya yang dihasilkan bisa cepat terjual di marketplace yang tersedia, misalnya OpenSea. 
  • Immutability, ketetapan hak cipta yang tidak bisa di copy sama sekali, sudah tercatat di blockchain yang kekal.
  • Programmability, Siapapun yang berminat membuat NFT di smart contract yang sudah tersedia seperti Cardano, Ethereum dan juga bisa ikut berpartisipasi dalam adopsi NFT.

NFT bisa dikatakan sebagai  barang yang langka, unik dan tidak bisa dipertukarkan. NFT sendiri dapat diperjual-belikan namun tidak dapat ditukarkan, karena nilai antar NFT pasti berbeda.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

Popular

Exit mobile version