David Marcus, CEO Calibra (anak perusahaan Facebook dan anggota pendiri Libra Association), mengatakan ia mencintai Bitcoin, tetapi aset kripto Libra jauh berbeda dengan visi Libra sebagai stablecoin. Dalam wawancara dengan Squawk Box pada Rabu (16/10/2019), Marcus mengakui telah mengenal Bitcoin sejak 2012 dan menganggapnya sebagai emas digital.
Ketika ditanya apakah ia menyimpan Bitcoin atau aset kripto lain, Marcus malah enggan menjawab secara langsung, tetapi ia mengaku sebagai “penggemar”.
“Saya penggemar besar Bitcoin sebagai emas digital, dan itu sangat berbeda dengan Libra,” jawabnya.
Marcus menekankan proyek Libra ingin menciptakan uang digital yang tidak volatil, dengan skalabilitas bagus, alih-alih menyediakan layanan bagi aset volatil seperti Bitcoin.
“Jika ada versi Bitcoin yang rendah volatilitasnya, dengan skalabilitas mumpuni yang bisa kita pakai hari ini, hidup saya akan menjadi sangat mudah. Kami bisa fokus menerapkan fitur itu ke dompet Calibra,” jelas Marcus.
Pembawa acara Squawk Box Joe Kernen yang dikenal mendukung Bitcoin, bertanya soal jaminan Libra yang diklaim akan terdiri dari mata uang fiat besar seperti dolar AS, euro, yen, poundsterling dan dolar Singapura. Secara spesifik, ia berpendapat rencana Libra mematok harga ke mata uang fiat mungkin bukan ide bagus, sebab uang fiat rentan didevaluasi.
BERITA TERKAIT Stablecoin Indonesia Rupiah Token (IDRT) Diperkenalkan di Konferensi Pengembang Blockchain Terbesar di Korea Selatan
Saat ini secara teknologi blockchain Libra dan kripto Libra masih berjalan pada versi test net alias uji coba. Namun, dalam perjalanannya, sejak Juni 2019 diumumkan, proyek ini mendapatkan tantangan dari Amerika Serikat, Perancis dan Jerman. DPR Amerika Serikat meminta proyek ini ditunda, karena tidak sesuai dengan peraturan yang ada. Di sisi lain ada pula yang mendukungnya seperti Bank Sentral Inggris dan Bank Sentral Swedia.