Connect with us

Altcoin News

Harga Bitcoin Agresif, Pasca The Fed Naikkan Suku Bunga Tertinggi

Published

on

Harga Bitcoin Bergerak Agresif

Market aset kripto ternyata bergerak positif pasca, Bank Sentral AS, The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar 75 basis poin alias kenaikan tertinggi sejak tahun 1994. Satu yang mengejutkan, harga Bitcoin yang sempat anjlok ke US$ 20.000, kini bergerak agresif menuju zona hijau.

Melansir CoinMarketCap pada Kamis (16/6) pukul 09.00 WIB, nilai Bitcoin (BTC) naik 1,57% dalam sehari terakhir menjadi di US$ 22.594. Sementara itu, nilai Ethereum (ETH) juga naik 1,18% ke US$ 1.232 di waktu yang sama.

Performa mengejutkan dari sejumlah altcoin, seperti Solana (SOL), Polkadot (DOT) dan Dogecoin (DOGE) kompak meroket lebih dari 10% dalam 24 jam terakhir. Altcoin yang menjadi juara adalah Aragon (ANT) yang meluncur 53,99% dalam sehari terakhir. Selain itu, terdapat pula Basic Attention Token (BAT) yang tumbuh 24,05% di waktu yang sama.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, melihat ini dampak positif dari keputusan The Fed yang menaikkan suku bunga acuan untuk menekan inflasi AS yang terus meninggi. Selain itu, investor menangkap kebijakan The Fed ini hanya berdampak sementara, sehingga market kembali bergairah, seperti saham dan kripto.

“Peningkatan ini memulihkan sebagian besar kerugian yang dialami oleh investor selama enam hari terakhir. Kenaikan ini sebenarnya tidak terlalu mengejutkan, karena dalam market ada istilah “sell on rumor buy on news.” Karena ekspektasi suku bunga naik 75 basis poin dan ternyata terjadi, maka investor jual dulu dan beli setelah udah benar naik 75 basis poin,” jelas Afid.

illustrasi tampilan token bitcoin
illustrasi tampilan aset Bitcoin.

Baca juga: CEO Binance: Musim Dingin Kripto Potensi Baik untuk Bisnis

Investor Kripto Bersikap Tenang

Kenaikan atau rebound pada market kripto bisa saja tidak terjadi, jika The Fed menaikan suku bunga acuan hingga 100 basis poin, karena investor yang terlanjur melakukan aksi jual, tidak akan kembali beli. Hal ini terjadi ketika pengumuman data inflasi AS pada Jumat (10/5) lalu, investor tidak melakukan aksi beli karena salah prediksi, yang diperkirakan akan turun, tetapi malah meninggi.

Investor juga perlahan tenang setelah ketua The Fed, Jerome Powell, mengatakan bahwa mereka hanya akan mengerek suku bunga acuan dengan kencang pada saaat tertentu saja. Akibatnya, pengetatan kebijakan moneter tersebut hanya untuk sementara dan tidak berencana mengerek suku bunganya secara agresif di jangka panjang.

“Sinyal terkait kepastian kebijakan moneter tersebut menuntun pelaku pasar kembali ke market kripto dan meninggalkan aset berpendapatan tetap. Aset digital secara signifikan berkorelasi dengan pasar keuangan AS dalam beberapa bulan terakhir, yang keduanya terus melemah,” tutur Afid.

Ilustrasi aset kripto, Bitcoin dan Ethereum.
Ilustrasi aset kripto, Bitcoin dan Ethereum. Foto: Pixabay.

Baca juga: Tokocrypto Market Signal 15 Juni 2022: Kripto Bangkit, tapi Rentan “Sakit”

Proyeksi harga Bitcoin dan Ethereum Setelah Rebound

Gerakan rebound ini mungkin hanya sementara, sentimen negatif masih membayangi market kripto. Seperti, Bank Sentral Eropa mengadakan pertemuan yang tidak dijadwalkan untuk mempertimbangkan masalah pasar yang lebih luas, termasuk meningkatnya biaya pinjaman di antara negara-negara berutang di benua itu.

Sementara itu, industri kripto terus memperhitungkan dampak dari Celsius dan runtuhnya stablecoin TerraUSD (UST) dan token LUNA bulan lalu.

Jika, bear market masih terus berlanjut harga Bitcoin bisa turun dari zona overhead ini dan mencoba untuk melanjutkan tren dengan menarik pasangan di bawah US$ 20.000. Jika berhasil turun, harga BTC bisa ke level support berikutnya di US$ 17.500 dan kemudian US$ 16.000.

Sementara, Ethereum bisa menembus di bawahUS $ 1.000, ini akan menandakan dimulainya kembali tren turun. ETH kemudian bisa turun ke US$ 900 di mana pembeli akan kembali mencoba menahan penurunan.

Baca juga: Harga Bitcoin Bisa Gagal Menjadi US$ 13 Ribu, Ini Syaratnya

Popular