Blockchain
Daftar Kelebihan dan Kekurangan Blockchain yang Wajib Kamu Tahu!

Blockchain saat ini menjadi sorotan, seiring maraknya masyarakat yang terjun di investasi aset kripto. Blockchain pada dasarnya adalah buku besar digital yang datanya tidak dapat diganti atau diubah, dapat menyimpan dan memastikan validasi transaksi yang aman, transparan dan cepat.
Di masa depan, blockchain bisa memainkan peran penting di sektor pemerintahan, pendidikan, kesehatan, ekonomi dan akan menciptakan potensi yang besar. Riset PwC mengungkap teknologi blockchain dapat meningkatkan ekonomi global US$ 1,76 triliun pada tahun 2030. Sektor administrasi publik, pendidikan, dan kesehatan akan paling diuntungkan.
Teknologi blockchain memberikan banyak sekali keuntungan bagi banyak industri. Akan tetapi, sifat desentralisasi ini juga membawa beberapa kekurangan, apa saja? Simak keuntungan dan kekurangan blockchain yang dikutip berbagai sumber.
Kelebihan Blockchain
1. Data Terdistribusi dengan Baik
Data dalam blockchain dapat disimpan dalam ribuan perangkat dalam node jaringan yang tersebar, sistem dan datanya sangatlah kuat terhadap kegagalan teknis dan serangan siber. Setiap node jaringan dapat mereplika dan menyimpan sebuah salinan database tersebut, dan dikarenakan hal ini tidak ada sebuah titik lemah untuk masalah jaringan offline, sehingga mengganggu ketersediaan atau keamanan jaringan.
Sedangkan, saat ini banyak database konvensional yang bergantung kepada sebuah atau beberapa server. Hal tersebut sangat rentan terhadap masalah teknis dan serangan siber.

Ilustrasi blockchain.
2. Pertukaran Data yang Stabil dan Aman
Sebuah data sudah dimasukkan ke dalam sistem blockchain, sangat susah untuk dihilangkan atau diubah. Hal ini membuat blockchain menjadi sebuah teknologi yang sangat baik untuk menyimpan riwayat finansial atau data lain.
Transaksi data finansial bisa audit, jika dibutuhkan, karena setiap perubahan dapat terlacak dan secara permanen disimpan dalam sebuah buku kas terdistribusi dan dapat diakses oleh publik.
Baca juga: Daftar Token Kripto yang Menarik di Dunia Metaverse
Sebagai contoh, sebuah bisnis dapat menggunakan teknologi blockchain untuk mencegah tindakan penipuan dari karyawan. Dalam skenario ini, blockchain dapat menyediakan sebuah riwayat untuk semua transaksi finansial yang aman dan stabil yang terjadi dalam perusahaan itu. Ini membuat sangat sulit untuk karyawan untuk menyembunyikan transaksi mencurigakan.
3. Mudahkan transfer data
Dalam kebanyakan sistem pembayaran tradisional, transaksi tidak hanya bergantung dengan kedua pihak yang bertransaksi, akan tetapi juga melibatkan pihak ketiga, seperti bank, perusahaan kartu kredit, atau penyedia layanan.
Pada saat menggunakan teknologi blockchain, hal tersebut tidak lagi diperlukan, dikarenakan jaringan node yang tersebar digunakan untuk memverifikasi transaksi tersebut melalui sebuah proses yang dikenal sebagai penambangan atau mining.
Alasan tersebut, membuat blockchain sering disebut sebagai sebuah sistem “tanpa asas percaya”. Maka dari itu, sistem blockchain menghilangkan resiko untuk mempercayai sebuah organisasi dan juga mengurangi biaya secara keseluruhan dan biaya transaksi dengan meniadakan orang tengah dan pihak ketiga.

Ilustrasi blockchain.
Kekurangan Blockchain
1. Sulit Modifikasi Data
Satu kelemahan dari blockchain adalah setelah data ditambahkan ke dalam sistem, sangatlah sulit untuk diubah. Walaupun stabilitas adalah salah satu kelebihan dari blockchain, ini tidaklah selalu baik. Mengubah data atau kode blockchain biasanya seringkali membutuhkan sebuah hard fork, di mana satu rantai ditinggalkan, dan beralih menggunakan rantai yang baru.
2. Butuh Kunci Pribadi
Teknologi blockchain menggunakan cryptography public-key (kunci publik) atau asimetrik untuk memberikan pengguna sebuah kepemilikan dari unit mata uang digital atau data lainnya. Artinya, setiap akun blockchain atau alamat akan memiliki dua buah kunci yang sesuai: Sebuah kunci publik (yang dapat dibagikan) dan sebuah kunci pribadi (harus dirahasiakan).
Pengguna akan membutuhkan kunci pribadi untuk mengakses dana mereka. Jika seorang pengguna kehilangan kunci pribadi mereka, secara otomatis uang tersebut hilang, dan tidak ada yang dapat melakukan apa-apa mengenai hal itu.

Ilustrasi blockchain.
Baca juga: Tips Cari Cuan Investasi Aset Kripto di Kala Market Anjlok
3. Inefisiensi
Teknologi blockchain, terutama yang menggunakan Proof of Work, sangatlah tidak efisien. Dikarenakan penambangan sangat kompetitif dan hanya ada satu pemenang setiap sepuluh menitnya, maka pekerjaan setiap penambang lainnya akan jadi sia-sia.
Penambang akan selalu mencoba untuk meningkatkan tenaga komputasi mereka, sehingga bisa dapat peluang untung yang lebih besar untuk menemukan sebuah hash blok yang valid. Sumber daya untuk penambangan yang digunakan juga akan meningkat secara pesat dan mengkonsumsi lebih banyak energi.
4. Butuh Penyimpanan yang Besar
Buku kas blockchain dapat berkembang menjadi sangat besar seiring waktu. Misalnya, Blockchain Bitcoin sekarang ini membutuhkan sekitar 200GB tempat penyimpanan. Rasio perkembangan ukuran blockchain terlihat, seperti lebih cepat dibandingkan perkembangan harddisk. Ada pula risiko kehilangan data dan transfer yang lambat, jika buku kas menjadi terlalu besar untuk seorang individu mengunduh dan menyimpannya.
Blockchain
BPS Pakai Teknologi Blockchain Olah Data Penduduk Indonesia

Badan Pusat Statistik (BPS) akan menggunakan teknologi blockchain dalam pengolahan data penduduk Indonesia. BPS akan menerapkan blockchain pada platform digital data Registrasi Sosial Ekonomi (Regsosek) sebagai bagian dari reformasi birokrasi BPS pada 2023.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono, mengatakan penggunaan blockchain akan menjaga akurasi dan akuntabilitas data. BPS juga berupaya membangun Regsosek yang mengintegrasikan seluruh data ke dalam sistem reformasi perlindungan sosial. Setiap gugus data yang saling terintegrasi dapat dibagi-pakai oleh kementerian/lembaga (k/l) hingga pemerintah daerah (pemda).
“Kami akan gunakan teknologi blockchain supaya akurasi data, akuntabilitas data, dan sejarah data tercatat dengan baik sehingga bisa dipertanggungjawabkan. Jadi ini adalah sekaligus merupakan tugas BPS dalam perpres 132 2022 tentang Arsitektur SPBE Nasional,” kata Margo dikutip Antara, Rabu (1/2).
Integrasi Data

Baca juga: BI Pastikan Rupiah Digital Pakai Teknologi Blockchain, Kapan Dirilis?
Margo berharap Regsosek tidak hanya menjadi gugus data yang baru, tanpa ada integrasi dengan sistem data yang lain. Untuk melakukan integrasi, setiap gugus data harus terkoneksi dengan data Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil).
Harapannya, sistem data yang menggunakan teknologi blockchain itu terhubung pula dengan gugus data lainnya seperti data perkawinan dan perceraian, serta data lain sebagainya.
Dengan Regsosek, BPS tengah berupaya mendapatkan data terkait kondisi infrastruktur dasar kebutuhan masyarakat, dan terakhir menyangkut kondisi geografis dan kemudahan akses wilayah. Jika dapat diketahui bisa memberikan treatment dan kebijakan sesuai dengan kapabilitas dan kebutuhan masing-masing daerah.
“Jadi melihat si miskin ini spektrumnya 360 derajat, bisa dari kapabilitas individu dan keluarga, kondisi infrastruktur dasar yang menjadi kebutuhan penyangga masyarakat, dan bisa menggambarkan kantong-kantong kemiskinan dari kondisi geografis dan kemudahan akses wilayah. Dengan melihat data statistik 360 derajat (statistical dataverse 360°), maka kita bisa melihat program yang cocok di setiap wilayah itu apa (mengingat antar daerah memiliki karakteristik yang berbeda),” jelas Kepala BPS.
Pemerintah Indonesia dan Blockchain

Baca juga: Elon Musk Ungkap Fitur Pembayaran Kripto di Twitter, Harga DOGE Naik?
BPS bukan menjadi lembaga pemerintahan yang mulai mengadopsi teknologi blockchain. Sebelumnya yang ramai diberitakan adalah Bank Indonesia yang tengah merancang Rupiah Digital dengan blockchain atau distributed ledger technology (DLT).
Bank Indonesia semakin dekat dengan penerbitan Central Bank Digital Currency (CBDC) atau yang bakal dikenal sebagai Rupiah Digital. Salah satu kabar terbaru adalah BI akan menggunakan teknologi blockchain untuk proses distribusinya.
Dikutip Antara, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, mengatakan pihaknya kini sedang dalam proses seleksi pemain terbesar di perbankan atau perusahaan sistem pembayaran, yang akan ditunjuk atau diamanatkan untuk mendistribusikan rupiah digital.
“Platform distribusinya nanti akan menggunakan Distributed Ledger Technology (DLT) blockchain dan perbankan yang ditunjuk akan memiliki dua akun, akun digital dan akun standar. Hanya bank yang bisa menggunakan DLT,” kata Perry.
Blockchain
Mastercard & Polygon Kolaborasi Bikin Program Bantu Artis Eksis di Web3

Mastercard telah bermitra dengan Polygon MATIC untuk memperkenalkan artis atau konten kreator baru ke dalam teknologi Web3. Program akselerator ini, akan mengajari lima artis pendatang baru yang berbeda, termasuk penyanyi, musisi, DJ, dan produser, untuk menggunakan teknologi blockchain untuk mengembangkan brand dan keterlibatan penggemar mereka.
Ada berbagai keuntungan yang bisa didapatkan para artis tersebut dengan memanfaatkan blokchain, seperti efisiensi biaya, mencetak koleksi NFT sendiri untuk menumbuhkan keterlibatan penggemar online mereka, dan hadir dalam konser berbasis metaverse dan lainnya.
“Web3 memiliki potensi untuk memberdayakan artis pendatang baru yang dapat menumbuhkan basis penggemar, mendapatkan penghasilan, dan memperkenalkan media baru untuk ekspresi diri dan koneksi dengan cara mereka sendiri,” kata Ryan Watts, CEO Polygon Studios dikutip TechCrunch.

Baca juga: Solana dan Cardano Naik 21% Raih Kenaikan Tertinggi Bulanan
Web3 dan Musik
Tidak hanya dengan Polygon, hubungan antara Mastercard dan musik telah berjalan lama, karena perusahaan saat ini menjadi sponsor resmi Grammy dan bahkan mencoba-coba produksi musik, meluncurkan rekamannya sendiri pada tahun 2022. Pentingnya teknologi terdesentralisasi untuk Mastercard sudah jelas, karena berusaha untuk memberdayakan artis baru dalam ekosistem untuk mencapai relevansinya sendiri.
“Musik adalah hasrat universal, menginspirasi kita, menggerakkan kita, dan menyatukan kita; Namun, rasanya mustahil bagi seniman pemula untuk menerobos masuk,” kata Raja Rajamannar, CMO Mastercard, memperkuat relevansi teknologi ini untuk perkembangan artis masa kini.
Lima artis yang akan mengikuti program ini masih belum terpilih, mereka masih dapat mendaftar dan menunjukan karyanya. Program ini dijadwalkan akan dimulai pada musim semi 2023, dan penggemar juga akan dapat bergabung dengan para penampil ini, bekerja sama untuk mempelajari cara kerja teknologi blockchain dan web3.
Baca juga: Lido DAO Naik 57% Dalam Seminggu, Bagaimana Prospek ke Depan?
Metaverse
McKinsey: Metaverse Ciptakan Potensi Ekonomi US$ 5 T di Tahun 2030

Metaverse menjadi topik yang paling dibahas pada tahun 2022 lalu, karena memiliki potensi ekonomi besar di masa depan. Namun ternyata, seiring dengan lesunya pasar kripto, perkembangan metaverse juga mengalami pelambatan bahkan kerugian.
Banyak orang, termasuk CEO Meta Inc., Mark Zuckerberg, tetap percaya metaverse masih berada di posisi yang baik untuk jangka panjang. Mempertimbangkan banyak sekali kasus penggunaan yang berpusat pada konsumen dan bisnis yang dapat dipenuhi oleh metaverse, laporan McKinsey & Company menyoroti potensi teknologi untuk menghasilkan nilai hingga US$ 5 triliun pada tahun 2030.
Agar metaverse dapat mencapai potensi penuhnya, laporan tersebut menyoroti kebutuhan akan empat pendukung teknologi — perangkat (AR/VR, sensors, haptics, dan peripherals, interoperabilitas dan standar terbuka, memfasilitasi platform dan alat pengembangan.
Fokus pada Manusia

Baca juga: Kenal Aset Kripto DODO, Fundamental Protokol Blockchain DeFi Optimal
Kesuksesan metaverse ditimbang dengan fokus yang lebih besar untuk memaksimalkan pengalaman manusia yang bertujuan memberikan pengalaman positif bagi konsumen, pengguna akhir, dan masyarakat.
Sampai saat ini, inisiatif metaverse masih seputar pemasaran, pembelajaran, dan pertemuan virtual dan telah melihat tingkat adopsi yang tinggi di berbagai industri. Namun, mayoritas inisiatif di sekitar metaverse telah melihat adopsi rendah-menengah, menurut survei April 2022 terhadap eksekutif senior yang dilakukan oleh McKinsey.
“Metaverse terlalu besar untuk diabaikan,” tulis laporan tersebut dikutip Cointelegraph.
McKinsey memperkirakan bahwa lebih dari 50 persen kegiatan dapat diadakan di metaverse pada tahun 2030, berpotensi menghasilkan nilai ekonomi hingga US$ 5 triliun. Hal tersebut berkaitan dengan sorotan dampaknya terhadap kehidupan komersial dan pribadi.
Kesenjangan Gender

Baca juga: WEF Percaya Kripto dan Blockchain Jadi Bagian Integral Ekonomi Modern
Laporan McKinsey juga menemukan kesenjangan gender dalam metaverse mirip dengan yang ada di perusahaan Fortune 500, di mana kurang dari 10% CEO adalah perempuan. Ini terlepas dari lebih banyak perempuan daripada pria yang mengunjungi metaverse, dan perempuan menghabiskan lebih banyak waktu di dunia virtual.
McKinsey mengatakan bahwa 35% wanita yang disurvei adalah “pengguna kuat” metaverse – artinya mereka menghabiskan lebih dari tiga jam seminggu di sana – dibandingkan dengan 29% pria.
Selain itu, perempuan memimpin lebih banyak inisiatif terkait metaverse di perusahaan tempat mereka bekerja, dengan 60% dari 450 eksekutif wanita yang disurvei telah mendorong rencana ke depan, dibandingkan dengan 50% pria.
-
Bitcoin News1 week ago
ChatGPT Prediksi Bagaimana Bitcoin Akan Akhiri Dominasi Uang Fiat
-
Altcoin News3 days ago
Harga Shiba Inu Naik 16% saat Peluncuran Shibarium Semakin Dekat
-
Business2 days ago
BI Bakal Terbitkan Proof of Concept Rupiah Digital pada Juli 2023, Apa Itu?
-
Press Release1 week ago
Tokocrypto Hadirkan Fitur Bukti Pajak Kripto Pengguna Dukung PMK 68
-
Altcoin News2 weeks ago
Token Kripto Aptos (APT) Capai Harga Tertinggi Sepanjang Masa
-
Business1 week ago
Misterius Harga Bitcoin 60% Lebih Tinggi di Nigeria, Kenapa?
-
Market1 week ago
Proyeksi Market Kripto Bulan Februari Selepas Rapat FOMC The Fed
-
Altcoin News5 days ago
Data Ungkap Alasan kripto Litecoin (LTC) Reli 80% ke Harga US$ 100