Presiden Amerika Terpilih, Joe Biden, hingga persedia Bitcoin di pasaran mempengaruhi harga Bitcoin beberapa waktu ini.
Analisis dari faktor-faktor tersebut mengindikasikan aksi harga BTC yang akan terjadi selama beberapa minggu ke depan.
Hasil Pemilu AS
Perhatian pasar tertuju pada hasil pemilihan umum presiden di Amerika Serikat. Analis memperkirakan sentimen pasar akan terlihat ketika pembukaan Wall Street pada Senin ini.
Pada pembukaan pasar, Jepang memimpin kenaikan pada pasar saham yang mencapai level tertinggi selama 29 tahun terakhir. Peristiwan ini kemudian dinamakan sebagai “bouncing Biden”, lantaran pengaruh terpilihnya presiden Amerika Serikat Joe Biden terhadap pasar dunia.
Di sisi lain, Bitcoin sempat berada di nilai tertingginya pada kisaran Rp229 Juta, sebelum turun beberapa persen sebelum akhirnya pulih kembali ke kisaran Rp217 Juta.
Hasil pemilihan umum ini sebenarnya belum usia, pasalnya presiden pertahana Donald Trump mengklaim akan menantang perhitungan suara. Hal ini menyebabkan beberapa kebingungan, ditambah belum matangnya sentimen pasar yang ada.Jika melihat prospek jangka panjang, para analis merasa Bitcoin dan emas akan menjadi aset “safe havens ” terlepas dari kandidat mana yang akan memimpin AS ke depannya. Sebab, inflasi sudah menjadi bagian dari permasalahan ekonomi AS.
Dikutip dari Cointelegraph, Jerome Powell, ketua Federal Reserve, mengindikasikan adanya stimulus keungan lebih lanjut, dengan efek meningkatkan jumlah utang yanga dan menurunkan nilai dolar.
Melihat hal tersebut, Michael Saylor selaku CEO MicroStrategy berpendapat pada cuitan pribadinya di Twitter,
“Bitcoin adalah jaringan kripto yang dominan, diciptakan untuk menjadi aset safe haven yang ideal dan menjaga energi moneter dalam jangka waktu yang lama tanpa kehilangan daya. Itu membuat #BTC menjadi solusi dari masalah lindung nilai bagi setiap investor. Hanya sedikit orang yang baru mengerti hal ini.”
Pandemi Corona di Eropa
Lambatnya pertumbuhan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi di dunia, membuat Bitcoin sempat menginjakan kakinya di level terendah di kisaran Rp58 Juta per BTC.
Namun, lantaran sifatnya yang online, Bitcoin berhasil pulih dan bahkan melonjak lebih dari 70% dari nilai terendahnya tersebut. Beberapa analis dan tokoh besar seperti CEo Real Vision Raoul Pal dan salah satu pendiri Gemini, Tyler Winklevoss meramalkan ini baru menjadi permulaan untuk Bitcoin dan memprediksi Bitcoin akan lebih tinggi lagi di Q1 tahun 2021.
Indeks Ketakutan dan Keserakahan (Fear and Greed) Capai Nilai Tertinggi
Indeks ini bisanya digunakan untuk melihat sentimen pasar, terutama investor. Menurut indeks ini, koreksi harga di atas Rp200 Juta sudah lebih melambat.
Jika melihat nilainya, indeks ini menandai nilai tertinggi sejak Juni 2019 pada Senin lalu ketika Bitcoin melonjak menuju level tertingginya di kisaran Rp205 Juta. Padahal dua minggu lalu indeks ini masih berada di posisi netral.
Para analis menganggap semakin dekat nilainya dengan angka 100, akan ada kemungkinan koreksi pasar yang cukup kuat yang akan terjadi.
Memperhatikan indeks pada hari Jumat lalu, analis pasar dari Cointelegraph, Michaël van de Poppe mengatakan nilai terendah saat ini ada pada kisaran Rp167 Juta, sebelum bisa mencapai Rp235 Juta.Ada beberapa level yang menurutnya harus diperhatikan berdasarkan nilai USD
“Level yang harus diperhatikan; $13.700-14.100, $12.800-$13.200, dan $11,500-12.000 jika pasar memulai untuk koreksi.”
Perusahaan Institusional Tetap Simpan Bitcoin dalam Jangka Panjang
Volatilitas Bitcoin sangat tinggi dalam seminggu terakhir, apalagi jika dilihat dari pasar berjangka Bitcoin.
Terdapat “kesenjangan” yang muncul ketika perdangan berjangka, mengingat ada semacam gap yang muncul antara pasar spot dan juga futures Bitcoin.
Sementara itu, dilihat dari CME Bitcoin berdasarkan Grup, terdapat rekor minat terbuka dalam beberapa hari terakhir mencapai $934 Juta pada hari Jumat dengan volume perdagangan harian $764 juta.
Dilihat dari laporan Commitments of Traders (COT) pada Jumat lalu, menunjukan ada dana lindung nilai pada harga Bitcoin saat ini.
Di saat yang sama, investor institusional tetap menyimpan Bitcoin untuk waktu jangka panjang dengan nilai bullish nya saat ini.
Kurangnya Pasokan Bitcoin, Tingkatkan Prospek Nilai Bitcoin
Persedian Bitcoin yang kian menipis, dengan permintaan yang kian tinggi setiap harinya membuat prospek nilai Bitcoin menjadi semakin diuntungkan.
Setelah gelombang banyaknya institusi besar yang menjadikan Bitcoin sebagai aset, adopsi Bitcoin semakin dekat.
Tekanan ini diprediksi akan menaikan nilai Bitcoin terhadap USD ke depan. Seperti yang ditulis oleh Saifedean Ammous di buku berjudul “The Bitcoin Standard”,
“Ada dua cara mengatasi kekurangan uang: 1- Bank Sentral menyediakan likuiditas; 2. Harga Makin Naik. Tidak ada cara yang benar atau salah; Selalu akan ada kosenkuensinya!”
sumber.