Market
Pasar Kripto Naik Setelah Rilis Data Inflasi AS, Bagaimana ke Depannya?
Pasar kripto dan Bitcoin mengalami apresiasi setelah publikasi data inflasi Amerika Serikat pada Rabu (13/9). Respons terhadap data inflasi ini mencerminkan percampuran sentimen jangka pendek dan jangka panjang yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan trader dan investor terkait masa depan pasar kripto.
Pada hari Kamis (14/9) lalu, pasar kripto tetap relatif stabil karena statistik inflasi AS terbaru menunjukkan peningkatan yang cukup moderat. Harga barang konsumsi secara umum masih terus meningkat, dan pemerintah belum sepenuhnya berhasil mengendalikan inflasi yang terus tinggi.
Menurut Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS), Indeks Harga Konsumen (CPI) telah naik sebesar 3,7% hingga bulan Agustus tahun ini, melebihi sedikit prediksi ekonom sebesar 3,6%. Pada bulan Agustus, indeks ini naik sebanyak 0,6% secara bulanan, terutama karena kenaikan harga bensin. Meskipun data inflasi inti bulanan juga mengalami kenaikan dari 0,2% menjadi 0,3%, data inflasi inti tahunan menunjukkan penurunan dari 4,7% menjadi 4,3%.
Pasca rilis laporan, Bitcoin (BTC) diperdagangkan sekitar US$ 26.270, mengalami kenaikan sebesar 1,6% dalam 24 jam terakhir. Sementara itu, Ethereum (ETH) mengalami peningkatan sebesar 1,9% dan diperdagangkan sekitar US$ 1.620. Data inflasi yang meningkat memberikan sentimen negatif bagi Dolar AS yang sedang mengalami penurunan nilai.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, menjelaskan penurunan nilai Dolar AS memberikan dorongan positif bagi aset berisiko seperti Bitcoin, karena ada korelasi negatif antara nilai Dolar AS dan harga Bitcoin.
“Dengan meningkatnya data inflasi, kepercayaan terhadap ekonomi Amerika mengalami penurunan. Dalam situasi ini, mayoritas investor mencari alternatif untuk melindungi kekayaan mereka, sehingga aset berisiko menjadi pilihan favorit. Namun, dalam jangka panjang, narasi ini dapat berubah,” kata Fyqieh.
Jangka Panjang
Baca juga: Tingkat Adopsi Kripto di Indonesia Naik, Tanda Pertumbuhan Menjanjikan
Fyqieh melanjutkan pada tingkat jangka panjang, Bitcoin mungkin akan mengalami penurunan kembali karena data inflasi menunjukkan bahwa sebagian besar barang dan jasa pokok mengalami kenaikan harga, yang dapat mengurangi daya beli masyarakat.
“Penurunan kemampuan masyarakat untuk mengeluarkan uang dapat menjadi alasan mengapa harga Bitcoin mungkin turun, karena kebutuhan sehari-hari akan diutamakan daripada berinvestasi. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan volume pembelian dan bahkan munculnya tekanan penjualan saat orang menjual aset kripto mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup,” jelas Fyqieh.
Sementara itu, para pelaku pasar saat ini sedang mengantisipasi kemungkinan The Fed untuk mempertahankan suku bunganya pada pertemuan yang dijadwalkan pada 19-20 September mendatang. Menurut CME FED Watch, meskipun data inflasi berada di atas ekspektasi, kemungkinan tidak ada kenaikan suku bunga pada bulan September diperkirakan sebesar 97%. Ekspektasi kenaikan suku bunga pada pertemuan FED bulan November lebih seimbang, dengan angka sekitar 40%.
Kenaikan suku bunga dapat berdampak pada pasar kripto dan aset berisiko lainnya. Meskipun telah terjadi penurunan signifikan sejak bulan Juni, inflasi masih berada di atas target tahunan The Fed sebesar 2%.
Saat ini, pasar kripto mendekati akhir pekan dengan tren naik, dan sikap para investor cenderung lebih condong ke arah akumulasi. Hal ini tercermin dari indeks Fear and Greed yang meningkat dibandingkan dengan awal pekan, berada dalam kategori “Fear,” dengan nilai pada Jumat (15/9) sekitar 45 poin.
Analisis Harga Bitcoin (BTC)
Baca juga: 28 Altcoin akan Token Unlock Pekan Ini, Waspada Perubahan Harga
Dari segi analisis teknikal, saat ini Bitcoin berusaha untuk keluar dari zona koreksinya yang telah berlangsung sejak awal Agustus 2023. Menurut Fyqieh, ada kemungkinan bahwa jika berhasil keluar dari zona koreksi ini, Bitcoin mungkin hanya akan mengalami kenaikan sementara menuju level sekitar US$ 28.200 sebelum menghadapi potensi penurunan kembali akibat kurangnya sentimen positif.
“Level resistensi terdekat saat ini berada di sekitar US$ 26.755. Namun, BTC terus menguji batas garis tren karena investor merespons harapan Tesla untuk menerima kembali Bitcoin, yang telah membantu meredakan kekhawatiran terkait kemungkinan resesi ekonomi di AS,” ungkap Fyqieh.
Jika Bitcoin berhasil menembus di atas level resistensi US$ 26.755, ini bisa menjadi dukungan untuk pergerakan BTC menuju level US$ 28.000. Meskipun demikian, sentimen bearish masih cukup kuat dan dapat menarik Bitcoin kembali ke garis tren serta level dukungan sekitar US$ 25.506. Perlu diingat bahwa BTC sudah mulai memasuki wilayah overbought.
Selain itu, saat ini volume transaksi masih relatif rendah, dan ada banyak ketidakpastian di pasar kripto, termasuk perihal penjualan aset FTX dalam bentuk Bitcoin. Oleh karena itu, para trader disarankan untuk tetap waspada dan menjalankan manajemen risiko yang bijaksana. Kondisi pasar yang masih rentan terhadap koreksi tiba-tiba karena volume rendah dan tingginya volatilitas menjadikan manajemen risiko yang cermat sangat penting.
Pastikan kamu hanya melakukan investasi dan trading kripto di platform terpercaya, seperti Tokocrypto. Dengan berbagai fitur yang mumpuni serta ekosistem yang luas, trading kripto jadi lebih mudah.
DISCLAIMER: Artikel ini bersifat informasi dan bukan merupakan tawaran atau ajakan untuk menjual dan membeli aset kripto apapun. Perdagangan aset kripto merupakan aktivitas beresiko tinggi.
-
Bitcoin News3 days ago
Tren Bitcoin 2-6 Desember 2024: Mari Kita TP-TP Lagi By Hoteliercrypto
-
Bitcoin News5 days ago
Mengapa Harga Bitcoin Turun 4% Menjelang $100.000? Prediksi Harga Bitcoin Hari Ini
-
Market6 days ago
Prediksi Kripto Pekan Ini: Aset Berpotensi Melesat
-
Market3 days ago
Market Sinyal Harian: Potensi Pergerakan Kripto pada 29 November 2024