1. Bervolatilitas rendah Di dalam whitepaper yang dirilis kemarin, ada dua entitas yang terpisah antara Libra Association dan Facebook yang merupakan inisiator proyek sekaligus anggota asosiasi itu. Asosiasi itu, menggunakan Blockchain Libra menerbitkan mata uang kripto yang diklaim bervolatilitas rendah alias harganya tidak naik turun secara drastis seperti Bitcoin dan ribuan mata uang kripto lainnya. Harga mata uang kripto Libra dipatok dengan harga beberapa mata uang fiat lainnya (dolar AS, poundsterling, euro dan yen) melalui Libra Reserves, sehingga harganya stabil. Selain itu harganya ditautkan dengan sejumlah investasi, yakni surat utang negara (bond). Sebelumnya sejumlah pelaku pasar mengkategorikan Libra sebagai mata uang kripto jenis stablecoin, seperti USDT. berdasarkan wawancara majalah ekonomi Jerman, WirtschaftsWoche dengan Laura McCracken (Head of Financial Services and Payment Partnerships Facebook untuk Eropa Utara).
Laura McCracken menyebutkan mata uang kripto itu memang berjenis stablecoin, tetapi harganya tidak berpatok langsung dengan harga mata uang fiat seperti dolar AS, yen atau won seperti pada kripto USDT.
“Harga GlobalCoin dipatok berdasarkan ‘currency basket‘ untuk menghindari volatilitas,” kata Laura McCracken.
Apa itu currency basket? Lazim juga disebut sebagai “currency peg“, biasanya ia digunakan di perdagangan bursa berjangka (futures). Berdasarkan penelusuran Blockchainmedia, istilah itu merujuk pada sejenis indeks yang terdiri dari harga beberapa mata uang negara lainnya, seperti European Currency Unit (ECU), Asian Currency Unit (ACU) dan yang paling terkenal, yakni USDX untuk mata uang dolar AS. Penentuan currency basket pada prinsipnya sama dengan indeks pasar saham. USDX yang dirancang sejak 1973, terdiri dari mata uang euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia dan franc Swiss. 2. Organisasi nirlaba Libra Association adalah lembaga nirlaba yang didirikan di Jenewa, Swiss, di mana anggotanya bermarkas di negara yang berbeda-beda. Dalam whitepaper disebutkan anggota Libra Association adalah: Mastercard, PayPal, PayU (terafiliasi dengan Naspers), Stripe, Visa, Booking Holdings, eBay, Facebook/Calibra, Farfetch, Lyft, Mercado Pago, Spotify AB, Uber Technologies, Inc., Iliad, Vodafone Group, Anchorage, Bison Trails, Coinbase, Inc., Xapo Holdings Limited, Andreessen Horowitz, Breakthrough Initiatives, Ribbit Capital, Thrive Capital, Union Square Ventures, Nonprofit, Creative Destruction Lab, Kiva, Mercy Corps, dan Women’s World Banking.
3. Akan terbuka bagi publik Penggunaan teknologi Blockchain Libra berlaku dua mekanisme dalam konteks sebagai simpul (node) validator transaksi, yakni “permissioned” atau “permissionless“. Di tahap awal disebutkan Libra Blockchain terlebih dahulu akan menjalankan mekanisme permissioned. Artinya, hanya pihak-pihak tertentu saja yang diperkenankan sebagai simpul validator, yakni para anggota pendiri Libra Association itu. Sedangkan permissionless, yang biasanya lebih terbuka, belum ditentukan kapan akan diterapkan. Sebagai catatan penting, bahwa Libra blockchain mengadopsi algoritma konsensus Byzantine Fault Tolerant (BFT) dan selanjutnya disebut sebagai LibraBFT. Libra Association pun merasa perlu membuat bahasa pemrograman khusus, yakni “MOVE” untuk pembuatan kontrak cerdas (smart contract). 4. Transaksi keuangan tersamarkan Serupa dengan teknologi blockchain berkategori publik, semua transaksi di Libra disebutkan adalah “non-custodial” dan tersamarkan (pseudo-anonymous transactions). Non-custodial bermakna private key kripto Libra pengguna tidak disimpan dan dikendalikan oleh Libra Association. Dengan tersamarkan, berarti besaran transaksi dan alamat blockchain hanya bisa dilihat oleh partisipan jaringan blockchain Libra. Libra Association menjamin tidak menyimpan data-data para pengguna. Ini memang dikhawatirkan oleh sejumlah pihak, karena menyangkut data-data pribadi pengguna yang bisa disalahgunakan. 5. Token sekuritas Libra Association juga disebut akan menerbitkan token sekuritas bernama Libra Investment Token (LIT) yang digunakan sebagai biaya operasional asosiasi dan program-program insentif lainnya (reward system). Token sekuritas biasanya dipatok berdasarkan harga produk investasi lain, seperti saham dan surat utang negara (bond).
6. Simpul US$10 Juta LIT juga digunakan sebagai syarat untuk menjalankan simpul (node) jaringan blockchain Libra. Sebuah simpul dalam khasanah blockchain adalah komputer serverberspesifikasi khusus yang berperan memvalidasi transaksi keuangan. Anggota asosiasi diwajibkan membeli LIT senilai US$10 juta (Rp142,7 miliar) agar bisa berperan sebagai validator itu. Asosiasi memperkirakan biaya tahunan sebagai validator mencapai US$280 ribu (Rp4 miliar). 7. Calibra terdaftar di FinCEN Adalah Calibra yang merupakan anggota dari Libra Association itu. Calibra adalah anak perusahaan Facebook yang diklaim terdaftar Financial Crimes Enforcement Network (FinCEN) AS. Tujuannya adalah meyakinkan publik bahwa data keuangan dan data-data sosial pengguna Calibra terpisah dari Facebook. Di FinCEN Calibra terdaftar sebagai money services business (MSB) pada Februari 2019 lalu dan diizinkan beroperasi di 50 negara bagian Amerika Serikat. Calibra disebutkan akan merilis aplikasi mobile sebagai dompet digital atas mata uang kripto Libra. 9. Meluncur tahun depan Mata uang kripto Libra dan teknologi blockchainnya akan diluncurkan resmi pada tahun 2020. Jaringan ujicoba (testnet) akan berlangsung pada pekan depan.