Altcoin News
5 Prediksi Dogecoin (DOGE) di Tahun 2022

Aset kripto meme Dogecoin (DOGE) akan mendapat pembaruan situs dan landasan teknik. Kendati didukung oleh Elon Musk, DOGE kesulitan mencapai rekor tertinggi kembali.
DOGE yang meningkat 3.500 persen dalam satu tahun menjadikannya aset kripto yang menarik perhatian. DOGE menjadi kripto paling ditelusuri di tahun 2021 menurut data Google Trends.
Apakah DOGE mampu mempertahankan prestasi tersebut? Berikut adalah lima prediksi DOGE:
Pertama, DOGE akan mendapat tampilan baru yang mencakup rancangan ulang situs Dogecoin serta sumber wawasan yang bernama Dogepedia.
Landasan teknis DOGE akan diperbarui agar pengembang dapat bekerja lebih mudah dengan DOGE. Selain itu, tim DOGE mengembangkan GigaWallet yang memudahkan integrasi aset tersebut tanpa kesulitan.
Baca juga : Mondar-mandir di Gerai Metaverse Samsung di Decentraland
Kedua, Elon Musk akan terus mendukung DOGE. Pria yang dijuluki Dogefather itu senantiasa menyuarakan dukungan bagi DOGE di media sosial. Musk berpendapat DOGE adalah aset bagi rakyat yang mudah dibelanjakan dibanding Bitcoin (BTC).
Cuitan Musk merupakan dorongan besar bagi kesuksesan DOGE. Musk bahkan membicarakan DOGE di acara Saturday Night Live yang menyebabkan DOGE mencapai rekor tertinggi.
Ketiga, pedagang akan menerima DOGE. Menurut situs Cryptwerk, sekitar dua ribu pedagang ritel telah menerima DOGE. Jumlah ini kian meningkat termasuk Tesla yang menerima DOGE untuk pembayaran.
Bioskop AMC mulai menerima aset kripto, dan DOGE akan didukung mulai Maret 2022. Investor milyarder Mark Cuban juga menerima DOGE sebagai alat pembayaran pembelian merchandise tim olahraga Dallas Maverick.
Keempat, aset kripto meme lain akan bersaing dengan DOGE. Fenomena aset kripto meme cukup baru sebagai bagian budaya populer yang beririsan dengan instrumen investasi.
Munculnya aset-aset meme lain berarti DOGE perlu bersiap bersaing di masa depan. Sebagai contoh, Shiba Inu (SHIB) meroket dan melebih performa DOGE secara signifikan.
DOGE memiliki komunitas yang loyal tetapi sulit mempertahankan reputasi sebagai pemberontak bila DOGE menduduki jajaran aset kripto teratas.
Baca juga : Mark Cuban: Apakah Bitcoin Layak Sebagai Sarana Transaksi?
Kelima, DOGE akan meneruskan pererbutan merk. Pendiri DOGE tidak mendaftarkan merk sebab aset ini diciptakan sebagai lelucon pada awalnya.
Pesaing DOGE memanfaatkan hal ini dan mendaftarkan Dogecoin Foundation serta domain doge.org. Tim DOGE memiliki tantangan mengklaim kepemilikan legal atas nama Dogecoin.
Altcoin News
Pasar Sepekan: Sentimen Negatif Masih Kuat, Aset Kripto Sekarat

Market aset kripto kembali mengalami performa yang lesu secara keseluruhan pada pekan kedua Mei 2022 ini. Kondisi market langsung mendadak ‘sakit’ mengingat situasi makroekonomi sedang tak pasti.
Meski begitu market mulai stabil dengan beberapa aset kripto mengalami lonjakan. Melansir CoinMarketCap pukul 14.00 WIB, delapan dari 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar sudah mengalami peningkatan dan masuk zona hijau.
Contoh Bitcoin (BTC) yang nilainya naik 14,05% dalam sehari terakhir dan kini berada di $ 30.383,75. Sementara itu, nilai Ethereum (ETH) ikutan naik 17,26% ke $2.091,36 di waktu yang sama.

Baca juga: Belajar dari Kripto UST dan LUNA, Stablecoin Masih Aman Jadi Instrumen Investasi?
Beberapa nilai altcoin lainnya pun tak lagi terjun bebas. Nilai BNB dan XRP masing-masing naik 35,09% dan 23,07%. Sementara itu, nilai USD Coin (USDC) dan Binance USD (BUSD) kompak melemah lebih dari 1% dalam 24 jam terakhir.
“Sentimen negatif dampak dari drama stablecoin TerraUSD (UST) membuat pelaku pasar khawatir dan ragu atas kondisi pasar stablecoin dan pasar kripto pada umumnya yang terlalu volatil untuk saat ini. Ketakutan ini pun semakin bertambah setelah Menteri Keuangan AS, Janet Yellen dan The Fed kompak mengatakan bahwa stablecoin adalah risiko besar yang mengancam sektor keuangan,” jelas Trader Tokocrypto, Afid Sugiono.

Baca juga: Tokocrypto Market Signal 11 Mei 2022: Investor Panik, Tren Bearish Lanjut
Namun, secara keseluruhan investor masih kompak melakukan aksi jual dan melepas aset berisiko mengingat situasi makroekonomi sedang tak pasti. Kondisi inflasi Amerika Serikat masih akan terus menggentayangi ekonomi Negeri Paman Sam itu, sehingga mereka pun hijrah dari aset-aset volatil aman ke aset aman seperti Dolar AS.
“Laju inflasi yang melebihi proyeksi menyebabkan investor untuk melepas aset berisikonya. Hal ini ikut menghantam pasar aset kripto,” ungkap Afid.
Kondisi pasar kripto juga selaras dengan saham, pelaku pasar tampak kompak melepas saham sektor teknologi lantaran khawatir bahwa bank sentral AS, The Fed, bakal kembali mengetatkan kebijakan moneternya dengan agresif.
Altcoin News
Belajar dari Kripto UST dan LUNA, Stablecoin Masih Aman Jadi Instrumen Investasi?

Aset kripto TerraUSD (UST) dan Terra (LUNA) sedang jadi sorotan sepekan ini. Alasannya harga kedua aset kripto tersebut tak stabil dan bahkan LUNA turun sampai 99% hanya dalam hitungan hari, padahal ia sempat jadi primadona investor dan capai harga tertinggi sepanjang masa.
Berdasarkan situs CoinMarketCap, pada Jumat (13/5) pukul 14.00 WIB, LUNA diperdagangkan pada $ 0,00005687 dengan market cap sebesar $ 557 juta anjok 63%. Sebelumnya, LUNA telah capai harga tertinggi sepanjang masa pada Selasa (5/4) sebesar $ 119,18 per koin atau setara Rp 1,73 juta, pada saat itu kapitalisasi pasarnya mencapai $ 40 miliar.
Penurunan harga LUNA ini sangat terpengaruh oleh faktor peg atau berkurangnya nilai dari stablecoin asli jaringan Terra, UST. Stablecoin UST turun ke level $ 0,22 pada perdagangan Jumat (13/5) yang merupakan terendah sepanjang masa. Melihat hal ini apakah stablecoin masih aset kripto teraman untuk investasi saat ini?

Sebelum menjawab hal tersebut, kita bahas apa yang sebenarnya terjadi dengan UST? Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menjelaskan mekanisme stablecoin algoritmik memiliki kelemahan sebagai penopang sebagian besar nilai UST. Hal inilah yang menjadikan harga LUNA sangat terpengaruh oleh penurunan UST yang sangat dramatis.
Lebih lanjut, Afid menjelaskan CEO Terralabs, Do Kwon pun mengakui bahwa model stablecoin tersebut hadir dengan beberapa pengorbanan. Faktanya, memang koin sangat terdesentralisasi. Namun, dibandingkan dengan koin seperti Tether, ia menghadapi beberapa masalah stabilitas harga, terutama jika sistemnya berada di bawah tekanan.
“Jika terlalu banyak orang yang mencoba menebus UST sekaligus, “death spiral” hipotetis dapat terjadi dengan token LUNA yang dipasangkan dengannya. Nilai LUNA akan mulai runtuh karena lebih banyak token dicetak untuk memenuhi permintaan pengguna,” jelas Afid.
Baca juga: Serangkaian Aksi dan Reaksi Dibalik Anjloknya UST dan Terra (LUNA)
Hipotesis Nilai LUNA Turun
Afid menerangkan kemungkinan besar penurunan ini terkait juga dengan adanya attack dari ‘oknum’ yang memanfaatkan kelemahan dari mekanisme yang Terra punya. Kelemahan dari Terra LUNA adalah soal “death spiral”.
LUNA memiliki hubungan mutual dengan UST. Setiap ada UST diterbitkan, ada supply LUNA yang di-burn, begitu pula sebaliknya. Seharusnya secara algoritma, ketika harga UST jatuh, ada UST yang di-burn dan LUNA yang diterbitkan. Nilai Terra LUNA bisa turun, jika TerraUSD dianggap tidak stabil.

“Blockchain Terra sempat berhenti untuk menghindari penyerangan governance pada jaringannya dan untuk membentuk rencana baru. Governance attack adalah kondisi di mana token yang digunakan untuk hak suara dikendalikan sebagian besar oleh satu pihak saja sehingga bisa merusak atau mengubah jaringan,” kata Afid.
Untuk saat ini LUNA terlihat semakin tidak ada harapan dengan harga yang turun drastis dan kondisi keuangan perusahaan yang masih jatuh. Jadi jika Terra mau kembalikan lagi ke peg-nya itu UST $ 1, mau tidak mau mesti burn UST yang supply-nya berlimpah, dan efeknya supply LUNA semakin banyak, otomatis harga LUNA akan terus anjlok sampe UST bisa stabil ke $ 1 lagi.
Baca juga: Avarta dan Tokocrypto Jalin Kemitraan Strategis Kembangkan Ekosistem Blockchain di Indonesia
Apa Bedanya BIDR sama UST?
Drama UST dan LUNA membuat investor khawatir dan ragu atas kondisi pasar stablecoin yang sebelumnya, dianggap aman sebagai instrumen investasi, namun kini terlalu volatil.
Tidak semua stablecoin menggunakan mekanisme algoritmik seperti UST. Binance IDR (BIDR) contohnya. BIDR merupakan stablecoin berbasis Rupiah yang dapat diperdagangkan dengan aset kripto lainnya. BIDR menggunakan Binance Chain (BEP-2) yang dipatok ke dalam Rupiah (IDR). BIDR akan tersedia untuk pembelian langsung dan penukaran dengan harga 1 BIDR setara dengan 1 Rupiah.

Untuk menjaga kestabilannya, BIDR didukung 1:1 oleh Rupiah di rekening bank terpisah di Indonesia. BIDR akan diaudit setiap bulan oleh perusahaan audit. Laporan audit akan dipublikasikan di Tokocrypto untuk referensi bagi pengguna BIDR.
Harga atau nilai BIDR di bursa mungkin sedikit menyimpang dari Rp 1, karena kekuatan penawaran dan permintaan pasar untuk aset tersebut. Namun, penyimpangan harga tersebut akan kecil, karena arbitrase pasar akan bekerja untuk membawa harga BIDR kembali ke 1 Rupiah Indonesia.
Baca juga: UPDATE: Blockchain Terra Kembali Produksi, Meski Harga LUNA Hancur
Apakah BIDR Bisa Bernasib sama dengan UST?
Peristiwa yang terjadi dengan UST sulit menimpa BIDR. UST membutuhkan mekanisme algoritmik untuk menjaga nilainya agar tetap sama dengan Dolar AS. Setiap token UST yang diterbitkan, ada supply token LUNA yang diburn atau dihancurkan.
“Sistem tersebut memiliki kelemahan dari segi governance attack, sehingga membuka peluang satu pihak bisa menguasai banyak koin dan punya kewenangan untuk merusak atau mengubah jaringan. Seperti yang terjadi saat ini,” jelas Afid.

Sementara, BIDR tidak mengunakan skema mekanisme algoritmik. BIDR mempunyai mekanismi setiap koin mewakili satu Rupiah yang disimpan di bank. Ini memungkinkan pencetakan dan burning BIDR berdasarkan jumlah Rupiah yang disimpan.
Tokocrypto sebagai pengelola BIDR bekerja sama dengan perusahaan audit untuk menyesuaikan suppy token sesuai dengan jumlah uang Rupiah yang disimpan di bank untuk mencapai skala 1:1. Laporan audit transparan dan bisa diakses di tokocrypto.com/report.
Baca juga: Tragedi Terra (LUNA), UST dan Bitcoin: Raksasa BlackRock, Citadel dan Gemini Dalangnya?
DISCLAIMER: Investasi aset kripto memiliki volatil tinggi, Tokocrypto mengimbau setiap pengguna melakukan research terlebih dahulu sebelum melakukan transaksi dengan mengutamakan sikap kehati-hatian. Segala bentuk perdagangan aset kripto ditanggung pengguna dengan segala risikonya karena merupakan keputusan pribadi.
Altcoin News
UPDATE: Blockchain Terra Kembali Produksi, Meski Harga LUNA Hancur

Validator blockchain Terra telah menghentikan sementara aktivitas jaringan pada hari Kamis malam, 12 Mei 2022 (sekitar pukul 23.20 WIB). Langkah ini diambil untuk mencegah serangan tata kelola setelah devaluasi parah token LUNA.
Hal tersebut diumumkan melalui akun Twitter resmi jaringan Terra @terra_money. Akun tersebut membuat cuitan yang menyatakan bahwa jaringan blockchain dihentikan pada ketinggian blok 7.603.700.
Baca juga: Serangkaian Aksi dan Reaksi Dibalik Anjloknya UST dan Terra (LUNA)
Langkah ini mengikuti serangkaian peristiwa yang memicu penurunan harga LUNA dan stabelcoin UST yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Harga LUNA terpelanting sangat jauh dari harga tertingginya di bulan lalu. Pada saat laporan ini ditulis harga LUNA diperdagangkan di level $ 0,013 atau setara dengan Rp 190. Bahkan, di hari yang sama LUNA menginjak harga terendahnya di harga $ 0,01 (Rp 146).
Dalam kurun waktu sekitar satu bulan LUNA ambruk sekitar 98% dari harga tertingginya di level $ 119.
Berdasarkan data CoinGecko, harga UST saat penulisan berada di level $ 0,33, turun 49% selama 24 jam terakhir.
Baca juga: Apa Itu Terra (LUNA) Crypto? Ini Penjelasan Lengkapnya!
Update: Blockchain Terra telah melanjutkan produksi blok dengan penggabungan kode baru. Meski begitu harga LUNA tetap tertekan. Berdasarkan situs CoinMarketCap, pada Jumat (13/5) pukul 08.45 WIB, LUNA diperdagangkan pada $ 0,004592 dengan market cap sebesar $ 557 juta anjok 63%.
Terlepas dari adanya berbagai upaya dari pihak Terra untuk mengendalikan masalah yang tengah mereka alami, nampaknya upaya tersebut masih belum membuahkan hasil juga.
Sementara itu, pertukaran crypto terbesar Binance mengumumkan akan menghapus kontrak berjangka Terra (LUNA) dengan margin Tether (USDT) menyusul penurunan harga lebih dari 99%.
Dalam posting blog hari Kamis, Binance mengatakan akan mengambil “tindakan pencegahan” di sekitar kontrak abadi LUNA/USDT, berniat untuk menghapus pasangan jika harga berada di bawah 0,005 USDT.
Artikel telah diperbarui dengan informasi tentang pembaruan blockchain Terra, yang memungkinkan produksi blok dilanjutkan.
DISCLAIMER: Bukan ajakan membeli! Investasi atau perdagangan aset crypto masih beresiko tinggi. Artikel ini hanya berisi informasi yang relevan mengenai aset kripto tertentu.
-
Altcoin News1 year ago
Maksimalkan Cuan dengan Beli Koin Duluan
-
Highlight 11 year ago
Cara Membaca Candlestick dengan Simpel dan Akurat
-
Market News2 years ago
Mengenal 5 Ragam Pola Candlestick Lengkap Menguntungkan
-
Crypto2 weeks ago
Tanya Jawab Lengkap Aturan Pajak Aset Kripto yang Wajib Dipahami
-
Altcoin News1 year ago
Mengenal Vancat, Token Utama di Dunia NFT
-
Crypto1 year ago
Tiga Informasi Fundamental Dunia Crypto yang Bakal Membalikan Keadaan Pasar
-
Tips & Tricks3 years ago
Step by step dan Tips dalam proses KYC
-
Crypto1 year ago
Inilah Tata Cara Membeli Bitcoin di Tokocrypto!