Academy
Mengenal Teknologi Blockchain: Panduan Esensial untuk Pemula (Update 2023)

Daftar Isi
Meski masih berada dalam tahap pertumbuhan, pasar blockchain menunjukkan potensi besar sebagai investasi yang menjanjikan.
Sebuah laporan dari New York Times yang baru-baru ini dirilis, menunjukkan bahwa sejumlah lebih dari US$28 miliar telah dialokasikan ke startup-startup blockchain dan kripto di seluruh dunia pada tahun 2021.
Angka tersebut empat kali lipat dari tahun sebelumnya dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2022.
Seiring waktu, teknologi blockchain dan kripto akan terus mengalami perkembangan dan menawarkan berbagai fitur, fungsi, dan kapabilitas baru. Prediksi menunjukkan bahwa adopsi teknologi ini di kalangan mainstream akan semakin meningkat di masa mendatang.
Bab 1: Blockchain 101
Apa itu blockchain?
Blockchain adalah database khusus. Istilah lain yang mungkin Anda kenal adalah teknologi buku besar terdistribusi (Distributed ledger technology/DLT), yang pada banyak situasi memiliki makna yang sama dengan blockchain.
Blockchain memiliki karakteristik yang unik. Ada aturan spesifik tentang bagaimana data dapat ditambahkan, dan setelah data disimpan, hampir mustahil untuk mengubah atau menghapusnya.
Data ditambahkan secara berurutan dalam struktur yang disebut blok. Setiap blok dibangun di atas blok sebelumnya dan mengandung informasi yang terkait dengan blok tersebut. Dengan melacak “rantai” ini sampai ke awal, kita akan menemui blok pertama, yang dikenal sebagai blok genesis.
Untuk memahaminya, bayangkan Anda memiliki lembar kerja dengan dua kolom. Di sel pertama dari baris pertama, Anda memasukkan data apa pun yang ingin disimpan.
Identitas dari data sel pertama diubah menjadi pengidentifikasi dua huruf, yang kemudian digunakan sebagai bagian dari input berikutnya.
Misalnya, pengidentifikasi dua huruf KP harus digunakan untuk mengisi sel berikutnya di baris kedua (defKP). Artinya, jika Anda mengubah data input pertama (abcAA), Anda akan mendapatkan kombinasi huruf yang berbeda di setiap sel berikutnya.

Di baris keempat, pengidentifikasi terbarunya adalah TH. Mengapa Anda tidak dapat kembali dan menghapus atau mengubah entri? Karena akan sangat mudah bagi siapa pun untuk mengetahui perubahan tersebut, sehingga tidak ada gunanya mencoba melakukan perubahan.
Jika Anda mengubah data di sel pertama, Anda akan mendapatkan pengidentifikasi yang berbeda, yang berarti blok kedua akan berisi data yang berbeda juga. Hal ini akan menghasilkan pengidentifikasi yang berbeda di baris 2, dan seterusnya. Intinya, TH adalah hasil dari semua informasi sebelumnya.
Tonton juga penjelasan singkat mengenai blockchain di bawah ini:
Bagaimana blok-blok tersebut saling terhubung?
Pengidentifikasi dua huruf yang telah kita bahas di atas adalah analogi sederhana tentang bagaimana blockchain menggunakan fungsi hash.
Hashing adalah mekanisme yang menghubungkan blok-blok. Hashing bekerja dengan mengambil data dalam berbagai ukuran dan memprosesnya melalui fungsi matematika untuk menghasilkan output (hash) yang panjangnya tetap.
Hash yang digunakan di dalam blockchain sangat unik, karena hampir mustahil Anda menemukan dua potongan data yang menghasilkan hash yang sama.
Mirip dengan pengidentifikasi yang kita bahas sebelumnya, perubahan kecil pada data input akan menghasilkan output yang berbeda secara total.
Mari kita ambil contoh SHA256, sebuah fungsi yang banyak digunakan dalam Bitcoin. Seperti yang Anda lihat, perubahan sekecil apa pun, misalnya perubahan penulisan huruf kapital, cukup untuk merubah output secara signifikan.
Fakta bahwa tidak ada benturan SHA256 yang diketahui (yaitu, dua input yang berbeda memberikan output yang sama) sangat berharga dalam konteks blockchain.
Ini berarti bahwa setiap blok dapat merujuk kembali ke blok sebelumnya dengan menyertakan hash, dan setiap upaya untuk mengedit blok sebelumnya akan segera terdeteksi.

Blockchain dan desentralisasi
Kita telah membahas tentang struktur dasar blockchain. Namun, ketika orang membicarakan tentang teknologi blockchain, biasanya mereka tidak hanya merujuk pada database itu sendiri, melainkan ekosistem yang dibangun di sekitar blockchain.
Sebagai struktur data independen, blockchain hanya benar-benar bermanfaat dalam aplikasi yang tepat.
Keunikan blockchain muncul ketika digunakan sebagai alat untuk memfasilitasi koordinasi antara individu-individu yang tidak saling mengenal.
Dengan kombinasi teknologi lain dan beberapa teori permainan, blockchain dapat berfungsi sebagai buku besar terdistribusi yang tidak dikuasai oleh pihak manapun.
Dalam hal ini, tidak ada pihak yang memiliki wewenang untuk mengedit entri di luar aturan sistem (aturan ini akan dibahas lebih lanjut).
Anda bisa menganggap buku besar ini dimiliki bersama oleh semua orang: para partisipan mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan isi dari buku besar ini setiap saat.
Byzantine generals problem
Tantangan utama yang menghambat sistem seperti yang dijelaskan di atas adalah yang dikenal sebagai Byzantine Generals Problem. Konsep ini muncul pada tahun 1980-an, menggambarkan dilema di mana partisipan yang terisolasi harus berkomunikasi untuk mengkoordinasikan aksi mereka.
Dalam konteks lebih spesifik, dilema ini melibatkan sekelompok jenderal militer yang mengepung sebuah kota, dan harus memutuskan apakah mereka akan menyerang kota tersebut.
Jenderal-jenderal ini hanya dapat berkomunikasi melalui pesan yang disampaikan oleh kurir.
Mereka semua harus memutuskan apakah akan menyerang atau mundur. Yang terpenting bukanlah apakah mereka menyerang atau mundur, melainkan semua jenderal sepakat dengan keputusan bersama.
Jika mereka memutuskan untuk menyerang, mereka hanya akan berhasil jika mereka bergerak bersamaan.
Lalu, bagaimana kita memastikan hal ini bisa terjadi?
Anda mungkin akan menjawab, tentu saja mereka bisa berkomunikasi melalui kurir. Tetapi bagaimana jika kurir tersebut ditangkap saat membawa pesan yang mengatakan “kita menyerang saat fajar”, dan pesan tersebut diganti dengan “kita menyerang malam ini”?
Bagaimana jika salah satu jenderal berkhianat dan sengaja menyesatkan yang lain untuk memastikan mereka dikalahkan?

Kita memerlukan strategi di mana konsensus dapat dicapai, meskipun ada beberapa peserta yang berkhianat atau pesan-pesan dicegat. Memang, menjaga database tidak sama pentingnya dengan menyerang kota tanpa bala bantuan, tetapi prinsip yang sama berlaku.
Jika tidak ada pihak yang mengawasi blockchain dan memberikan informasi yang “benar” kepada pengguna, maka pengguna harus bisa berkomunikasi di antara mereka sendiri.
Untuk mengatasi potensi kegagalan dari satu (atau beberapa) pengguna, mekanisme blockchain harus dirancang dengan hati-hati untuk dapat tahan terhadap hambatan semacam itu.
Sistem yang mampu mencapai ini disebut sebagai tahan terhadap kesalahan Byzantine (Byzantine fault-tolerant). Seperti yang akan kita lihat nanti, algoritma konsensus digunakan untuk menegakkan aturan yang kuat.
Mengapa blockchain harus terdesentralisasi?
Anda tentu bisa menjalankan blockchain sendiri. Tapi kemungkinan besar Anda akan berhadapan dengan database yang kurang efisien dibandingkan dengan alternatif lain yang lebih baik.
Potensi besar dari blockchain dapat dimanfaatkan di lingkungan yang terdesentralisasi – yaitu, di mana semua pengguna setara dan berada pada level yang sama.
Dengan demikian, blockchain tidak bisa dihapus atau direbut oleh pihak yang berkhianat atau jahat. Ini menjadi satu-satunya sumber kebenaran yang bisa dilihat oleh semua orang.
Apa itu jaringan Peer-to-Peer?
Jaringan peer-to-peer (P2P) adalah sebuah sistem di mana pengguna terhubung secara langsung tanpa perantara atau administrator pusat. Dalam jaringan ini, pengguna dapat langsung bertukar informasi dengan rekan atau “peer” mereka tanpa melalui server pusat.
Dalam gambar di atas, kita melihat perbedaan antara komunikasi melalui server pusat dan komunikasi langsung antara pengguna.
Pada sisi kiri, pengguna A harus mengirim pesan melalui server agar sampai ke pengguna F. Namun, pada sisi kanan, mereka terhubung secara langsung tanpa perantara.

Pada umumnya, server berperan sebagai penyimpan informasi yang diperlukan oleh pengguna. Misalnya, ketika mengakses TokoNews, pengguna meminta server untuk memberikan semua artikel yang tersedia.
Namun, jika server tidak dapat diakses, pengguna tidak dapat melihat kontennya. Namun, jika pengguna mengunduh semua konten, mereka dapat menyimpannya di komputer mereka sendiri tanpa perlu bergantung pada TokoNews.
Prinsip ini juga diterapkan oleh setiap peer dalam jaringan blockchain. Setiap pengguna menyimpan seluruh database di komputernya sendiri.
Jika ada pengguna yang keluar dari jaringan, pengguna lain masih dapat mengakses blockchain dan berbagi informasi satu sama lain.
Ketika blok baru ditambahkan ke rantai blockchain, data tersebut disebar ke seluruh jaringan, memungkinkan setiap orang memperbarui salinan ledger mereka sendiri.
Apa Itu node blockchain?
Node blockchain merupakan mesin yang terhubung ke jaringan blockchain. Node ini menyimpan salinan lengkap dari blockchain dan berbagi informasi dengan mesin lain dalam jaringan.
Pengguna tidak perlu melakukan proses ini secara manual, biasanya mereka hanya perlu mengunduh dan menjalankan perangkat lunak blockchain, dan sisanya akan diurus secara otomatis.
Definisi node tidak hanya terbatas pada mesin dalam arti murni, tetapi juga mencakup pengguna lain yang berinteraksi dengan jaringan blockchain dengan berbagai cara. Sebagai contoh, dalam mata uang kripto, aplikasi dompet sederhana pada ponsel juga disebut sebagai light node.
Blockchain publik vs privat
Dalam blockchain, terdapat dua jenis utama, yaitu blockchain publik dan privat. Bitcoin, sebagai contoh, merupakan blockchain publik.
Artinya, siapa pun dapat melihat transaksi yang terjadi di dalamnya, dan siapa pun dapat bergabung dengan jaringan hanya dengan memiliki koneksi internet dan perangkat lunak yang sesuai.
Karena tidak ada persyaratan khusus untuk berpartisipasi, lingkungan ini disebut sebagai “permissionless” atau tanpa batasan.
Di sisi lain, terdapat blockchain pribadi atau privat. Blockchain jenis ini memiliki aturan yang menentukan siapa yang dapat melihat dan berinteraksi dengan blockchain tersebut. Oleh karena itu, lingkungan ini disebut sebagai “permissioned” atau memerlukan izin.
Meskipun blockchain privat mungkin terlihat terlalu dibatasi pada awalnya, namun blockchain ini memiliki beragam aplikasi penting, terutama di lingkungan perusahaan.
Bagaimana cara kerja transaksi?
Mari kita ambil contoh transaksi dalam sistem perbankan tradisional. Jika Alice ingin membayar Bob melalui transfer bank, Alice harus memberi tahu banknya. Mari kita asumsikan bahwa Alice dan Bob menggunakan bank yang sama.
Bank akan memeriksa apakah Alice memiliki dana yang cukup untuk melakukan transaksi tersebut, dan jika ya, bank akan memperbarui database mereka dengan mengurangi US$ 50 dari saldo Alice dan menambahkan US$ 50 ke saldo Bob.
Prinsip ini tidak terlalu berbeda dengan apa yang terjadi dalam blockchain. Baik sistem perbankan maupun blockchain adalah jenis database.
Perbedaan utamanya terletak pada fakta bahwa dalam blockchain tidak ada satu pihak yang bertindak sebagai otoritas untuk memeriksa dan memperbarui saldo. Sebaliknya, semua node dalam jaringan blockchain melakukan tugas ini.
Misalnya, jika Alice ingin mengirim lima Bitcoin (BTC) ke Bob dalam blockchain, Alice akan mengirimkan pesan tersebut ke seluruh jaringan (meng-“broadcast” pesan tersebut).
Namun, transaksi ini tidak langsung ditambahkan ke blockchain. Setiap node dalam jaringan akan melihat transaksi tersebut, ada langkah-langkah tambahan yang harus diselesaikan untuk memastikan transaksi tersebut dapat dikonfirmasi.
Anda dapat melihat bagaimana blok ditambahkan ke blockchain untuk memahami lebih lanjut mengenai hal ini.

Setelah transaksi ditambahkan ke blockchain, semua node dalam jaringan dapat melihatnya.
Masing-masing node akan memperbarui salinan blockchain mereka sendiri untuk mencerminkan penambahan transaksi tersebut.
Sekarang, Alice tidak dapat lagi mengirimkan lima unit Bitcoin yang sama kepada Carol (yang disebut “double-spending“) karena jaringan akan mengetahui bahwa Alice sudah menghabiskan dana tersebut dalam transaksi sebelumnya.
Dalam blockchain, tidak ada penggunaan istilah username dan password. Sebaliknya, kriptografi kunci publik (public-key cryptography) digunakan untuk membuktikan kepemilikan dana.
Untuk menerima dana, Bob perlu membuat kunci privat (private key). Kunci privat ini adalah sebuah angka acak yang sangat panjang, hampir mustahil untuk ditebak oleh siapa pun, bahkan jika diberikan ratusan tahun.
Namun, sangat penting bagi Bob untuk menjaga kerahasiaan kunci privat tersebut, karena jika diketahui oleh orang lain, mereka dapat membuktikan kepemilikan dan bahkan menghabiskan dana tersebut.
Oleh karena itu, kerahasiaan kunci privat sangat penting.
Namun, yang seharusnya dilakukan Bob adalah mendapatkan kunci publik (public key) dari kunci privat tersebut.
Ia kemudian dapat memberikan kunci publik ini kepada siapa pun, karena hampir mustahil untuk melakukan kebalikan dari public key untuk mendapatkan private key.
Dalam banyak kasus, Bob akan melakukan operasi lain (seperti hashing) pada kunci publik untuk mendapatkan alamat publik.
Bob akan memberikan alamat publik ini kepada Alice, sehingga Alice tahu ke mana harus mengirimkan dana tersebut.
Alice membuat transaksi yang menyatakan “membayar dana ke alamat publik ini. Setelah itu, untuk membuktikan kepada jaringan bahwa ia tidak mencoba mengeluarkan dana yang bukan miliknya, Alice membuat tanda tangan digital menggunakan kunci privatnya sendiri.
Siapa pun dapat mengambil pesan yang ditandatangani oleh Alice dan membandingkannya dengan kunci publiknya, dan dengan pasti mengetahui bahwa Alice memiliki hak untuk mengirimkan dana tersebut ke Bob.
Siapa penemu teknologi blockchain?
Penemu teknologi blockchain adalah seseorang atau sekelompok orang yang menggunakan nama samaran Satoshi Nakamoto.
Pada tahun 2009, mereka merilis Bitcoin, yang merupakan implementasi pertama dari konsep blockchain dan menjadi blockchain yang paling populer hingga saat ini. Namun, Satoshi Nakamoto mengambil inspirasi dari teknologi dan proposal sebelumnya dalam menciptakan blockchain.
Dalam pengembangan blockchain, banyak menggunakan konsep fungsi hash dan kriptografi yang telah ada selama beberapa dekade sebelum Bitcoin diluncurkan.
Konsep fungsi hash dan kriptografi ini merupakan dasar penting dalam memastikan keamanan dan integritas data dalam blockchain.
Menariknya, struktur blockchain itu sendiri dapat ditelusuri kembali ke awal 1990-an, meskipun pada waktu itu digunakan lebih banyak untuk penanda waktu (timestamping) dokumen agar tidak dapat diubah di kemudian hari.
Dengan penggabungan ide-ide dan teknologi yang ada sebelumnya, penemu blockchain menciptakan konsep revolusioner yang menggabungkan elemen-elemen seperti desentralisasi, transparansi, keamanan, dan ketahanan terhadap perubahan.
Dalam hal ini, penemu blockchain memberikan fondasi yang kuat bagi perkembangan teknologi blockchain dan memungkinkan eksplorasi berbagai penggunaan blockchain di luar bidang keuangan.
Meskipun identitas sebenarnya dari Satoshi masih menjadi misteri, sumbangsih mereka dalam menciptakan teknologi blockchain telah membuka pintu bagi inovasi yang luar biasa dan mengubah lanskap teknologi.
Pro dan kontra teknologi blockchain
Teknologi blockchain, saat dirancang dengan baik, memiliki potensi untuk menyelesaikan berbagai masalah yang dihadapi oleh pemangku kepentingan di berbagai industri, mulai dari keuangan hingga pertanian.
Jaringan terdistribusi yang digunakan oleh blockchain memberikan sejumlah keunggulan dibandingkan dengan model klien-server tradisional, namun juga memiliki beberapa kelemahan.
Pro
Salah satu manfaat utama yang tercatat dalam white paper Bitcoin adalah kemampuan untuk melakukan pembayaran tanpa melibatkan pihak perantara.
Generasi blockchain selanjutnya bahkan lebih jauh lagi dengan memungkinkan pengguna untuk mentransmisikan segala jenis informasi.
Menghilangkan pihak perantara mengurangi risiko yang dihadapi oleh pengguna dan juga mengarah pada biaya yang lebih rendah, karena tidak ada pemotongan biaya oleh pihak perantara.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, jaringan blockchain publik bersifat permissionless, yang berarti tidak ada hambatan bagi siapa pun untuk bergabung, asalkan mereka memiliki koneksi internet. Setiap individu dapat berinteraksi dengan rekan sebaya di jaringan ini.
Salah satu keunggulan yang sering kali dianggap penting dalam blockchain adalah tingkat ketahanannya terhadap serangan.
Dalam sistem yang terpusat, serangan hanya perlu ditujukan kepada server. Namun, dalam jaringan peer-to-peer, setiap node berfungsi sebagai server.
Sebagai contoh, dalam sistem Bitcoin, terdapat lebih dari 10.000 node yang tersebar di seluruh dunia, sehingga sangat sulit bagi penyerang yang bahkan memiliki sumber daya yang kuat untuk mengganggu jaringan tersebut.
Perlu dicatat bahwa ada juga node tersembunyi yang tidak terlihat oleh jaringan yang lebih luas.
Ini adalah beberapa keuntungan umum dari teknologi blockchain. Ada banyak manfaat khusus lainnya yang akan dijelaskan dalam bagian berikut mengenai manfaat blockchain.
Kontra
Meskipun blockchain memiliki banyak manfaat, tidak dapat memecahkan setiap masalah yang ada.
Ketika dioptimalkan untuk keuntungan dalam satu area, blockchain dapat melemahkan kinerjanya di area lain.
Kendala yang paling jelas dalam adopsi blockchain secara massal adalah masalah skalabilitas.
Hal ini berlaku untuk semua jaringan terdistribusi. Karena semua peserta harus tetap sinkron, tidak mungkin menambahkan informasi baru terlalu cepat.
Jika prosesnya terlalu cepat, node tidak akan dapat mengikuti dan menjaga sinkronisasi. Oleh karena itu, pengembang sering kali dengan sengaja membatasi kecepatan dengan cara membatasi seberapa cepat blockchain dapat diperbarui, untuk memastikan bahwa sistem tetap terdesentralisasi.
Bagi pengguna jaringan, ini dapat berarti waktu tunggu yang lama jika ada terlalu banyak orang yang mencoba melakukan transaksi secara bersamaan.
Setiap blok dalam blockchain hanya dapat menampung sejumlah data tertentu, dan tidak dapat menambahkannya secara instan ke dalam rantai.
Jika jumlah transaksi melebihi kapasitas blok, maka harus menunggu hingga blok berikutnya dibentuk untuk memasukkan transaksi tersebut.
Selain itu, dalam lingkungan blockchain terdesentralisasi, peningkatan sistem menjadi lebih sulit dilakukan.
Jika Anda membuat perangkat lunak sendiri, Anda dapat dengan bebas menambahkan fitur baru sesuai keinginan Anda tanpa perlu berkoordinasi dengan pihak lain atau meminta izin.
Namun, dalam skala yang besar dengan jutaan pengguna, membuat perubahan akan menjadi jauh lebih kompleks.
Meskipun Anda dapat memodifikasi beberapa parameter perangkat lunak node Anda sendiri, pada akhirnya Anda akan terisolasi dari jaringan utama.
Jika perangkat lunak yang dimodifikasi tidak kompatibel dengan node lain, node-node tersebut akan menolak berinteraksi dengan node Anda.
Sebagai contoh, katakanlah Anda ingin mengubah aturan mengenai ukuran blok dari 1MB menjadi 2MB.
Anda dapat mencoba mengirimkan blok tersebut ke node-node yang terhubung dengan Anda, tetapi jika mereka memiliki aturan yang mengatakan “jangan menerima blok yang lebih besar dari 1MB”, maka blok tersebut tidak akan dimasukkan ke dalam salinan blockchain mereka.
Satu-satunya cara untuk mendorong perubahan adalah dengan membuat mayoritas ekosistem menerima perubahan tersebut.
Dalam lingkungan blockchain yang besar, diperlukan diskusi yang intensif yang mungkin memakan waktu berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun di forum komunitas sebelum perubahan dapat dikoordinasikan.
Untuk informasi lebih lanjut tentang ini, Anda dapat mempelajari konsep Hard Fork dan Soft Fork.
Dalam kesimpulannya, teknologi blockchain memiliki sejumlah manfaat dan kelemahan. Meskipun dapat memecahkan banyak masalah dalam berbagai industri, perlu diperhatikan bahwa tidak ada solusi yang sempurna.
Skalabilitas dan kemampuan untuk mengubah sistem dengan mudah adalah beberapa kontra yang perlu diperhatikan saat mengadopsi teknologi blockchain.
Namun, dengan pemahaman yang baik tentang pro dan kontra ini, teknologi blockchain dapat diterapkan dengan cara yang bermanfaat untuk mengatasi tantangan yang ada.
Bab 2: Bagaimana Cara Kerja Blockchain?
Bagaimana blok ditambahkan ke blockchain?
Sampai saat ini, kita telah membahas berbagai aspek terkait blockchain. Kita telah mempelajari tentang node yang saling terhubung dan menyimpan salinan blockchain.
Node juga berkomunikasi satu sama lain untuk berbagi informasi mengenai transaksi dan blok baru. Namun, mungkin Anda bertanya-tanya, bagaimana sebenarnya blok baru ditambahkan ke dalam blockchain?
Tidak ada satu sumber tunggal yang memberitahu pengguna apa yang harus dilakukan. Karena setiap node memiliki kekuatan yang sama, diperlukan mekanisme yang memutuskan siapa yang berhak menambahkan blok ke dalam blockchain.
Mekanisme ini harus menjadikan upaya menipu sangat mahal dan memberikan imbalan kepada mereka yang bertindak dengan jujur. Setiap pengguna yang bersikap rasional akan melakukan tindakan yang memberikan keuntungan ekonomi bagi mereka.
Karena blockchain bersifat permissionless, pembuatan blok harus dapat diakses oleh siapa saja.
Protokol sering memastikan hal ini dengan mewajibkan pengguna untuk terlibat secara nyata, misalnya dengan mempertaruhkan sejumlah uang mereka sendiri.
Dengan melakukannya, pengguna diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembuatan blok, dan jika mereka berhasil menciptakan blok yang valid, mereka akan mendapatkan imbalan.
Namun, jika mereka mencoba melakukan penipuan, semua pengguna dalam jaringan akan mengetahuinya. Aset apa pun yang mereka pertaruhkan dalam jaringan akan hilang. Mekanisme ini disebut sebagai algoritma konsensus, karena memungkinkan peserta jaringan untuk mencapai kesepakatan mengenai blok mana yang harus ditambahkan selanjutnya.
Penambangan (Proof of Work)

Penambangan atau mining merupakan algoritma konsensus yang paling umum digunakan dalam blockchain.
Dalam penambangan, algoritma yang digunakan disebut Proof of Work (PoW). Pengguna harus menggunakan daya komputasi untuk mencoba memecahkan teka-teki yang ditetapkan oleh protokol.
Teka-teki ini memerlukan pengguna untuk melakukan operasi hash terhadap transaksi dan informasi lainnya yang dimasukkan ke dalam blok.
Namun, agar hash tersebut dianggap valid, hasil hash harus berada di bawah angka tertentu. Karena tidak mungkin memprediksi hasil hash yang akan dihasilkan, para penambang harus terus melakukan operasi hash pada data yang sedikit dimodifikasi hingga mereka menemukan solusi yang valid.
Tentu saja, melakukan operasi hash berulang kali adalah tugas yang membutuhkan biaya tinggi.
Dalam blockchain Proof of Work, “taruhan” yang dilakukan oleh pengguna adalah investasi mereka dalam perangkat penambang dan konsumsi listrik untuk menjalankannya. Mereka melakukan ini dengan harapan mendapatkan imbalan dalam bentuk blok reward.
Ingatlah bagaimana kita sebelumnya membahas bahwa membalik hash praktisnya tidak mungkin, tetapi memverifikasinya mudah?
Ketika seorang penambang mengirimkan blok baru ke seluruh jaringan, semua node lainnya menggunakan blok tersebut sebagai input untuk melakukan operasi hash. Setiap node hanya perlu menjalankan operasi hash satu kali untuk memverifikasi keabsahan blok tersebut sesuai dengan aturan blockchain.
Jika blok tidak valid, penambang tidak akan menerima imbalan, dan mereka akan sia-sia menghabiskan listrik.
Blockchain Proof of Work pertama yang diperkenalkan adalah Bitcoin. Sejak saat itu, banyak blockchain lain telah mengadopsi mekanisme PoW ini untuk menjaga keamanan dan keandalan jaringan mereka.
Kelebihan Proof of Work (PoW)
- Telah melalui proses uji coba: Proof of Work telah diuji dan terbukti sebagai algoritma konsensus yang matang dan bernilai ratusan miliar dolar.
- Permissionless: Siapa pun dapat bergabung untuk menambang dan menjalankan node untuk memvalidasi transaksi. Tidak ada hambatan untuk bergabung dalam jaringan PoW.
- Desentralisasi: Penambang bersaing satu sama lain untuk menghasilkan blok, sehingga kekuatan hash terdistribusi secara merata dan tidak dikendalikan oleh satu entitas tunggal. Hal ini membantu menjaga desentralisasi dalam jaringan blockchain.
Kekurangan Proof of Work (PoW)
- Konsumsi energi yang tinggi: Proses penambangan PoW menghabiskan banyak listrik karena membutuhkan daya komputasi yang intensif. Ini menyebabkan masalah lingkungan dan biaya operasional yang tinggi.
- Hambatan masuk yang semakin tinggi: Semakin banyak penambang yang bergabung dalam jaringan, semakin tinggi tingkat kesulitan penambangan. Hal ini mendorong pengguna untuk berinvestasi dalam peralatan penambangan yang lebih mahal, yang dapat menjadi kendala bagi individu atau kelompok dengan sumber daya terbatas.
- Potensi serangan 51%: Meskipun PoW mendukung desentralisasi, ada risiko bahwa satu penambang atau kelompok penambang memperoleh mayoritas kekuatan hash. Jika terjadi serangan 51%, mereka dapat memanipulasi transaksi dan mengganggu keamanan jaringan blockchain.
Perlu dicatat bahwa PoW telah berhasil digunakan dalam berbagai jaringan blockchain seperti Bitcoin dan Ethereum.
Namun kekurangan-kekurangannya mendorong pengembangan algoritma konsensus alternatif seperti Proof of Stake (PoS) yang mencoba mengatasi masalah konsumsi energi tinggi dan hambatan masuk yang tinggi.
Staking (Proof of Stake)
Dalam sistem Proof of Work, insentif untuk bertindak jujur didorong oleh investasi yang dilakukan dalam komputer penambangan dan penggunaan listrik. Sebaliknya, dalam Proof of Stake (PoS), tidak ada biaya eksternal yang diperlukan.
PoS menggantikan penambang dengan validator yang mengusulkan dan “menempa” blok. Validator dapat menggunakan komputer biasa untuk menghasilkan blok baru, tetapi mereka harus menyimpan sebagian besar dana mereka sebagai staking untuk mendapatkan hak istimewa ini.
Staking dilakukan dengan menggunakan mata uang kripto asli dari blockchain yang terkait, dalam jumlah yang telah ditentukan sesuai aturan protokol masing-masing.
Setiap implementasi PoS dapat memiliki variasi yang berbeda, namun setelah validator melakukan staking, mereka dapat dipilih secara acak oleh protokol untuk mengumumkan blok berikutnya.
Jika validator berhasil melakukannya dengan benar, mereka akan menerima reward. Dalam beberapa kasus, beberapa validator mungkin menyetujui blok berikutnya, dan dalam hal ini, reward akan didistribusikan secara proporsional sesuai dengan jumlah stake yang mereka setorkan.
Blockchain PoS yang “murni” lebih jarang ditemui dibandingkan dengan DPoS (Delegated Proof of Stake), yang membutuhkan pengguna untuk memberikan suara pada node (witness) yang akan memvalidasi blok di seluruh jaringan.
Ethereum, salah satu blockchain smart contract terkemuka, berencana untuk beralih ke Proof of Stake dalam migrasi ke ETH 2.0.
Kelebihan Proof of Stake (PoS)
- Ramah lingkungan: Jejak karbon PoS jauh lebih kecil dibandingkan dengan penambangan PoW. Staking menghilangkan kebutuhan akan operasi hashing yang membutuhkan daya komputasi yang tinggi.
- Transaksi lebih cepat: Karena tidak ada kebutuhan untuk menggunakan daya komputasi tambahan untuk memecahkan teka-teki yang ditentukan oleh protokol, beberapa pendukung PoS berpendapat bahwa hal ini dapat meningkatkan throughput transaksi.
- Reward staking dan bunga: Reward untuk mengamankan jaringan dibayarkan langsung kepada pemegang token, bukan kepada penambang. Dalam beberapa kasus, PoS memungkinkan pengguna untuk menghasilkan passive income dalam bentuk airdrop atau bunga hanya dengan melakukan proses staking.
Kekurangan Proof of Stake (PoS)
- Belum teruji secara luas: Protokol PoS belum diuji dalam skala besar, sehingga mungkin ada beberapa kerentanan yang belum teridentifikasi dalam implementasi atau aspek kriptoeconominya.
- Plutokrasi: Terdapat kekhawatiran bahwa PoS dapat mendorong konsentrasi kekayaan, di mana validator dengan stake besar cenderung mendapatkan lebih banyak reward.
- Masalah “Nothing-at-stake”: Dalam PoW, pengguna hanya dapat “bertaruh” pada satu chain dan menambang di chain yang mereka yakini memiliki peluang keberhasilan tertinggi. Namun, dalam PoS, validator dapat bekerja pada banyak chain dengan biaya yang relatif rendah, yang dapat menyebabkan masalah ekonomi. Ketika terjadi hard fork, validator PoS dapat memilih untuk bekerja pada beberapa chain yang memiliki hash power yang sama, yang berpotensi mengurangi keamanan jaringan.
Meskipun Proof of Stake memiliki beberapa keuntungan, ada juga tantangan dan pertimbangan yang harus diperhatikan dalam penerapannya. Perkembangan dan pengujian yang lebih lanjut diperlukan untuk memastikan kehandalan dan keamanan sistem PoS.
Apakah transaksi blockchain dapat dibalikkan?
Dalam teknologi blockchain, transaksi yang telah direkam dalam blok tidak dapat secara langsung dibalikkan atau dimodifikasi.
Blockchain didesain untuk memastikan integritas data dan ketahanan terhadap perubahan. Karena itu, setelah sebuah transaksi tercatat dalam blockchain, sulit untuk mengubah atau menghapusnya.
Pada umumnya, transaksi di blockchain dianggap abadi dan permanen.
Namun, penting untuk dicatat bahwa ada variasi dalam implementasi blockchain yang dapat mempengaruhi kemampuan untuk membalikkan transaksi.
Pada beberapa blockchain dengan konsensus yang lebih terpusat atau jaringan yang lebih kecil, sekelompok peserta dapat memiliki cukup kekuatan untuk mempengaruhi atau membatalkan transaksi tertentu.
Namun, dalam jaringan besar seperti Bitcoin, di mana desentralisasi kuat dan kekuatan hash yang besar, membalikkan transaksi menjadi sangat sulit atau bahkan tidak mungkin dilakukan.
Apa itu skalabilitas blockchain?
Skalabilitas blockchain merujuk pada kemampuan sistem blockchain untuk menangani peningkatan permintaan dan beban kerja yang lebih besar seiring waktu.
Seiring dengan pertumbuhan pengguna dan transaksi di dalam jaringan blockchain, penting untuk memastikan bahwa sistem dapat tetap beroperasi secara efisien tanpa mengorbankan desentralisasi dan fitur utama lainnya.
Skalabilitas menjadi perhatian utama dalam pengembangan blockchain karena ada trade-off antara desentralisasi dan kinerja.
Sistem blockchain terdesentralisasi membutuhkan sinkronisasi dan validasi oleh semua node dalam jaringan, yang dapat membatasi kecepatan dan throughput.
Dalam beberapa kasus, keterbatasan ini dapat menghambat pertumbuhan dan adopsi lebih lanjut.
Untuk mengatasi masalah skalabilitas, berbagai solusi telah diusulkan dan diimplementasikan. Beberapa pendekatan melibatkan peningkatan kinerja blockchain itu sendiri, seperti peningkatan ukuran blok atau perbaikan protokol.
Solusi lain melibatkan penggunaan teknologi off-chain, di mana sebagian transaksi diproses di luar blockchain utama. Contoh solusi off-chain termasuk sidechain dan saluran pembayaran.
Skalabilitas blockchain masih menjadi topik penelitian dan pengembangan yang aktif. Mencapai keseimbangan antara desentralisasi, keamanan, dan kinerja yang optimal tetap menjadi tantangan yang harus diatasi oleh pengembang blockchain.
Mengapa blockchain perlu skalabilitas?
Skalabilitas sangat penting bagi sistem blockchain agar dapat bersaing dengan sistem tersentralisasi dan menarik pengembang serta pengguna ke dalam ekosistem blockchain.
Untuk menjadi pilihan yang menarik, blockchain harus mampu menyediakan kinerja yang setidaknya sebanding dengan sistem tradisional, jika tidak lebih baik.
Dalam membandingkan dengan sistem tersentralisasi, blockchain harus menawarkan kecepatan transaksi yang lebih tinggi, biaya yang lebih rendah, dan pengalaman pengguna yang lebih mudah.
Namun, mencapai hal tersebut bukanlah tugas yang mudah. Selain harus mempertahankan karakteristik utama blockchain seperti desentralisasi dan keamanan, skalabilitas juga menjadi faktor kunci dalam memenuhi tuntutan kinerja yang tinggi.
Apa itu fork pada blockchain?
Seperti perangkat lunak lainnya, blockchain juga perlu mengalami peningkatan dan perbaikan seiring waktu. Dalam lingkungan open-source blockchain, siapa pun dapat mengusulkan pembaruan atau perubahan aturan yang mengatur jaringan.
Namun, dalam jaringan blockchain yang terdistribusi, diperlukan konsensus dari ribuan node untuk mengimplementasikan versi baru.
Jika ada ketidaksetujuan atau konflik mengenai perubahan yang diusulkan, maka dapat terjadi fork pada blockchain, yang mengarah pada pemisahan jaringan menjadi dua cabang yang berbeda.
Soft fork
Soft fork terjadi ketika mayoritas peserta dalam jaringan setuju dan menerapkan perubahan aturan yang bersifat backward-compatible. Artinya, node yang telah diperbarui masih dapat berkomunikasi dengan node yang tidak diperbarui. Meskipun diharapkan semua node akan diperbarui dari waktu ke waktu, dalam soft fork ini tidak ada pemisahan yang permanen dalam blockchain.
Hard fork
Hard fork merupakan situasi yang lebih kompleks. Dalam hard fork, aturan baru yang diterapkan tidak kompatibel dengan aturan lama. Jika sebuah node menjalankan aturan baru berinteraksi dengan node yang menjalankan aturan lama, keduanya tidak dapat berkomunikasi. Hal ini mengakibatkan pemisahan blockchain menjadi dua cabang yang berbeda, di mana setiap cabang menjalankan protokol yang berbeda.
Setelah terjadinya hard fork, terdapat dua jaringan yang berbeda yang berjalan secara paralel dengan protokol yang berbeda pula.
Penting untuk dicatat bahwa saat hard fork terjadi, saldo aset kripto pada blockchain asli direplikasi di kedua jaringan baru tersebut. Jadi, jika Anda memiliki saldo pada blockchain asli sebelum fork, Anda juga akan memiliki saldo yang sama di kedua blockchain baru tersebut.
Bab 3: Apa Manfaat Blockchain?
Blockchain untuk rantai pasokan
Rantai pasokan yang efisien merupakan faktor kunci dalam kesuksesan banyak bisnis, yang melibatkan pengelolaan barang dari pemasok hingga konsumen.
Tradisionalnya, koordinasi antara berbagai pemangku kepentingan dalam industri ini sulit dilakukan. Namun, teknologi blockchain membuka peluang untuk tingkat transparansi baru dalam rantai pasokan.
Untuk menjadi lebih kuat dan andal, industri-industri berbagai sektor membutuhkan ekosistem rantai pasokan yang berbasis pada database yang tidak dapat diubah.
Blockchain dan industri game
Industri game telah menjadi salah satu industri hiburan terbesar di dunia, dan teknologi blockchain dapat memberikan dampak yang lebih besar. Secara umum, nasib para pemain game sering kali bergantung pada pengembang game.
Dalam banyak game online, pemain terikat pada server yang disediakan oleh pengembang dan harus mengikuti aturan yang dapat berubah-ubah.
Dalam konteks ini, blockchain dapat membantu dalam desentralisasi kepemilikan, manajemen, dan pemeliharaan game online.
Namun, tantangan terbesar adalah item dalam game yang biasanya terbatas pada dalam game tersebut.
Hal ini dapat menghambat kemungkinan kepemilikan nyata dan adanya pasar sekunder. Dengan menggunakan pendekatan berbasis blockchain, game dapat menjadi lebih berkelanjutan dalam jangka panjang, dan item dalam game yang diterbitkan sebagai kripto-koleksi dapat memiliki nilai di dunia nyata.

Blockchain untuk layanan kesehatan
Pengelolaan catatan medis dengan baik sangat penting dalam sistem layanan kesehatan, dan ketergantungan pada server terpusat dapat memiliki risiko terhadap keamanan informasi sensitif. Teknologi blockchain, dengan transparansi dan keamanannya, menjadi platform ideal untuk menyimpan catatan medis.
Dengan menyimpan catatan medis secara kriptografis dalam blockchain, pasien dapat menjaga privasi mereka sambil tetap dapat berbagi informasi medis dengan penyedia layanan kesehatan. Jika semua peserta dalam sistem layanan kesehatan memiliki akses ke database global yang aman, aliran informasi akan menjadi lebih cepat di antara mereka.
Remittance melalui Blockchain
Mengirim uang secara internasional telah menjadi proses yang rumit dalam sistem perbankan tradisional. Biaya dan waktu penyelesaian yang tinggi karena melibatkan jaringan perantara yang kompleks membuat layanan ini mahal dan kurang efisien untuk transaksi yang mendesak.
Mata uang kripto dan teknologi blockchain menghilangkan perantara ini dan memungkinkan transfer uang yang murah dan cepat di seluruh dunia. Beberapa proyek telah memanfaatkan teknologi blockchain untuk melakukan transaksi dengan biaya rendah dan hampir instan.
Blockchain dan identitas digital
Manajemen identitas secara aman di internet membutuhkan solusi yang cepat. Banyak data pribadi kita disimpan di server pusat dan dianalisis menggunakan algoritme machine learning tanpa sepengetahuan atau persetujuan kita.
Teknologi blockchain memungkinkan pengguna untuk mengambil kontrol atas data mereka dan secara selektif mengungkapkan informasi kepada pihak ketiga hanya jika diperlukan. Keajaiban kriptografi seperti ini memberikan pengalaman online yang lebih lancar tanpa mengorbankan privasi.

Blockchain dan Internet of Things (IoT)
Banyak perangkat fisik yang terhubung ke internet, dan jumlahnya terus meningkat. Beberapa spekulasi mengatakan bahwa blockchain dapat secara signifikan meningkatkan komunikasi dan kerjasama di antara perangkat-perangkat ini.
Pembayaran kecil otomatis antar mesin (M2M) dapat menciptakan ekonomi baru yang bergantung pada solusi database yang aman dengan kapasitas tinggi.
Blockchain untuk tata kelola
Jaringan terdistribusi dapat menetapkan dan menegakkan aturan sendiri dalam bentuk kode komputer. Maka tidak mengherankan jika blockchain memiliki potensi untuk diterapkan dalam berbagai proses tata kelola di tingkat lokal, nasional, atau bahkan internasional.
Lebih lanjut lagi, blockchain dapat memecahkan salah satu masalah terbesar yang dihadapi oleh lingkungan pengembangan open-source, yaitu kurangnya mekanisme yang dapat diandalkan untuk pendistribusian dana.
Tata kelola blockchain memastikan bahwa semua peserta dapat terlibat dalam pengambilan keputusan dan memberikan transparansi terkait kebijakan yang sedang diterapkan.
Blockchain untuk amal
Salah satu tantangan yang sering dihadapi oleh organisasi amal adalah terbatasnya sumber dana. Selain itu, sulit untuk melacak secara akurat tujuan akhir dana yang disumbangkan. Kelemahan-kelemahan tersebut dapat menghambat banyak orang untuk mendukung organisasi amal tersebut.
“Crypto-philanthropy” dengan menggunakan teknologi blockchain dapat mengatasi masalah ini. Sifat inherent dari teknologi blockchain dapat diandalkan untuk memastikan transparansi, partisipasi global, dan pengurangan biaya sehingga dampak dari upaya amal dapat maksimal. Salah satu organisasi dalam bidang ini adalah Blockchain Charity Foundation.
Blockchain untuk spekulasi
Tidak diragukan lagi, salah satu penggunaan paling populer dari teknologi blockchain adalah spekulasi. Transfer tanpa hambatan antar bursa, solusi perdagangan non-kustodian, dan ekosistem produk derivatif yang berkembang menjadikannya sebagai arena bermain yang ideal bagi spekulan.
Karena sifatnya, blockchain adalah instrumen yang sangat baik bagi mereka yang berani mengambil risiko. Beberapa orang bahkan berpikir bahwa ketika teknologi dan regulasi blockchain semakin matang, semua pasar spekulatif global akan ditokenisasi di dalam blockchain.

Crowdfunding dengan blockchain
Platform crowdfunding online telah membangun fondasi bagi ekonomi peer-to-peer selama dekade terakhir. Keberhasilan platform-platform ini menunjukkan adanya minat besar terhadap perkembangan produk crowdfunding.
Namun, karena platform-platform ini bertindak sebagai perantara dana, mereka mungkin mengambil sebagian besar dari dana yang terkumpul untuk biaya pengelolaan. Selain itu, setiap platform juga memiliki aturan sendiri untuk memfasilitasi perjanjian antara para peserta.
Teknologi blockchain, khususnya smart contract, dapat menciptakan crowdfunding yang lebih aman secara otomatis, di mana ketentuan perjanjian ditetapkan dalam kode komputer.
Aplikasi crowdfunding lain yang menggunakan blockchain adalah Initial Coin Offering (ICO) dan Initial Exchange Offering (IEO).
Dalam penjualan token seperti ini, investor mengumpulkan dana dengan harapan bahwa jaringan akan sukses di masa depan, sehingga mereka akan mendapatkan return on investment (ROI).
Blockchain dan sistem file terdistribusi
Mendistribusikan penyimpanan file di internet memiliki banyak manfaat dibandingkan dengan solusi terpusat konvensional. Sebagian besar data yang disimpan di cloud bergantung pada server dan penyedia layanan terpusat, yang cenderung rentan terhadap serangan dan risiko kehilangan data.
Dalam beberapa kasus, pengguna juga menghadapi masalah akses karena sensor dari server terpusat.
Dari perspektif pengguna, solusi penyimpanan file blockchain berfungsi serupa dengan solusi penyimpanan cloud pada umumnya – Anda dapat mengunggah, menyimpan, dan mengakses file. Namun, yang terjadi di balik layar sangat berbeda.
Ketika Anda mengunggah file ke penyimpanan blockchain, file tersebut didistribusikan dan direplikasi di beberapa node. Dalam beberapa kasus, setiap node akan menyimpan bagian yang berbeda dari file Anda.
Sistem ini tidak dapat melakukan banyak hal dengan data parsial, tetapi Anda dapat meminta node untuk menyediakan setiap bagian sehingga Anda dapat menggabungkannya untuk mendapatkan file lengkap kembali.
Ruang penyimpanan disediakan oleh peserta yang menyumbangkan kapasitas penyimpanan dan bandwidth mereka ke jaringan.
Umumnya, para peserta ini mendapatkan insentif ekonomi untuk menyediakan sumber daya tersebut, dan sebaliknya, mereka dapat dikenakan sanksi ekonomi jika tidak mengikuti aturan atau gagal menyimpan dan menyajikan file.
Anda dapat menganggap jenis jaringan ini mirip dengan Bitcoin. Namun, tujuan utama dari jaringan ini bukan untuk mendukung transfer nilai moneter, melainkan untuk menyediakan penyimpanan file yang tahan sensor dan terdesentralisasi.
Protokol open-source lain seperti InterPlanetary File System (IPFS) telah membuka jalan bagi web yang baru, lebih permanen, dan terdistribusi. Meskipun IPFS bukanlah blockchain sepenuhnya, ia menerapkan beberapa prinsip teknologi blockchain untuk meningkatkan keamanan dan efisiensi.
Sumber : Binance Academy Indonesia
Academy
Bagaimana Cara Membuat Aset Kripto?

Daftar Isi
Saat membuat aset kripto baru, ada dua pilihan yang dapat dipilih, yaitu menciptakan koin atau token.
Koin memiliki blockchain sendiri, sedangkan token dibangun di atas jaringan blockchain yang sudah ada.
Keamanan dan sifat terdesentralisasi kripto bergantung pada teknologi blockchain.
Membuat token kripto membutuhkan lebih sedikit keahlian dan usaha dibandingkan dengan menciptakan koin kripto.
Pembuatan koin biasanya melibatkan tim pengembang dan ahli yang bekerja bersama untuk membangunnya. Sementara itu, pembuatan token tetap memerlukan pengetahuan teknis, tetapi Anda dapat membuatnya dalam waktu singkat dengan menggunakan blockchain lain yang sudah ada, seperti Ethereum, Binance Smart Chain, Solana, atau Polygon.
Pilihan antara menciptakan token atau koin akan tergantung pada kemampuan penyesuaian dan utilitas yang diinginkan.
Secara umum, biaya yang diperlukan tergantung pada sumber daya yang dibutuhkan, termasuk pengembang eksternal dan waktu.
Ethereum dan Binance Smart Chain adalah dua blockchain populer yang digunakan untuk menciptakan aset digital.
Anda dapat menggunakan kode yang sudah ada untuk membuat token Anda sendiri atau membayar untuk menggunakan layanan pembuatan koin. Sidechain juga merupakan pilihan populer lainnya karena memberikan lebih banyak fleksibilitas dengan manfaat blockchain utama.
Sebelum menciptakan aset kripto sendiri, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, seperti utilitasnya, tokenomics, dan status hukumnya. Kemudian, Anda perlu memilih blockchain, mekanisme konsensus, dan arsitektur yang sesuai untuk tahap pengembangan.
Setelah itu, audit proyek dan pemeriksaan hukum juga perlu dipertimbangkan. Meskipun siapa saja dapat menciptakan aset kripto, membangun proyek yang solid membutuhkan usaha dan dedikasi yang tinggi.
Menciptakan aset kripto dengan utilitas dan audiens yang unik merupakan konsep yang menarik bagi banyak penggemar kripto.
Namun, bagaimana cara memulainya? Ada banyak cara untuk menciptakan koin dan token, dengan biaya dan tingkat pengetahuan yang bervariasi tergantung pada kompleksitas proyek.
Jika Anda tertarik untuk menciptakan aset kripto sendiri, artikel ini memberikan gambaran dasar tentang prosesnya.
Apa Itu Aset Kripto?
Aset kripto, atau sering disebut kripto, adalah jenis aset digital yang memiliki berbagai macam utilitas. Aset ini digunakan terutama sebagai alat untuk mentransfer nilai secara digital, termasuk nilai uang, hak kepemilikan, atau bahkan hak suara dalam pengambilan keputusan.
Kripto berbeda dari sistem pembayaran digital lainnya karena berbasis pada teknologi blockchain, yang menjadikan mereka tidak tergantung pada entitas sentral seperti pemerintah atau bank.
Bitcoin adalah contoh yang paling terkenal dari aset kripto. Bitcoin memiliki utilitas sederhana, yaitu untuk mentransfer nilai uang secara global kepada siapa pun di dunia tanpa perlu melibatkan pihak ketiga.
Blockchain Bitcoin mencatat semua transaksi yang terjadi dan menjaga keamanan serta stabilitas jaringannya.
Perbedaan Antara Koin dan Token Kripto
Secara umum, aset kripto dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu koin dan token. Perbedaan antara keduanya cukup sederhana.
Koin memiliki blockchain sendiri, contohnya adalah Bitcoin dengan blockchain Bitcoin. Koin ini umumnya memiliki utilitas dalam jaringannya, seperti digunakan untuk membayar biaya transaksi, melakukan staking, atau berpartisipasi dalam pengambilan keputusan tata kelola jaringan.
Sementara itu, token dibangun di atas blockchain yang sudah ada. Fungsinya mungkin serupa dengan koin, tetapi token ini memiliki utilitas utama dalam proyek tertentu. Sebagai contoh, token CAKE milik PancakeSwap di Binance Smart Chain.
Token CAKE dapat digunakan untuk membayar transaksi tertentu di dalam ekosistem PancakeSwap, seperti mencetak Non-Fungible Token (NFT) atau berpartisipasi dalam undian. Namun, CAKE tidak memiliki blockchain sendiri dan tidak dapat digunakan di setiap aplikasi di Binance Smart Chain.
Hal yang sama berlaku untuk ribuan token ERC-20 yang diterbitkan di blockchain Ethereum. Setiap token merupakan bagian dari proyek tertentu dengan utilitas yang berbeda.
Membuat Koin Vs Token Kripto
Seperti yang telah disebutkan, menciptakan token jauh lebih mudah dibandingkan dengan menciptakan koin. Untuk menciptakan koin, Anda perlu mengembangkan dan memelihara blockchainnya sendiri.
Anda dapat melakukan “forking” (membuat salinan) dari blockchain yang sudah ada, tetapi ini tidak menyelesaikan tantangan dalam menarik pengguna dan validator untuk menjaga keberlangsungan jaringan Anda.
Namun, potensi kesuksesan dalam menciptakan koin baru dapat lebih tinggi daripada hanya menciptakan token.
Membuat token memerlukan pengetahuan teknis, tetapi Anda dapat membuatnya dalam waktu singkat dengan menggunakan blockchain yang sudah ada, seperti Ethereum, Binance Smart Chain, Solana, atau Polygon.
Anda dapat menggunakan kode yang sudah ada atau memanfaatkan layanan pembuatan token yang tersedia. Proses ini lebih sederhana karena Anda tidak perlu membangun blockchain dari awal.
Ketika Anda memilih untuk membuat kripto, ada beberapa pertimbangan yang perlu dipikirkan. Berikut adalah beberapa faktor penting yang harus Anda perhatikan:
Membuat Koin
Proses pembuatan koin baru bisa memakan waktu yang cukup lama jika Anda memutuskan untuk mengembangkan blockchain sendiri.
Namun, opsi yang lebih cepat adalah dengan melakukan forking dari blockchain yang sudah ada.
Contohnya adalah Bitcoin Cash (BCH), yang merupakan hasil dari forking blockchain Bitcoin. Tetapi, baik itu dengan membuat blockchain sendiri maupun dengan forking blockchain yang sudah ada, Anda masih memerlukan pengetahuan teknis yang tinggi tentang blockchain dan pemrograman.
Kesuksesan proyek koin Anda juga akan tergantung pada kemampuan Anda untuk menarik pengguna baru ke jaringan blockchain yang Anda ciptakan.
Membuat Token
Dalam membuat token, Anda bisa memanfaatkan blockchain yang sudah ada dan memanfaatkan reputasi dan keamanannya. Meskipun Anda tidak memiliki kendali penuh atas seluruh aspek token, masih ada banyak penyesuaian yang bisa dilakukan.
Ada banyak situs web dan alat yang tersedia untuk membuat token Anda sendiri, terutama di Binance Smart Chain (BSC) dan Ethereum.
Pertimbangan Koin atau Token untuk Proyek Kripto
Pilihan antara membuat koin atau token akan tergantung pada kegunaan dan tujuan proyek Anda. Dalam banyak kasus, token sudah cukup untuk aplikasi Keuangan Terdesentralisasi (DeFi) atau game play-to-earn. BSC dan Ethereum menawarkan fleksibilitas dan kebebasan yang besar bagi pengembang.
Namun, jika Anda ingin memperluas kegunaan sebuah koin atau blockchain, membuat koin dengan blockchain sendiri mungkin akan menjadi pilihan yang lebih baik.
Meskipun membuat blockchain dan koin baru lebih sulit daripada menerbitkan token, tetapi jika dilakukan dengan benar, bisa membawa banyak inovasi dan peluang baru.
Contoh blockchain yang baik untuk membuat koin adalah Binance Smart Chain, Ethereum, Solana, dan Polygon.
Solusi Terbaik untuk Pembuatan Aset Kripto
Ada beberapa solusi populer untuk membuat aset kripto, seperti Binance Smart Chain (BSC), Ethereum, dan Solana. Semua jaringan ini menyediakan cara untuk membuat berbagai token berdasarkan standar yang sudah ada.
Standar token BEP-20 dan ERC-20 adalah contoh yang paling umum dan didukung oleh hampir semua dompet kripto.
ERC-20 adalah standar token yang digunakan di blockchain Ethereum, sedangkan BEP-20 adalah standar token yang digunakan di Binance Smart Chain (BSC).
Kedua jaringan ini memungkinkan Anda untuk membuat dan menyesuaikan smart contract yang akan menjadi dasar token dan aplikasi terdesentralisasi (DApp) Anda.
Dengan menggunakan DApp, Anda dapat membuat ekosistem yang memberikan lebih banyak kegunaan dan fungsionalitas pada token Anda.
Selain itu, Anda juga bisa mempertimbangkan penggunaan sidechain yang menggunakan keamanan dari blockchain yang lebih besar, seperti Ethereum atau Polkadot, tetapi tetap memberikan beberapa penyesuaian.
Polygon Network, yang terkait dengan Ethereum, adalah contoh sidechain yang memberikan pengalaman yang serupa dengan Ethereum namun dengan biaya yang lebih rendah dan kecepatan yang lebih cepat.
Setelah Anda memilih blockchain yang akan digunakan, Anda perlu menentukan metode untuk membuat token.
Dalam blockchain seperti BSC dan Ethereum yang didasarkan pada Mesin Virtual Ethereum (EVM), proses pembuatan token cukup sederhana.
Anda dapat menggunakan alat siap pakai yang tersedia untuk membuat token sesuai dengan parameter dan aturan yang Anda tentukan.
Meskipun beberapa alat ini berbayar, mereka menyediakan solusi yang praktis terutama bagi mereka yang masih baru dalam menggunakan smart contract.
Namun, jika Anda berencana untuk membuat blockchain dan koin sendiri, Anda kemungkinan akan membutuhkan tim pengembang blockchain dan ahli industri yang berpengalaman.
Meskipun forking blockchain yang sudah ada, seperti Ethereum atau Bitcoin, dapat mengurangi sejumlah pekerjaan yang diperlukan untuk menyiapkan jaringan, tetap saja Anda harus melibatkan validator dan menjalankan node untuk menjaga keberlanjutan blockchain.
Pertimbangan Memilih Opsi Koin atau Token
Selain pertimbangan utama seperti pemilihan blockchain dan opsi antara koin dan token, ada beberapa area penting lainnya yang perlu Anda pertimbangkan dalam merancang kripto:
Menentukan Utilitas Aset Kripto
Aset kripto dapat memiliki berbagai peran dan utilitas. Beberapa dapat berfungsi sebagai kunci akses ke layanan, sementara yang lain mewakili kepemilikan atau hak istimewa tertentu. Untuk memahami dan merancang aset kripto Anda, Anda perlu menentukan fitur dan utilitas yang akan dihadirkannya.
Merancang Tokenomics
Tokenomics adalah sistem ekonomi yang mengatur aset kripto Anda, termasuk suplai total, metode distribusi, dan mekanisme harga. Penting untuk merancang tokenomics yang seimbang dan memberikan insentif bagi pemegang token untuk membeli dan memegang aset kripto Anda.
Misalnya, jika Anda menciptakan stablecoin, penting untuk memastikan agar stablecoin tersebut terpantau dengan baik dan dapat diandalkan dalam menjaga stabilitas nilainya.
Kepatuhan Hukum
Setiap negara memiliki peraturan dan regulasi yang berbeda terkait dengan aset kripto. Anda harus mempertimbangkan kewajiban hukum dan memastikan bahwa proyek kripto Anda mematuhi peraturan yang berlaku. Konsultasikan dengan ahli hukum yang berpengalaman untuk memastikan kepatuhan penuh.
Keamanan
Keamanan adalah aspek krusial dalam pembuatan kripto. Pastikan Anda mengadopsi praktik keamanan terbaik dalam pengembangan smart contract dan melindungi aset kripto Anda dari serangan dan kerentanan keamanan lainnya. Melakukan audit keamanan secara berkala dan menjaga sistem keamanan yang kuat akan memberikan perlindungan yang diperlukan.
Pemasaran dan Adopsi
Untuk mencapai kesuksesan, Anda perlu melakukan upaya pemasaran yang efektif untuk meningkatkan kesadaran dan adopsi aset kripto. Buat strategi pemasaran yang komprehensif, seperti menggunakan media sosial, situs web, kampanye iklan, dan kemitraan strategis untuk membangun kesadaran dan menarik minat pengguna.
Berinteraksi dengan komunitas kripto, berpartisipasi dalam acara dan konferensi terkait, serta membangun hubungan yang kuat dengan pengguna dan pemangku kepentingan akan membantu memperluas jangkauan proyek kripto Anda.
Dukungan dan Pengembangan Berkelanjutan
Setelah meluncurkan aset kripto Anda, penting untuk menyediakan dukungan teknis yang baik dan melanjutkan pengembangan untuk meningkatkan fungsionalitas dan daya tarik proyek.
Tanggapi umpan balik pengguna, perbarui dan tingkatkan fitur sesuai dengan kebutuhan dan tren pasar. Jaga komunikasi yang baik dengan komunitas pengguna dan manfaatkan umpan balik mereka untuk mengembangkan proyek Anda.
Dalam merancang kripto Anda, selalu ingat bahwa kesuksesan proyek membutuhkan upaya yang tinggi, pengetahuan teknis, pemahaman ekonomi kripto, serta kesadaran akan peraturan hukum yang berlaku. T
eruslah belajar, jaga diri Anda tetap terinformasi tentang perkembangan terbaru dalam industri kripto, dan jangan ragu untuk mencari bantuan dari ahli dan profesional yang berpengalaman di bidang ini.
Dengan kerja keras, dedikasi, dan strategi yang tepat, Anda dapat merancang dan meluncurkan kripto yang sukses.
Langkah-langkah untuk Membuat Aset Kripto Sendiri
Jika Anda berencana untuk membuat token, tidak semua langkah dalam tutorial di bawah ini akan berlaku. Fokus utama adalah pada tiga langkah perancangan yang telah dijelaskan sebelumnya.
Namun, kami akan membahas langkah-langkah dasar dalam membuat blockchain sebelum melanjutkan ke tahap pencetakan koin.
1. Pilih platform blockchain yang sesuai
Pertama-tama, Anda perlu memilih platform blockchain di mana Anda akan menciptakan kripto Anda. Binance Smart Chain (BSC) dan Ethereum adalah pilihan populer, tetapi Anda juga dapat mempertimbangkan sidechain.
Namun, jika Anda ingin membuat koin sendiri, Anda perlu merancang atau merekrut seseorang untuk membuat blockchain khusus (custom blockchain).
2. Pilih mekanisme konsensus
Jika Anda membuat blockchain sendiri atau tidak yakin dengan pilihan blockchain untuk token Anda, Anda perlu mempertimbangkan mekanisme konsensus yang tepat. Mekanisme ini menentukan cara peserta dalam jaringan mengkonfirmasi dan memvalidasi transaksi.
Sebagian besar blockchain menggunakan Proof of Stake (PoS) karena persyaratan perangkat keras yang lebih rendah dan variasi yang lebih fleksibel.
Namun, Proof of Work (PoW) seperti yang digunakan oleh Bitcoin dianggap oleh beberapa orang sebagai pilihan yang lebih aman, meskipun lebih mahal dan kurang ramah lingkungan.
3. Rancang arsitektur blockchain
Langkah ini hanya diperlukan jika Anda membuat koin. Tidak semua blockchain mengizinkan publik untuk memvalidasi transaksi atau menjalankan node. Pilihan antara blockchain privat, publik, permissioned, atau permissionless adalah hal penting.
Arsitektur blockchain Anda akan bergantung pada tujuan koin dan proyek Anda. Sebagai contoh, sebuah perusahaan atau negara yang membuat koin mungkin memilih menjalankan blockchain privat untuk lebih mengontrol sistem.
4. Mulai pengembangan blockchain
Kecuali jika Anda memiliki pengetahuan pengembangan tingkat lanjut, Anda mungkin perlu mencari bantuan eksternal untuk membangun konsep Anda.
Setelah blockchain berjalan dalam lingkungan yang aktif, akan sulit untuk mengubah konsep dan aturan intinya. Manfaatkan testnet untuk memastikan bahwa semuanya berfungsi sesuai rencana dan bekerja sama dengan tim pengembangan untuk membangun blockchain Anda.
5. Audit kripto dan kode
Melakukan audit terhadap kode blockchain dan kripto Anda adalah langkah penting. Perusahaan audit seperti Certik dapat memeriksa kode blockchain dan kripto untuk mencari kerentanan.
Setelah audit selesai, Anda dapat menerbitkan hasilnya secara publik dan merespons temuan yang ada. Proses ini memberikan keamanan tertentu bagi Anda sebagai pencipta dan bagi calon pengguna sebagai investor.
6. Periksa aspek hukum
Setelah blockchain Anda siap untuk mencetak aset kripto, langkah terbaik yang dapat Anda lakukan adalah berkonsultasi dengan ahli hukum untuk memeriksa apakah Anda perlu memperoleh izin atau lisensi tertentu. Aspek hukum terkait aset kripto sangat kompleks dan bervariasi di berbagai yurisdiksi.
Ahli hukum akan membantu Anda memahami peraturan dan persyaratan yang berlaku dalam negara atau wilayah di mana Anda beroperasi.
Mereka akan memastikan bahwa proyek Anda mematuhi kepatuhan hukum terkait pendanaan, penggunaan aset kripto, dan aktivitas lain yang terkait dengan proyek Anda.
Beberapa pertimbangan hukum yang perlu dipertimbangkan termasuk peraturan terkait KYC (Know Your Customer) dan AML (Anti-Money Laundering), peraturan pajak, kepatuhan perizinan, perlindungan konsumen, dan masalah keuangan.
Konsultasikan dengan ahli hukum yang berpengalaman dalam hukum aset kripto untuk memastikan bahwa proyek Anda berada dalam batas-batas hukum yang jelas dan aman.
7. Cetak aset kripto Anda
Setelah melalui tahap perancangan, pengembangan, audit, dan memeriksa aspek hukum, Anda siap untuk mencetak kripto Anda. Prosedur pencetakan akan bervariasi tergantung pada tokenomics yang Anda tentukan.
Misalnya, jika Anda membuat token dengan suplai tetap, Anda dapat mencetaknya secara sekaligus melalui smart contract.
Namun, jika Anda membuat koin seperti Bitcoin, pencetakan akan terjadi secara bertahap seiring dengan validasi blok transaksi baru oleh para penambang.
Penting untuk memastikan bahwa pencetakan aset kripto Anda dilakukan dengan benar dan sesuai dengan aturan yang telah Anda tetapkan sebelumnya.
Pastikan untuk menguji dan melacak transaksi, memastikan keamanan dan keandalan jaringan, serta melibatkan pengguna dan pemangku kepentingan dalam proses pencetakan tersebut.
Setelah mencetak aset kripto, langkah selanjutnya adalah memperkenalkannya ke pasar dan membangun kesadaran terhadapnya.
Gunakan strategi pemasaran yang efektif, seperti memanfaatkan media sosial, situs web, kampanye iklan, dan kemitraan strategis untuk mempromosikan aset kripto Anda.
Terlibatlah dengan komunitas kripto, ikuti acara dan konferensi terkait, serta bangun hubungan yang kuat dengan pengguna dan pemangku kepentingan untuk memperluas jangkauan dan keberhasilan proyek kripto Anda.
Langkah-langkah Membuat Token BEP-20
Membuat token BEP-20 yang sederhana membutuhkan keterampilan pengodean dasar untuk menerapkan smart contract ke Binance Smart Chain. Anda juga perlu menginstal MetaMask dan memiliki BNB di dompet Anda untuk membayar biaya gas.
Berikut adalah langkah-langkah untuk membuat token BEP-20:
1. Pastikan Anda menambahkan mainnet BSC ke MetaMask. Anda dapat menemukan instruksi mendetailnya di panduan kami tentang Menghubungkan MetaMask ke Binance Smart Chain.
2. Buka Remix, sebuah aplikasi online untuk mengembangkan dan menerapkan smart contract di blockchain yang kompatibel dengan Mesin Virtual Ethereum. Klik kanan pada folder [contracts], lalu klik [New File].

3. Beri nama file tersebut “BEP20.sol”.

4. Pastikan Anda menetapkan bahasa pemrograman sebagai [Solidity]. Jika tidak, smart contract Anda tidak akan berfungsi. Anda dapat melakukannya dengan mengklik ikon di sisi kanan bawah seperti yang terlihat dalam gambar.

5. Salin kode smart contract BEP-20 ke file Anda. Informasi lebih lanjut mengenai parameter dan fungsi kode dapat Anda temukan di GitHub.

6. Ubah name, symbol, decimals, dan totalSupply untuk koin Anda. Sebagai contoh, kita akan menggunakan Binance Academy Coin (BAC) dengan 18 angka desimal dan total suplai sebesar 100.000.000. Jangan lupa untuk menambahkan 0 yang cukup untuk 18 angka desimal tersebut.

7. Selanjutnya, Anda perlu mengompilasi smart contract. Klik ikon yang ditunjukkan di bawah di sisi kiri layar, centang kotak [Auto compile] dan [Enable optimization], lalu klik tombol [Compile].

8. Klik tombol [ABI] untuk menyalin ABI kontrak.

9. Klik ikon yang disorot di bawah di sisi kiri layar. Pilih [Injected Web3] sebagai lingkungan Anda, lalu izinkan MetaMask untuk terhubung ke Remix. Pastikan Anda telah memilih kontrak BEP20 Anda sebelum mengklik [Deploy].
Sekarang, Anda perlu membayar biaya transaksi melalui MetaMask untuk menerapkan kontrak ke blockchain. Setelah smart contract aktif, Anda perlu memverifikasi dan menerbitkan kode sumber kontrak.

10. Salin alamat kontrak ke BscScan, pilih [Solidity (Single)] sebagai jenis kompiler, dan cocokkan versi kompilator yang digunakan pada langkah 7.

11. Selanjutnya, klik kanan pada BEP20.sol di Remix, lalu tekan [Flatten]. Anda perlu memberikan izin kepada Remix untuk meratakan kode.

12. Salin kode dari BEP20_flat.sol ke bidang yang tersedia, pastikan bahwa [Optimization] diatur ke “Yes”. Kemudian, klik [Verify and Publish] di bagian bawah halaman.

13. Anda akan melihat layar splash yang berhasil. Dengan kode yang diverifikasi, Anda dapat mencetak token melalui BscScan menggunakan perintah _mint yang diterapkan dalam kontrak. Buka alamat kontrak di BscScan, lalu klik [Write Contract], lalu klik [Connectto Web3] untuk menghubungkan akun MetaMask Anda.

14. Arahkan ke bagian bawah halaman ke bagian “Mint”, lalu masukkan jumlah token yang ingin Anda cetak. Sebagai contoh, kita akan mencetak 100.000.000 BAC. Jangan lupa untuk menambahkan angka desimal yang sesuai, dalam hal ini adalah 18. Klik [Write], lalu bayar biayanya melalui MetaMask.

15. Anda akan melihat bahwa token telah berhasil dicetak dan dikirim ke dompet yang membuat smart contract tersebut.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas, Anda dapat membuat token BEP-20 sendiri di Binance Smart Chain. Pastikan untuk memahami implikasi dan risiko yang terkait dengan penciptaan dan pengelolaan kripto sebelum melangkah lebih jauh.
Cara Agar Kripto Listing di Bursa
Melistingkan koin atau token Anda di bursa kripto seperti Binance dapat membantu Anda mencapai audiens yang lebih luas dengan cara yang aman dan diatur.
Jika Anda telah berhasil membuat dan mengembangkan proyek kripto yang solid, Anda dapat mengajukan permohonan melalui formulir online yang disediakan oleh Binance untuk dilistingkan atau mendistribusikannya secara langsung melalui Launchpad/Launchpool.
Setiap aset kripto akan melalui proses evaluasi yang ketat, dan Anda perlu secara rutin memberi tahu Binance tentang kemajuan proyek Anda selama proses permohonan.
Selain itu, Anda mungkin perlu menyediakan BNB dan BUSD dalam ekosistem kripto Anda, baik sebagai likuiditas maupun untuk digunakan dalam penawaran koin awal (ICO) atau penjualan token.
Biaya Pembuatan Aset kripto Sendiri
Biaya pembuatan aset kripto akan tergantung pada metode dan konfigurasi yang Anda pilih. Jika Anda membuat koin dan blockchain sendiri, Anda harus memperhitungkan biaya penggajian tim pengembang selama beberapa bulan. Biaya audit kode oleh tim yang terpercaya dapat mencapai $15.000 (USD).
Namun, untuk membuat token sederhana di Binance Smart Chain, biayanya bisa lebih murah, sekitar $50. Secara keseluruhan, untuk menciptakan aset kripto dengan peluang keberhasilan tertentu, Anda mungkin perlu mengeluarkan ribuan dolar untuk pengembangan, pemasaran, dan pembangunan komunitas.
Kesimpulan
Jika Anda memutuskan untuk membuat aset kripto sendiri, penting untuk diingat bahwa informasi yang kami berikan hanya merupakan titik awal. Ini adalah topik yang kompleks dan membutuhkan pemahaman yang mendalam.
Selain membuat token atau koin, Anda juga perlu mempertimbangkan strategi untuk mencapai kesuksesan setelah peluncuran. Belajar dari proyek-proyek lain dan pengalaman mereka dapat membantu Anda dalam membuat aset kripto Anda sendiri.
Sumber: Binance Academy Indonesia
Academy
Mengenal Pepe (PEPE), Meme Coin yang Listing di Tokocrypto

Daftar Isi
Meme coin Pepe (PEPE) yang fenomenal telah listing di salah satu platform perdagangan aset kripto terbesar di Indonesia, Tokocrypto pada Selasa (23/5). PEPE adalah memecoin populer yang dibangun di blockchain Ethereum . Sejak peluncuran publiknya pada April 2023, PEPE dengan cepat menjadi salah satu dari 100 aset kripto teratas yang diperdagangkan.
Berbeda dengan meme coin DOGE, yang membutuhkan waktu hampir empat tahun untuk kapitalisasi pasarnya melampaui US$ 1 miliar, PEPEmencapai tolok ukur yang sama dalam waktu tiga minggu sejak peluncurannya. Meskipun harga PEPE sangat fluktuatif sejak saat itu, jumlah pemegang individu terus meningkat signifikan.
Mari berkenalan lebih jauh dengan PEPE, aset kripto yang telah listing di Tokocrypto.
Apa Itu Pepe (PEPE)?
Diluncurkan pada pertengahan April 2023, PEPE adalah contoh meme coin yang berbeda dari token doge atau Shiba Inu yang telah populer. Meme coin tercipta biasanya berdasarkan meme internet dan dipopulerkan serta dipromosikan oleh influencer atau tokoh besar, seperti Elon Musk—telah menarik perhatian investor karena dianggap kurang serius, tapi potensi untuk mendapat keuntungan sangat besar.
Menurut situs resminya, PEPE dirancang untuk menjadi “memecoin paling memeable yang ada.” Pembuatan meme coin ini memiliki banyak referensi ke token populer lainnya seperti Shiba Inu (SHIB), Floki Inu (FLOKI), Dogecoin (DOGE), dan sebagainya.

Baca juga: Kenal Floki (FLOKI), Aset Kripto yang Telah Listing di Tokocrypto
Secara desain, PEPE tidak memiliki nilai intrinsik dan dinyatakan dengan jelas di situs web:
“PEPE adalah koin meme tanpa nilai intrinsik atau ekspektasi pengembalian finansial. Tidak ada tim formal atau peta jalan. Koin itu sama sekali tidak berguna dan hanya untuk tujuan hiburan.”
Perlu dicatat bahwa ini bukanlah hal baru di bidang kripto. Beberapa meme coin telah muncul di masa lalu, tidak membuat klaim dan langsung mengkhawatirkan pengguna bahwa mereka tidak memiliki nilai apa pun.
Siapa yang Menciptakan Pepe (PEPE)?
Pengembang PEPE tidak dikenal. Seperti banyak pembuat koin meme lainnya di pasar, mereka memilih untuk tetap anonim sepenuhnya.
PEPE diluncurkan pada 17 April dengan sedikit gembar-gembor. Ini didasarkan pada meme Pepe the Frog, awalnya dibuat oleh Matt Furie pada tahun 2005. Seperti beberapa token lain berdasarkan Pepe the Frog, PEPE tidak memiliki hubungan resmi dengan Furie atau karakter kartun aslinya.
Di situs web resmi PEPE, proyek tersebut secara tegas menyebutkan tidak memiliki afiliasi dengan pencipta Pepe the Frog, Matt Furie. Proyek Pepe dan token aslinya hanya ada sebagai platform yang digerakkan oleh penggemar yang berupaya untuk lebih memperluas utilitas dan kesuksesan katak terkenal itu.
Blockchain Apa yang Digunakan Pepe (PEPE)?
PEPE coin ada sebagai token ERC-20 yang dibangun di atas blockchain Ethereum. Hasilnya, jaringan validator proof-of-stake Ethereum memproses transaksi PEPE.
Biaya gas Ethereum berlaku saat membeli, menjual, dan mentransfer koin PEPE.
Alamat kontrak token PEPE resmi adalah: 0x6982508145454ce325ddbe47a25d4ec3d2311933
Tokenomics
Total pasokan token PEPE adalah 420.690.000.000.000. Dengan sendirinya, nomor tersebut memberi penghormatan kepada nomor meme populer 4:20 dan 69.
93,1% dari pasokan telah dikirim ke liquidity pool, dan 6,9% sisanya dialokasikan ke dompet multi-tanda tangan untuk penggunaan di masa mendatang. Itu setidaknya menurut situs web resmi. Anda juga dapat melacak dompet ini dengan nama ENS “pepecexwallet.eth.”

Pepe Coin menggunakan mekanisme deflasi yang membakar sebagian kecil token dengan setiap transaksi untuk menciptakan kelangkaan dan berpotensi meningkatkan nilai token yang tersisa dari waktu ke waktu.
Selain itu, ia menggunakan sistem redistribusi di mana sebagian dari setiap transaksi didistribusikan ke pemegang token yang ada untuk mendorong keterlibatan pengguna dan investasi jangka panjang.
Peringkat PEPE di situs CoinMarketCap pada Rabu (24/5) jam 08.00 WIB adalah #68, dengan kapitalisasi pasar langsung sebesar US$ 624.878.604. Ini memiliki pasokan yang beredar dari 391.790.000.000.000 koin PEPE dan maksimal pasokan 420.690.000.000.000 koin PEPE.
Ekosistem PEPE
Ekosistem memecoin PEPE berkembang dari hari ke hari. Pada saat penulisan ini pada 24 Mei, sekitar dua minggu setelah peluncuran awal, token tersebut sudah memiliki 65 ribu pemegang, menurut Etherescan.
Grup Telegram resminya menawarkan lebih dari 25.000 anggota dan puluhan, bahkan ratusan ribu pesan per hari. Twitter resminya, meskipun dibuat pada bulan April, sudah memiliki lebih dari 133.000 pengikut.
Tampaknya belum ada fungsi tambahan untuk PEPE yang telah listing di Tokocrypto ini, di luar fungsi aset kripto yang biasa. Yakni, menjadi sarana tanpa batas, nama samaran untuk mentransaksikan nilai secara digital.
Roadmap Pepe berisi tiga fase peluncuran terpisah. Pencipta tidak memberikan tanggal spesifik kapan mereka akan menyelesaikan fase ini, tetapi mereka telah menyatakan lebih banyak pengumuman sedang dalam proses:
- Fase peluncuran awal: Ini termasuk daftar CoinGecko dan Coinmarketcap, dan meningkatkan kehadiran media sosial proyek.
- Kemitraan komunitas dan fase pencatatan crypto exchange (CEX) terpusat: Mengikutsertakan mitra baru, mendaftarkan koin PEPE di CEX, meluncurkan buletin khusus, dan membuka komunitas Discord khusus anggota.
- Fase pengambilalihan meme Pepe: Tahap ini memperkenalkan merchandise Pepe, alat Pepe baru, dan Akademi Pepe. Tim juga berharap untuk mencapai lebih banyak daftar pertukaran kripto dan meningkatkan jumlah pemegang Pepe menjadi lebih dari 100.000.
Kesimpulan

Baca juga: Pepe (PEPE) Hanya Butuh 19 Hari Capai Kapitalisasi Pasar US$ 1 Miliar
Sebagai kesimpulan, meme coin PEPE tidak diragukan lagi telah berhasil menyebabkan kegemparan dalam pasar kripto, memperoleh total kapitalisasi yang dapat ditangani hingga US$ 400 juta dalam dua minggu singkat setelah diluncurkan.
Banyak yang menggambar perbandingan antara PEPE dan meme coin lainnya seperti SHIB, DOGE, FLOKI, dan sebagainya, tetapi hanya waktu yang akan memberi tahu apakah token yang terinspirasi meme ini akan tetap ada.
Ada kisah seorang investor menukar 0,125 ETH, senilai sekitar US$ 250, dengan 5,9 triliun token PEPE. Saat minat pada meme coin itu tumbuh, nilai token tersebut melonjak menjadi sekitar US$ 1,8 juta pada 19 April 2023, menghasilkan potensi pengembalian sekitar 4.500 kali lipat dari investasi awal. Mungkin tidak mengherankan, prospek pembayaran cepat menarik puluhan ribu investor lain yang berharap untuk menyimpan token PEPE sebelum harga mencapai batas atas.
Namun, seperti kebanyakan memecoin yang cenderung menjadi viral, yang satu ini juga memiliki beberapa risiko dan tantangan. Ingat, pembuatnya sendiri mengatakan bahwa itu sama sekali tidak memiliki nilai intrinsik, jadi pada dasarnya nilainya hanya sebesar seseorang bersedia membayarnya. Tentu saja, jika PEPE bertahan dalam ujian waktu dan terdaftar di bursa yang lebih terpusat di mana likuiditasnya cenderung lebih dalam, kekhawatiran ini bisa memudar.
Bagi kamu yang tertarik untuk trading token PEPE, Tokocrypto telah menghadirkan meme coin tersebut dalam platformnya. Trading PEPE/USDT & PEPE/TUSD dapat dilakukan mulai hari ini, tanggal 23 Mei 2023 pukul 15.00 WIB. pengguna dapat melakukan deposit/setoran PEPE di Tokocrypto sebagai persiapan trading.
DISCLAIMER: Artikel ini bersifat informasi dan bukan merupakan tawaran atau ajakan untuk menjual dan membeli aset kripto apapun. Perdagangan aset kripto merupakan aktivitas beresiko tinggi. Harga aset kripto bersifat fluktuatif, di mana harga dapat berubah secara signifikan dari waktu ke waktu dan Tokocrypto tidak bertanggung jawab atas perubahan fluktuasi dari nilai tukar aset kripto.
Academy
Apa Itu White Paper Aset Kripto?

Daftar Isi
White paper aset kripto merupakan dokumen yang memungkinkan proyek untuk menjelaskan produk dan tujuan pengembang proyek kepada audiens.
Dalam whitepaper, pengembang proyek bebas memilih jenis informasi yang ingin mereka sampaikan. Namun, umumnya white paper mencakup gambaran umum tujuan proyek, tokenomics, produk, fitur, dan informasi tentang tim.
Bagi investor atau trader yang melakukan penelitian terkait proyek tertentu, whitepaper dapat menjadi titik awal yang baik.
White paper merangkum informasi penting terkait suatu proyek blockchain atau aset kripto dalam sebuah dokumen. Ini adalah cara yang populer dalam menjelaskan cara kerja proyek tersebut dan masalah yang ingin diselesaikan.
Apa Itu White Paper Crypto?
Secara umum, white paper adalah laporan atau panduan yang memberikan informasi tentang topik atau masalah tertentu kepada pembacanya. Sebagai contoh, pengembang dapat membuat white paper tentang perangkat lunak yang mereka buat untuk mengedukasi pengguna tentang produk yang dibuat dan alasannya.
Dalam konteks blockchain, white paper adalah dokumen yang membantu menjelaskan fitur utama dan spesifikasi teknis dari suatu proyek aset kripto atau blockchain tertentu.
Meskipun banyak white paper yang berfokus pada koin atau token, mereka juga dapat didasarkan pada berbagai jenis proyek seperti platform keuangan terdesentralisasi (DeFi) atau permainan “play-to-earn”.
White paper dapat menyajikan gambaran umum data penting dalam bentuk statistik dan diagram.
Selain itu, white paper dapat menjelaskan struktur tata kelola proyek, tim yang terlibat, serta rencana pengembangan saat ini dan di masa depan (yang sering disebut sebagai “roadmap”).
Namun, tidak ada aturan baku dalam pembuatan white paper. Setiap proyek membuat whitepaper sesuai dengan kebutuhan dan kondisinya.
Secara ideal, white paper harus netral dan informatif, dengan tujuan menggambarkan proyek dan tujuannya secara jelas.
Pengguna harus selalu waspada terhadap white paper yang menggunakan bahasa persuasif dan proyek yang memberikan janji berlebihan tanpa memberikan informasi yang memadai.
White paper aset kripto sering dianggap sebagai rencana bisnis untuk proyek kripto. Ini dikarenakan white paper memberikan gambaran umum yang komprehensif tentang proyek kepada para investor.
Namun, berbeda dengan rencana bisnis, white paper biasanya dirilis sebelum peluncuran aset kripto. Dengan demikian, whitepaper sering menjadi titik awal bagi proyek kripto untuk menjelaskan arah dan konsepnya.
Informasi Apa Saja yang Dapat Ditemukan dalam Whitepaper?
Pendiri proyek membuat white paper untuk memberikan pemahaman tentang tujuan proyek mereka.
Sebagai contoh, white paper Bitcoin menyatakan: “Uang tunai elektronik versi peer-to-peer murni akan memungkinkan pembayaran online untuk dikirim langsung dari satu pihak ke pihak lainnya tanpa melalui lembaga keuangan”.
Sementara itu, white paper Ethereum menjelaskan tujuannya sebagai berikut: “Tujuan dari Ethereum adalah menciptakan protokol alternatif untuk membangun aplikasi terdesentralisasi.”
White paper sering kali memberikan gambaran tentang utilitas dunia nyata dari proyek kripto. Misalnya, whitepaper dapat menjelaskan bagaimana proyek tersebut menyelesaikan masalah tertentu atau cara proyek tersebut dapat meningkatkan aspek-aspek dalam kehidupan kita.
Namun, perlu diingat bahwa kita harus tetap waspada terhadap janji-janji yang dibuat dalam white paper.
Membuat white paper bukanlah tugas yang mudah. Pada tahun 2017, dengan adanya lonjakan Initial Coin Offerings (ICO), ribuan token dengan konsep “inovatif” muncul, tetapi sebagian besar dari proyek tersebut gagal dalam implementasinya.
Sebagai aturan umum, kita perlu mengingat bahwa memberikan kegunaan pada sebuah aset kripto tidak menjamin bahwa kripto tersebut akan diadopsi dan digunakan.
Selain tujuan dan janji, white paper juga dapat menjelaskan bagaimana aset kripto tersebut bekerja secara teknis. Misalnya, white paper dapat menjelaskan jenis mekanisme konsensus yang digunakan untuk memungkinkan partisipan jaringan untuk berkoordinasi secara terdistribusi.
White paper juga dapat memberikan tinjauan mendalam tentang komponen tokenomics, seperti pembakaran token, alokasi token, dan mekanisme insentif. Terakhir, white paper juga dapat menyertakan roadmap yang memberikan informasi tentang jadwal proyek agar pengguna tahu kapan produk akan dirilis.
White paper sering kali dirancang dengan jelas agar dapat dibaca dan dipahami oleh siapa saja yang tertarik dan memberikan pemahaman dasar tentang proyek aset kripto atau blockchain. Namun, white paper yang baik juga akan menyediakan penjelasan teknis untuk mengonfirmasi kompetensi proyek tersebut.
Mengapa White paper Penting dalam Ekosistem Kripto?
White paper memiliki peran yang penting dalam ekosistem kripto. Meskipun tidak ada standar baku dalam pembuatannya, white paper telah menjadi kerangka kerja untuk melakukan penelitian terhadap proyek-proyek kripto.
Rekomendasi umum dalam memulai penelitian kripto adalah dengan membaca white paper proyek tersebut. White paper memberikan informasi yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek-proyek yang berpotensi berbahaya atau menjanjikan.
Selain itu, white paper memungkinkan pengguna untuk memantau apakah proyek tersebut tetap berada pada jalur yang sesuai dengan rencana dan tujuan awalnya.
White paper juga dapat memberikan transparansi dan kesetaraan dengan membuat informasi penting proyek menjadi publik.
Banyak pihak yang dapat diuntungkan dari white paper tersebut. Misalnya, investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih baik dengan menggunakan white paper sebagai panduan, sedangkan pengembang dapat memutuskan apakah akan berpartisipasi dalam protokol tersebut.
Seseorang yang tertarik dengan konsep proyek juga dapat merasa lebih yakin dalam memutuskan apakah akan bergabung dengan komunitas tersebut setelah membaca white paper.
Contoh White Paper Crypto
White Paper Bitcoin
White paper Bitcoin diterbitkan pada tahun 2008 oleh seseorang atau sekelompok orang yang menggunakan nama samaran Satoshi Nakamoto. Whitepaper Bitcoin berjudul “Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System”.
Whitepaper tersebut menjelaskan bagaimana orang dapat menggunakan Bitcoin sebagai bentuk uang yang lebih efisien di luar model perbankan tradisional.
Penjelasan teknis dalam whitepaper tersebut meliputi cara jaringan Bitcoin memungkinkan pengguna untuk mengirim aset digital melalui jaringan peer-to-peer tanpa perantara.
White paper tersebut juga menjelaskan bagaimana jaringan Bitcoin dilindungi dari sensor dan serangan pengeluaran ganda.
White Paper Ethereum
Seorang pemrogram muda bernama Vitalik Buterin menerbitkan white paper Ethereum pada tahun 2014. Namun, konsep white paper tersebut sebenarnya telah diajukan oleh Vitalik pada tahun 2013 melalui sebuah posting blog yang berjudul “Ethereum: The Ultimate Smart Contract and Decentralized Application Platform”.
Posting tersebut menggambarkan konsep blockchain yang mampu menjalankan aplikasi terdesentralisasi apa pun jika diberikan waktu dan sumber daya yang cukup.
White paper Ethereum menjelaskan perbedaan tujuan Ethereum dibandingkan dengan Bitcoin.
Sementara Bitcoin berfungsi sebagai sistem pembayaran digital peer-to-peer, white paper Ethereum menyajikan platform yang memungkinkan para pengembang untuk membangun dan menerapkan berbagai jenis aplikasi terdesentralisasi (DApp).
Misalnya, aplikasi tersebut bisa berupa aset kripto lain atau platform peminjaman terdesentralisasi. Whitepaper tersebut juga menjelaskan solusi teknologi yang memungkinkan penciptaan Ethereum, seperti kontrak pintar (smart contract) dan Mesin Virtual Ethereum.
Kesimpulan
Secara optimal, white paper harus memberikan pemahaman yang komprehensif mengenai rencana tindakan proyek aset kripto dan cara pelaksanaannya.
Namun, perlu diingat bahwa white paper tidak diatur secara ketat, dan setiap orang pada dasarnya dapat membuatnya. Oleh karena itu, jika Anda tertarik dengan suatu proyek, penting untuk menganalisis white paper tersebut secara teliti, mempertimbangkan potensi risiko dan bahayanya.
White paper memiliki peran yang krusial dalam membantu pengguna memahami proyek kripto dan menilai potensinya.
Dengan membaca white paper, Anda dapat memperoleh wawasan yang lebih mendalam tentang tujuan, mekanisme, dan nilai proyek tersebut. Hal ini membantu Anda membuat keputusan yang lebih baik terkait investasi, partisipasi, atau keterlibatan dalam proyek kripto.
Dalam dunia kripto yang terus berkembang, white paper tetap menjadi sumber informasi yang berharga. Namun, penting untuk melihat whitepaper sebagai salah satu aspek dalam penelitian yang komprehensif.
Selain white paper, Anda juga perlu memeriksa tim proyek, pembaruan terbaru, kondisi pasar, dan faktor-faktor lain yang relevan sebelum membuat keputusan investasi atau partisipasi.
Dalam kesimpulannya, white paper memiliki peran penting dalam ekosistem kripto. Melalui whitepaper, proyek kripto dapat menjelaskan tujuan, mekanisme, dan visi mereka kepada para pembaca.
Namun, sebagai pengguna, penting untuk melihat white paper sebagai satu sumber informasi yang harus digabungkan dengan analisis mendalam lainnya sebelum mengambil keputusan terkait proyek kripto.
Sumber : Binance Academy Indonesia
-
Crypto1 week ago
Nabung Kripto Sekarang, Potensi Panen Cuan saat Halving Bitcoin
-
Market Analysis4 days ago
Mengapa Pasar Kripto dan Bitcoin Naik Hari Ini (29/5)?
-
Market Analysis2 days ago
Daftar Aset Kripto Potensi Bullish Akhir Mei 2023
-
Academy1 week ago
Mengenal Pepe (PEPE), Meme Coin yang Listing di Tokocrypto
-
Academy2 weeks ago
Kenal Floki (FLOKI), Aset Kripto yang Telah Listing di Tokocrypto
-
Market Analysis1 week ago
Mengapa Pasar Kripto Turun Hari Ini (25/5)?
-
Market1 week ago
Apa yang Terjadi pada Bitcoin dan Ethereum Jika AS Gagal Bayar Utang?
-
Business1 week ago
Ridwan Kamil Bicara Potensi Bitcoin untuk Merevolusi Ekonomi Indonesia