Connect with us

Academy

DePIN: Inovasi Infrastruktur Fisik Desentralisasi dengan Kripto

Published

on

DePIN (Decentralized Physical Infrastructure Networks).

Riset DePIN ini disusun oleh tim Research Tokocrypto sebagai panduan bagi para investor dan pelaku pasar untuk memahami perkembangan terkini dalam ekonomi global dan industri.

DePIN (Decentralized Physical Infrastructure Networks) adalah sebuah pergeseran paradigma dalam pembangunan infrastruktur fisik. Konsep ini memanfaatkan teknologi blockchain untuk membangun, mengelola, dan mengoperasikan jaringan infrastruktur dunia nyata seperti konektivitas internet, penyimpanan data, dan jaringan energi secara kolektif dan terdesentralisasi. 

Secara sederhana, DePIN menantang model tradisional yang terpusat, di mana infrastruktur penting dikuasai oleh segelintir perusahaan besar. Model terpusat ini seringkali identik dengan biaya modal awal yang sangat tinggi, inovasi yang lambat, dan layanan yang mahal. DePIN membalikkan model ini dengan memberdayakan individu dan komunitas untuk berpartisipasi dalam membangun jaringan, dan memberikan imbalan (insentif) atas kontribusi mereka. Hasilnya adalah infrastruktur yang lebih demokratis, efisien, dan inovatif.

Manfaat Utama DePIN: Lebih dari Sekadar Desentralisasi

Keunggulan DePIN mampu menciptakan nilai bisnis yang nyata dan mengatasi kelemahan utama dari sistem infrastruktur model tradisional yang ada saat ini, seperti:

  • Efisiensi Biaya Radikal: DePIN secara drastis mengurangi belanja modal dan biaya operasional. Layanan yang dihasilkan menjadi lebih terjangkau bagi konsumen. 
  • Keamanan dan Ketahanan Tinggi: Jika satu bagian dari jaringan lumpuh, bagian lainnya tetap dapat beroperasi, menciptakan sistem yang jauh lebih kuat dan andal.
  • Inovasi Terbuka (Tanpa Izin): Siapa pun dapat membangun layanan atau aplikasi baru di atas infrastruktur yang sudah ada.
  • Pemberdayaan Komunitas: DePIN mengembalikan kontrol dan kepemilikan infrastruktur kepada penggunanya. Ini mendorong munculnya solusi yang lebih sesuai dengan kebutuhan lokal dan membuka peluang ekonomi baru bagi para kontributor jaringan.

Pada negara berkembang seperti Indonesia, model DePIN menawarkan jalur alternatif untuk mempercepat pembangunan. Keterbatasan modal yang sering menjadi kendala dalam membangun infrastruktur skala besar dapat diatasi melalui model terbaru ini. DePIN membuka peluang nyata untuk mempercepat penyediaan layanan krusial, seperti:

  • Konektivitas Internet: Menjangkau daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal) dengan biaya lebih rendah.
  • Energi Terbarukan: Membangun jaringan listrik mikro (microgrid) di pulau-pulau terpencil.

Komponen Kunci Jaringan DePIN

Keberhasilan jaringan DePIN tidak bergantung pada investasi terpusat, melainkan pada arsitektur cerdas yang terdiri dari beberapa komponen kunci dan didorong oleh mekanisme insentif ekonomi yang kuat, seperti:

  • Infrastruktur Fisik: Ini adalah bagian perangkat keras yang disediakan oleh para kontributor.
  • Middleware (Jembatan Data Off-chain): Berfungsi sebagai jembatan perantara. Lapisan ini mengumpulkan, memproses, dan memvalidasi data dari infrastruktur fisik sebelum dicatat secara permanen di blockchain, memastikan data dunia nyata dapat dipahami oleh dunia digital.
  • Arsitektur Blockchain: Blockchain menyediakan buku besar yang aman dan transparan untuk mencatat semua transaksi.
  • Insentif Token: Token kripto proyek diberikan sebagai imbalan kepada penyedia infrastruktur, mendorong mereka untuk bergabung dan memelihara jaringan.

Mekanisme Insentif dan “Efek Roda Gila” (Flywheel Effect

Pertumbuhan organik jaringan DePIN dijelaskan melalui konsep “Efek Roda Gila”, sebuah konsep pertumbuhan secara terus-menerusi yang didorong oleh insentif token dari proyek DePin. Berikut cara kerja “Efek Roda Gila”:

  • Memicu Penawaran (Supply): Proyek memberikan insentif token kepada kontributor yang bersedia menyediakan dan mengoperasikan perangkat keras, salah satunya seperti Node
  • Meningkatkan Jangkauan & Kualitas: Semakin banyak kontributor bergabung, jangkauan dan kualitas layanan jaringan meningkat. Hal ini akan membuat jaringan yang lebih luas dan andal menjadi lebih menarik bagi calon pengguna.
  • Menarik Permintaan (Demand): Jaringan yang berkualitas mulai menarik pengguna dan pelanggan nyata yang bersedia membayar untuk menggunakan layanan dan ekosistem(misalnya, menyewa ruang penyimpanan atau menggunakan konektivitas dari produk proyek DePin itu sendiri).
  • Memperkuat Nilai & Siklus: Penggunaan oleh pelanggan meningkatkan permintaan terhadap token (untuk pembayaran atau utilitas lain), yang berpotensi menaikkan harganya. Kenaikan nilai token ini memperkuat insentif awal, menarik lebih banyak lagi kontributor, dan siklus pun berputar kembali dengan momentum yang lebih besar.

Agar “Efek Roda Gila” tidak berhenti, terdapat dua faktor yang menjadi sangat krusial, seperti:

  • Tokenomics yang Sehat: Desain ekonomi token harus berkelanjutan dan tidak terlalu inflasioner agar nilai insentif tidak terkikis seiring waktu.
  • Utilitas & Permintaan Nyata: Jaringan harus berhasil menciptakan nilai guna yang sesungguhnya dan menarik pengguna yang membayar untuk layanan, bukan hanya spekulan token. Tanpa pendapatan dari penggunaan nyata, model ini tidak akan bertahan jangka panjang.

Kategori Utama DePIN: Sumber Daya Fisik dan Digital 

Secara umum, proyek DePIN dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori besar jenis sumber daya yang mereka kelola berdasarkan Gambar 3.1:

Jaringan Sumber Daya Fisik (PRN): Terikat pada lokasi fisik (Contoh: Jaringan nirkabel, energi, sensor).

Jaringan Sumber Daya Digital (DRN): Tidak terikat lokasi (Contoh: Penyimpanan data, komputasi/GPU, bandwidth).

Studi Kasus: Proyek-Proyek DePIN Populer dan Dampaknya 

Untuk memberikan gambaran yang lebih konkret tentang bagaimana DePIN bekerja dalam praktik, berikut adalah beberapa contoh proyek DePIN terkemuka dari berbagai sektor berdasarkan Gambar 3.2, beserta model dan potensi dampaknya: 

  • Filecoin (FIL): Menyediakan pasar untuk sewa-menyewa ruang penyimpanan data, menawarkan alternatif cloud yang lebih murah dan tahan sensor.
  • Helium (HNT): Bermigrasi ke Solana untuk membangun jaringan nirkabel (IoT & 5G) global berbasis komunitas, memperluas jangkauan secara masif dengan biaya rendah.
  • Render Network (RNDR): Bermigrasi ke Solana untuk menyediakan jaringan daya komputasi GPU yang lebih terjangkau bagi para seniman dan kreator.
  • Hivemapper (HONEY): Membangun peta dunia yang selalu ter-update menggunakan dashcam dari komunitas, dengan biaya yang jauh lebih efisien.
  • Akash Network (AKT): Menyediakan pasar terbuka untuk komputasi awan (cloud computing), menawarkan harga yang sangat kompetitif dibanding penyedia terpusat.
  • The Graph (GRT): Mengindeks data blockchain (dijuluki “Google-nya Blockchain”) untuk menyederhanakan proses pengembangan aplikasi terdesentralisasi (dApps).

Dari contoh-contoh di atas menunjukkan Sebuah tren menarik dalam ekosistem DePIN adalah migrasi proyek-proyek terkemuka, seperti Helium dan Render Network ke platform blockchain Layer-1 berkinerja tinggi seperti Solana. 

Hal ini tidak mengherankan, karena jaringan DePIN membutuhkan kemampuan pemrosesan transaksi yang sangat tinggi (throughput) dan biaya yang rendah. Kebutuhan ini krusial untuk dapat secara efisien mencatat kontribusi dari ribuan bahkan jutaan perangkat, mendistribusikan imbalan token, dan menangani interaksi pengguna dalam skala besar—tantangan yang seringkali sulit dipenuhi oleh blockchain tradisional.

Fenomena ini mengindikasikan bahwa pilihan platform blockchain dasar menjadi faktor keberhasilan yang saling menguntungkan. Kemajuan pesat sektor DePIN akan turut mendorong inovasi dan adopsi pada platform blockchain yang secara optimal mendukungnya.

Gambaran Pasar Global DePIN: Kapitalisasi dan Proyeksi Pertumbuhan 

Sektor DePIN pada gambar 4.1 telah menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa dalam beberapa tahun terakhir dan telah menarik perhatian investor dan pengembang di seluruh dunia. Pada gambar 1.4, menunjukkan peta dunia yang menggambarkan penyebaran dan ukuran proyek-proyek DePIN (Decentralized Physical Infrastructure Networks) yang telah terverifikasi. 

Warna-warna terang di peta merepresentasikan lokasi perangkat aktif yang tersebar di berbagai belahan dunia, menunjukkan seberapa besar dan tersebar ekosistem DePIN saat ini. Saat ini terdapat 9.855.178 perangkat aktif yang menjadi bagian dari jaringan DePIN. Ini menunjukkan pertumbuhan sebesar +151.329 perangkat, yang berarti ekosistem terus berkembang secara aktif. Dengan Nilai total pasar (kapitalisasi) seluruh proyek DePIN saat ini mencapai sekitar $3,59 miliar USD dengan jangkauan 198 negara atau wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa DePIN tidak hanya berkembang dari sisi perangkat, tapi juga dari sisi nilai ekonomi/token. 

Sektor DePIN menunjukkan potensi pertumbuhan yang sangat besar, dengan proyeksi dari firma riset Messari yang memperkirakan nilainya dapat mencapai $3.5 triliun pada tahun 2028. Optimisme ini didukung oleh data pendanaan terbaru pada kuartal pertama 2025, di mana kesepakatan pendanaan untuk DePIN melonjak signifikan sebesar 28% secara kuartalan (QoQ).

Potensi DePIN dalam Mengatasi Tantangan Infrastruktur di Indonesia 

Kabar baiknya, Kemitraan strategis antara Kemenkominfo melalui program “1000 Startup Digital” dengan platform Lisk menunjukkan dukungan awal pemerintah untuk pengembangan solusi Web3, sekaligus membuka peluang bagi implementasi DePIN di Indonesia. Oleh karena itu, DePIN berpotensi besar mengatasi tantangan infrastruktur krusial di Indonesia dengan menyediakan solusi, seperti: 

  • Kesenjangan Konektivitas Internet (khususnya di daerah 3T) → Jaringan Nirkabel Komunitas (Helium, WiFi Map); insentif untuk berbagi akses internet.  
  • Akses Energi Bersih & Terbarukan Terbatas (misalnya, pulau terpencil) → Jaringan Listrik Mikro Terdesentralisasi; Pasar Energi Peer-to-Peer (P2P); (Arkreen, PowerPod, inspirasi dari model IBEKA).
  • Efisiensi Logistik Maritim dan Rantai Pasok → Platform Logistik & Pelacakan Kargo Transparan berbasis Blockchain; optimalisasi rute dan pengurangan perantara. 
  • Kebutuhan Infrastruktur Data Lokal yang Handal dan Terjangkau → Platform Logistik & Pelacakan Kargo; Transparan berbasis Blockchain; optimalisasi rute dan pengurangan perantara.
  • Pemetaan dan Pengelolaan Data Spasial → Pengumpulan Data Peta Partisipatif (ala Hivemapper); pemantauan lingkungan berbasis sensor komunitas.

Hambatan Adopsi DePIN yang Perlu Diatasi 

Meskipun sangat potensial, adopsi massal DePIN menghadapi beberapa hambatan utama yang perlu diatasi. Tantangan utamanya meliputi:

  • Ketidakpastian Regulasi: Kerangka hukum yang belum jelas di persimpangan dunia fisik dan digital menghambat investasi dan kepastian operasional.
  • Keberlanjutan Ekonomi (Tokenomics): Banyak proyek masih bergantung pada insentif token yang harganya fluktuatif, dan perlu membangun model pendapatan riil dari pengguna untuk jangka panjang.

Pendekatan ini secara bertahap juga akan membangun keberlanjutan ekonomi dari penggunaan nyata dan menciptakan daya tawar untuk menghadapi ketidakpastian regulasi secara kolektif.

  1. Tren Inovatif dan Prospek Masa Depan DePIN 

Terlepas dari tantangan yang ada, sektor DePIN terus menunjukkan inovasi yang tinggi. Beberapa inovasi dan prospek yang membentuk masa depan DePIN meliputi:

  • Integrasi dengan AI → Keduanya saling menguntungkan; DePIN menyediakan GPU dan data yang dibutuhkan AI, sementara AI membantu mengoptimalkan jaringan DePIN. Saat ini, proyek DePIN yang fokus pada AI mendominasi pasar.
  • Solusi Layer-1 & Layer-2 Khusus: Munculnya blockchain khusus DePIN (seperti IoTeX & Peaq) menyediakan infrastruktur untuk beroperasi dalam skala besar.

Dengan demikian, DePin diproyeksikan akan menjadi ekosistem desentralisasi yang saling terhubung dan membentuk inovasi yang mampu menyelesaikan banyak masalah. 

  1. Kesimpulan: DePIN sebagai Paradigma Baru Infrastruktur Global dan Relevansinya untuk Indonesia

DePIN (Decentralized Physical Infrastructure Networks) merupakan sebuah paradigma transformatif yang memanfaatkan teknologi blockchain dan insentif token untuk membangun infrastruktur fisik yang efisien, transparan, dan dimiliki oleh komunitas.

Bagi Indonesia, dengan tantangan geografis dan pembangunannya yang unik, pendekatan ini menawarkan peluang yang sangat relevan untuk mengatasi kesenjangan infrastruktur—seperti konektivitas, energi, dan logistik—serta sangat sejalan dengan nilai gotong royong untuk mendorong inklusi digital dan ekonomi secara merata.

Meskipun demikian, adopsinya secara luas masih dihadapkan pada tantangan regulasi, dan keberlanjutan ekonomi. Oleh karena itu, keberhasilan implementasi DePIN di Indonesia sangat bergantung pada kolaborasi sinergis antara berbagai pihak kunci. Pemahaman dan pembelajaran berkelanjutan yang lebih baik akan menjadi kunci utama untuk secara proaktif menjajaki dan mewujudkan potensi besar DePIN bagi kemajuan Indonesia.


Investasi dan trading kripto aman hanya di Tokocrypto. Ikuti Google News Tokonews untuk update berita crypto dan download aplikasi trading bitcoin & crypto sekarang!

DISCLAIMER: Investasi aset kripto mengandung risiko tinggi dan segala keputusan investasi yang diambil oleh Anda berdasarkan rekomendasi, riset dan informasi seluruhnya merupakan tanggung jawab Anda. Tidak ada lembaga atau otoritas negara yang bertanggung jawab atas risiko investasi tersebut.

Konten ini hanya bersifat informasi bukan ajakan menjual atau membeli.

Continue Reading
Advertisement
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Popular