Connect with us

Bitcoin News

Proyeksi Harga Bitcoin yang Tertekan di Awal Mei 2022, Terus Turun?

Published

on

Bitcoin zona merah

Kondisi aset kripto, seperti Bitcoin dan market secara keseluruhan terpantau tertekan sepanjang awal Mei 2022. Melansir CoinMarketCap pada Senin (9/5) pukul 12.00 WIB, 10 aset kripto utama terlihat masuk ke zona merah dalam 24 jam terakhir.

Nilai Bitcoin (BTC) terjerembab 2,27% dalam 24 jam terakhir dan bertengger di $ 33.602,87 per keping. Sementara itu, nilai Ethereum (ETH) turun 3,27% ke $ 2.450,26 per keping di waktu yang sama.

Altcoin lainnya pun bernasib serupa. Nilai BNB merosot 3,14% dalam sehari belakangan. Sementara itu, nilai Solana (SOL), Cardano (ADA), dan Terra (LUNA) masing-masing anjlok 3,46%, 4,46% dan 3,72% di waktu yang sama.

Tren Turun Bitcoin

Nasib Bitcoin kini sedang mendung. BTC gagal menembus tren naik jangka pendek karena sinyal momentum berubah negatif. BTC menahan reli di level $ 40.000 selama beberapa bulan terakhir dan turun 47% dari level tertinggi sepanjang masa sekitar $ 69.000 yang dicapai pada November tahun lalu.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, menjelaskan ada beberapa faktor fundamental yang membuat harga BTC tertekan. Mulai dari kebijakan bank sentral AS, the Fed, telah memberi dampak besar pada Bitcoin dan pasar kripto secara keseluruhan.

Trader Tokocrypto, Afid Sugiono.
Trader Tokocrypto, Afid Sugiono.

Baca juga: Mengenal Kripto AC Milan Fan Token (ACM) dan TrueFi (TRU)

“Jadi peningkatan volatilitas pasar dalam beberapa waktu terakhir ini dapat dikaitkan dengan kenaikan inflasi, krisis geopolitik dan kekhawatiran atas kebijakan moneter yang lebih ketat oleh The Fed. Nilai BTC terus terbebani oleh tekanan makroekonomi dan sentimen umum pasar yang belum pulih,” kata Afid pada Senin (9/5).

Lebih lanjut, Afid menambahkan fluktuasi harga Bitcoin baru-baru ini juga masih berhubungan dengan ketidakpastian yang berkelanjutan atas pandemi COVID-19 dan tindakan regulasi baru oleh pemerintah AS, termasuk perintah eksekutif Joe Biden.

Advertisement

Pergerakan Bitcoin dan altcoin, saat ini berkorelasi dengan aset sensitif risiko lainnya seperti saham, terutama saham teknologi, selama beberapa bulan terakhir. Saham-saham teknologi pun berguguran. Nilai saham Alphabet, Microsoft, Amazon, dan Meta kompak terjerumus lebih dari 1%.

Secara lebih umum, dari data analisis on-chain sebagian besar investor jangka pendek telah menjual kepemilikan BTC mereka sebagai reaksi terhadap penurunan harga. Aksi jual mereka mungkin berkontribusi terhadap penurunan nilai Bitcoin. Nilai pasar BTC saat ini sekitar $ 662 miliar, setara dengan 39,4% dari ekonomi crypto senilai $ 1,68 triliun.

Ilustrasi Bitcoin
Ilustrasi Bitcoin.

Baca juga: 5 Crypto Potensial Bulan Mei 2022: KAVA, EOS, RUNE, NEAR dan SCRT

Proyeksi Harga Bitcoin Awal Mei 2022

Afid mengatakan secara keseluruhan market kripto masih cenderung terus turun. Pada grafik Bitcoin: Estimated Leverage Ratio dari CryptoQuant, BTC berisiko menembus di bawah rata-rata pergerakan tembus sekitar $ 30.000. Namun, tidak menutup kemungkinan akan terjun ke area $ 25.000—$ 27.000 yang faktanya bakal sangat menyakitkan bagi banyak investor.

“Jika BTC tembus ke harga $ 27.000, berarti capai level terendah dari Juli 2021 lalu. Meski begitu, penurunan ini mungkin akan berlangsung lama dan pemulihan harga tampaknya lebih cepat,” ucapnya.

Grafik Bitcoin: Estimated Leverage Ratio dari CryptoQuant.
Grafik Bitcoin: Estimated Leverage Ratio dari CryptoQuant.

Dari analisis teknikal, harga BTC lagi berusaha mempertahankan posisi di level support-nya $ 34.000. Jika harga terus menuju ke bawah level support, berarti ini konfirmasi bahwa harga akan terus mengalami penurunan ke level selanjutnya di sekitar $ 30.000.

“Tapi mungkin Bitcoin akan bertahan di level support $ 34.000, selama beberapa hari baru akan ada konformasi selanjutnya, yaitu terus mengalami penurunan ke $ 30.000,” jelasnya.

Analisis teknikal harga Bitcoin awal Mei 2022.
Analisis teknikal harga Bitcoin awal Mei 2022.

Dalam grafik CryptoQuant, Bitcoin masih menunggu konfirmasi, baik Short Squeeze maupun Long Squeeze. Jika garis ungu mengalami kejatuhan, berarti akan dampak likuidasi untuk posisi long, maka berkurangnya leverage membuat harga mengalami penurunan berkelanjutan atau Short Squeeze.

“Untuk Short Squeeze sebaliknya, tapi market lebih melihat ke arah Short Squeeze daripada Long Squeeze. Tidak ada penahanan lagi untuk mengalami kenaikan dan akhirnya market ambrol,” pungkasnya Afid.

Baca juga: Ini Skema Perhitungan Pajak Kripto di Tokocrypto Berlaku 1 Mei 2022

Advertisement

Popular